Laporan Studi Kasus Pemilihan Pakaian Terhadap Kepercayaan Diri mahasiswa

11 min read

Pemilihan Pakaian Terhadap Kepercayaan Diri mahasiswa

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Di kehidupan ini, pakaian merupakan hal yang tidak bisa lepas dari manusia dan menjadi bagian yang penting sebagai salah satu kebutuhan pokok. Dalam buku yang ditulis oleh Malcolm, diuraikan bahwa pakaian dapat berfungsi sebagai alat komunikasi identitas, adat, dan sifat individu pemakaiannya[1]. Gaya berpakaian seseorang dipengaruhi oleh banyak hal seperti budaya, nilai-nilai yang diwariskan kelompok masyarakat maupun keluarga, lingkungan, media, trend fashion, serta karakter pribadi. Semua itu memberi referensi cara berpakaian dan membentuk preferensinya.[2] Menurut Irwan M. Hidayana, selain berfungsi sebagai pelindung tubuh, pakaian juga merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengekspresikan seni dan keindahan. Setiap orang berlomba-lomba tampil lebih modern, muda, dan gaya. Pakaian menjadi corak kreatifitas dan seni tiap individu.

Berbicara mengenai kreatifitas dan seni, seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan tumbuh menjadi individu yang lebih kreatif dan produktif. Mereka akan mampu mengekspresikan dirinya dengan lebih baik. Menurut Thantaway, percaya diri adalah suatu kondisi mental yang menjadikan seseorang dapat bertindak dengan keyakinan yang kuat pada dirinya[3]. Dapat disimpulkan bahwa pengertian rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, serta kelebihan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Kepercayaan diri seseorang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya[4], sifat ini merupakan milik pribadi yang sangat penting dan ikut menentukan kebahagiaan hidup seseorang. Kepercayaan diri dapat berkembang dari evaluasi diri yang memampukan seseorang untuk dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya. Orang yang tidak memiliki kepercayaan diri akan memiliki konsep diri negatif, rendah diri, dan sering menutup diri.

Hal yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah, apakah ada hubungan antara kepercayaan diri tersebut dengan gaya berpakaian seseorang. Saat ini, pakaian sudah sangat bervariasi baik dari segi model dan warna pakaian. Berbagai jenis model pakaian yang mencakup perbedaan bentuk, warna, dan bahan mencerminkan berbagai corak seni dan keindahan tersendiri. Segala jenis pakaian, dari formal, semiformal, hingga nonformal memiliki makna tersendiri bagi penggunanya. Oleh karena itulah, perlu diketahui makna-makna tersebut bagi penggunanya, apakah suatu pakaian dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri pengguna, ataupun memiliki arti lain bagi penggunanya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana hubungan antara pemilihan pakaian dengan tingkat kepercayaan diri mahasiswa?

Bab II. Kajian Pustaka

A. Pengertian Pakaian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pakaian merupakan barang yang dipakai untuk menutupi tubuh. Pakaian termasuk salah satu kebutuhan pokok selain makanan dan tempat tinggal. Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat dan bertindak sebagai perlindungan dari unsur- unsur yang merusak, seperti suhu panas dan dingin, sengatan matahari, hujan, salju, angin atau kondisi cuaca lainnya[5]. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Selain itu, pakaian juga dapat berfungsi sebagai pelindung dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat kimia. Pakaian pada umumnya terbuat dari katun, linen, nilon, poliester, sutra, maupun wol atau kulit binatang.

2.2 Pengertian Kepercayaan Diri

Percaya diri merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan individu[6]. Percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis seseorang untuk memberikan keyakinan kuat pada dirinya untuk berani berbuat atau melakukan suatu tindakan[7]. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan yakin atas kemampuan mereka sendiri serta optimis, sedangkan seseorang yang tidak percaya diri akan memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, kurang motivasi, mudah putus asa, dan sering menutup diri.

2.3 Teori Hierarki Kebutuhan

Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan dasar yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya[8]. Kebutuhan tersebut bertingkat dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan tersebut dalam hidupnya. Lima tingkatan ini membedakan setiap manusia dan mempengaruhi kesejahteraan hidupnya, teori ini juga telah resmi di akui dalam dunia psikologi.

Kebutuhan dasar menurut Maslow terdiri atas kebutuhan fisiologis, yang berupa kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Selanjutnya, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan cinta sayang dan kepemilikan, kebutuhan esteem, dan yang terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri yang menggambarkan ketepatan seseorang dalam menempatkan diri sesuai dengan kemampuannya. Aktualisasi diri melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi, seperti keinginan untuk mencapai prestasi-prestasi yang hebat. Kebutuhan aktualisasi diri tidak selalu jelas dan berbeda tiap individu satu dengan lainnya.

Tingkatan kebutuhan fisiologis merupakan tingkatan yang paling mendasar untuk mempertahankan kehidupan individu. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang akan terus menerus muncul dan harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, tempat berteduh, istirahat, air, dan oksigen.

Tingkatan kebutuhan Esteem melibatkan kebutuhan baik harga diri dan penghargaan dari orang lain. Manusia selalu butuh untuk dihormati dan dihargai. Contoh penghargaan meliputi pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, kepercayaan diri seseorang akan bertambah dan orang akan merasa lebih berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan ini tak terpenuhi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga. Penghargaan juga meliputi penghargaan dan kepercayaan atas diri sendiri, akan sejauh mana seseorang menilai dirinya positif, bernilai, ataupun berharga.

2.4 Teori Fungsi Busana

Kaiser (1990) menjelaskan empat teori tentang fungsi busana, yaitu teori kesopanan, dimana fungsi pakaian didasari oleh nilai moral atau kesopanan, teori ketidaksopanan, yang mengabaikan nilai kesopanan seperti sebagai daya tarik seksual, teori melindungi diri, dimana pakaian sebagai pelindung, serta yang terakhir yakni teori berhias[9].

Teori Berhias atau Decoration Theory menjelaskan bahwa pakaian yang digunakan mengutamakan estetika agar pemakai terlihat lebih menarik dan berkesan atau merasa berwibawa. Teori inilah yang menjadi fokus penelitian dalam fungsi busana. Tujuan manusia menggunakan teori berhias antara lain diantaranya sebagai:

  1. Daya tarik seksual, untuk menarik perhatian lawan jenis.
  2. Trophysm, untuk menunjukkan kehebatan atau kemampuan tertentu pemakainya.
  3. Terrorism, untuk memberikan suatu kesan tertentu.
  4. Identifikasi, untuk memberikan identitas dan membedakan diri dari orang lain seperti perbedaan status, jabatan, keagamaan, atau suatu kelompok tertentu.

2.5 Hipotesis Penelitian

Pakaian yang digunakan mahasiswa bukan sekadar untuk menutupi anggota tubuh belaka, namun pemilihan pakaian menjadi selera pribadi mahasiswa. Artinya mahasiswa akan cenderung memilih pakaian yang menurut mereka baik dan cocok untuk digunakan, sedangkan saat pakaian yang digunakan terasa kurang cocok, maka mahasiswa akan rendah tingkat kepercayaan dirinya, sebab pakaian mencerminkan diri mahasiswa. Kemudian saat mahasiswa begitu memperhatikan pakaiannya, bahkan pakaian menjadikan prioritas pertama sebagai jati diri pribadi. Maka model dan jenis pakaian yang digunakan akan sangat diperhatikan oleh mahasiswa sehingga mempengaruhi kepercayaan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik saat berinteraksi,berpergian dan beraktivitas sehari-hari.

Bab III. Metode Penelitian

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Rubin, Palmgreen, & Sypher, 1994 dalam buku Pengantar Teori Komunikasi analisis dan aplikasi, bahwa metode kuantitatif (quantitative method) menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan yang dapat dikuantifikasi (diubah dalam bentuk angka) dan kemudian menganalisis angka-angka tersebut. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasi.[10] Dalam penelitian kuantitatif, para peneliti dituntut untuk memisahkan diri dari data dan bersikap objektif. Artinya semua data harus objektif dan telah teruji.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma positivisme, kali ini peneliti mencoba melakukan penelitian yaitu studi hubungan pemilihan pakaian pada kepercayaan diri mahasiswa Surya University. Paradigma ini bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol hubungan timbal balik atau sebab akibat yang objektif. Dalam konsepsi ini, paham positivisme diidentifikasikan dengan kegiatan riset atau penelitian kuantitatif.

3.2 Sampel dan Populasi

Objek penelitian yang diteliti yakni mahasiswa Surya University angkatan 2013 dan angkatan 2014. Mahasiswa Surya University angkatan 2013 dan angkatan 2014 dipilih karena tim peneliti melihat mahasiswa Surya University sering sekali memakai pakaian yang bervariasi, baik kasual ataupun sopan dan rapi.

3.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat sekaligus sebagai teknik pengumpulan data. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada sekelompok orang untuk mendapatkan jawaban, tanggapan, atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Pertanyaan dalam kuesioner berbentuk pilihan ganda disertai dengan alasan terhadap jawaban yang dipilih. Melalui kuesioner dapat didapatkan data secara cepat dan menyeluruh untuk dianalisis. Penggunaan kuesioner bertujuan untuk memperoleh data atau informasi terkait sejumlah responden yang telah mewakili populasi. Survei dengan kuesioner dilakukan melalui cara pemberian secara langsung kuesioner terhadap beberapa mahasiswa Surya University yang dipilih secara acak atau simple random sampling. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 20 mahasiswa yang terdiri atas 10 wanita dan 10 laki-laki. Hasil data kuesioner merupakan informasi penting penelitian yang akan dibahas lebih lanjut.

3.4 Operasional variabel

Dalam penelitian ini, operasional di definisikan sebagai unsur suatu penelitian yang terkait dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian maupun yang tercakup dalam paradigma penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penggunaannya, operasional penelitian digunakan sebagai landasan sekaligus alasan mengapa sesuatu yang memiliki kaitan bisa mempengaruhi variabel tak bebas ataupun menjadi salah satu penyebab[11].

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang dipergunakan untuk memperkirakan[12]. Variabel penelitian ini menjadi subjek yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas sebagai variabel bebas adalah pemilihan pakaian yang digunakan para mahasiswa Surya University yang menjadi tolak ukur bebas.

Pemilihan Pakaian (X)
Pakaian adalah suatu bahan tekstil atau bahan lainnya yang dijahit maupun tidak, baik dipakai

atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang. Pakaian berfungsi sebagai pelindung tubuh, juga merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengekspresikan seni dan keindahan. Setiap orang berlomba-lomba tampil lebih modern, muda, dan gaya. Pakaian menjadi corak kreatifitas dan seni tiap individu. Dalam pembagian pakaian sendiri terbagi menjadi tiga yaitu pakaian formal, pakaian nonformal dan pakaian semiformal.

Yang menjadi tolak ukur dalam pemilihan pakaian adalah jenis pakaian yang digunakan oleh mahasiswa. Maka dari itu, peneliti menggolongkan pakaian menjadi 3 yaitu.

  1. Pakaian formal meliputi : Kemeja lengan panjang, blus, rok dengan potongan simpel, blazer, jas, dress, celana kain
  2. Pakaian nonformal meliputi : Kaos oblong, cardigan, jaket/hoodie/sweater, kaos T- shirt, celana gunung, celana jeans.
  3. Pakaian semi formal : Kaos berkerah, kemeja lengan pendek, rok pendek, gabungan antara formal dan kasual (atasan maupun bawahan).

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel dependent (terikat/ variabel tidak bebas) adalah variabel yang nilainya akan diperkirakan atau diramalkan[13]. Variabel ini menjadi subjek yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kepercayaan diri mahasiswa.

Tingkat Kepercayaan diri (Y)

Pengertian rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya, serta kelebihan tersebut membuatnya merasa mampu mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

Yang menjai objek kajian dalam tingkat kepercayaan diri adalah:

  1. Keyakinan diri untuk tampil di muka umum
  2. Tidak malu dalam bersosialisasi dalam lingkungan

Bab IV. Hasl dan Pembahasan

A. Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh setelah kuesioner dibagikan secara acak kepada 20 responden, didapatkan hasil sebagai berikut.

  1. Didapati fungsi lain pakaian yang dominan bagi responden adalah sebagai bentuk representasi kepercayaan diri mereka. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : Tidak ada yang menjawab pakaian untuk menunjukkan kehebatan pakaian/pamer mereka; 7 responden memilih pakaian sebagai cerminan karakter/jati diri; 12 responden yang menjawab sebagai bentuk representasi kepercayaan diri mereka; serta satu orang yang menjawab sebagai fungsi lainnya. Alasan yang dijelaskan oleh para responden bahwa dengan menggunakan pakaian yang mereka anggap bagus dan baik dapat meningkatkan kadar kepercayaan diri mereka pribadi.
  2. Pada pertanyaan kedua, tim peneliti memperbolehkan responden untuk memilih 3 pilihan jawaban, untuk pertanyaan ‘apa saja yang menunjang kepercayaan diri anda’. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh tim peneliti, responden memilih 3 jawaban yang terbanyak adalah “C,G,H” yaitu gaya rambut, kepintaran, dan pakaian. Sebab, para responden mengatakan bahwa bila mereka tidak memiliki kepintaran dalam hal akademis maupun kepintaran dalam memilih gaya rambut dan pakaian, maka mereka merasa akan kehilangan penunjang dari rasa kepercayaan diri mereka. Sepeti contoh dan alasan yang dikemukakan oleh responden, apabila para responden ingin menghadiri sebuah acara penting, namin mereka tidak memiliki kepintaran dalam memilih gaya rambut dan pakaian yang sesuai dengan acara tersebut, tentu saja mereka akan merasa malu dan tidak percaya diri ketika menghadiri acara tersebut.
  3. Pada pertanyaan ketiga, tim peneliti ingin mengetahui seberapa besar skala pengaruh pakaian terhadap kepercayaan diri responden. Dari skala 1-5, didapati hasil yang paling banyak yaitu di skala 4, dimana pakaian cukup mempengaruhi kepercayaan diri responden. Alasan yang diutarakan yaitu ketika para responden menggunakan pakaian tertentu, hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka.
  4. Pada pertanyaan keempat, tim peneliti ingin mengetahui ‘jenis pakaian apa yang sering responden gunakan saat pergi ke kampus’. Sebanyak 12 responden memilih pakaian kasual, dimana menurut pendapat mereka, menggunakan pakaian kasual lebih nyaman dan tidak memakan waktu lebih dalam penyiapannya.
  5. Pertanyaan yang kelima dan terakhir, tim peneliti membuat pertanyaan tentang ‘apakah responden pernah memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tempatnya’. Didapati separuh dari seluruh sampel pernah menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan tempatnya (salah kostum). Para responden memberikan penjelasan bahwa mereka pada awalnya memang malu, tetapi mereka berusaha tetap percaya diri saja walaupun menjadi pusat perhatian dari orang yang lain.

B. Pembahasan

Pakaian adalah salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan manusia selain pangan dan papan. Selain fungsi pakaian sebagai alat penutup tubuh yang memberikan kepantasan, Kenyamanan dan keamanan, pakaian juga memiliki makna lain bagi pengguna maupun pengamatnya. Pakaian dapat mencerminkan kreatifitas, status, budaya, maupun identitas penggunanya. Jenis-jenis pakaian meliputi baju, celana, rok, blouse, jas, dress, jaket dan juga pakaian dalam.

Dari data-data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dilihat hubungan antara pakaian dan kepercayaan diri mahasiswa Surya University. Sebagian besar hasil mengatakan selain fungsi pakaian untuk melindungi tubuh, pakaian juga mencerminkan kepercayaan diri mahasiswa. Menurut hasil dari kuesioner yang disebarkan kepada dua puluh mahasiswa Surya University, cara berpakaian sangat berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Mayoritas mahasiswa menyatakan dengan menggunakan pakaian kasual saat pergi ke kampus, mereka merasa santai dan nyaman. Selain itu, pakaian kasual berupa kaos tidak susah dan memakan waktu dalam penggunaannya sehingga pakaian ini menjadi pilihan mahasiswa untuk pergi ke kampus. Mahasiswa lain yang menggunakan pakaian semiformal juga menyatakan bahwa pakaian semiformal mendorong rasa kepercayaan diri mereka karena selain penggunaannya yang santai, pakaian semiformal juga terlihat sopan karena bentuknya yang berupa kaos berkerah atau baju yang berbahan tipis. Sedangkan mahasiswa yang memilih pakaian formal mengemukakan bahwa kerapian membuat mereka nyaman, ataupun mereka menggunakan pakaian jenis formal karena memang ada tuntutan dari suatu tempat atau acara yang mereka ikuti.

Pemilihan pakaian menjadi hal yang cukup penting bagi mahasiswa Surya University. Para responden berpendapat bahwa pakaian yang mereka pakai cukup berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri mereka. Seperti contoh, mahasiswa yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tempatnya akan membuat si pemakai baju yang salah merasa malu, minder, tidak percaya diri, dan berusaha membawa diri mereka untuk menjauh dari keramaian.

Selain pakaian, terdapat hal lain yang juga berpengaruh dalam menunjang kepercayaan diri seperti aksesoris yang digunakan, gaya rambut, sepatu, tas, dan keadaan fisik dan kepintaran pun dapat menjadi penunjang kepercayaan diri. Namun, pakaian tetap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa Surya University.

C. Hubungan dengan Teori

Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, di antaranya merupakan kebutuhan pakaian. Pakaian menjadi salah satu bagian dari kehidupan yang sangat penting. Selain sebagai pelindung, pakaian menjadi ekspresi dan wibawa diri. Individu yang mendapat pujian terhadap pakaian yang mereka pakai dapat dipastikan akan lebih percaya diri akan penampilannya. Dari data hasil penelitian, responden menyatakan bahwa berpenampilan akan meningkatkan kepercayaan diri, menyatakan bila ekspresi mereka dihargai, maka akan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Ketika mereka menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan tempat, maka yang terjadi adalah rasa percaya diri akan menurun dan tidak akan mendapatkan pujian karena salah berpakaian, dimana hal ini mempengaruhi kebutuhan penghargaan yang dikemukakan menurut Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow.

Pakaian dapat memberikan suatu kesan tertentu kepada pengamatnya, sepeti rasa kesopanan, kenyamanan, dan keindahan sehingga pakaian yang digunakan dapat mempengaruhi persepsi pengamat yang melihat pakaian tersebut. Pengamat yang memberikan nilai positif terhadap pakaian tersebut dapat membuat penggunanya merasa lebih percaya diri. Teori berhias dalam fungsi busana menjelaskan bahwa pakaian yang mengutamakan estetika membuat pemakai terlihat lebih menarik, berkesan dan membuatnya merasa berwibawa. Semakin menarik, cocok, dan berwibawa seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan dirinya. Responden penelitian yang menyatakan bahwa cara berpakaian mempengaruhi kepercayaan diri disebabkan karena berpakaian disaat tertentu dapat memengaruhi tingkat kepercayaan diri mereka tergantung dari bagaimana penilaian orang lain yang melihatnya. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa pakaian tidak hanya untuk melindungi tubuh melainkan juga untuk mencerminkan jari diri, mengikuti identifikasi pada teori fungsi busana.

Bab V. Penutup

A. Simpulan

Pemilihan pakaian dengan kepercayaan diri mahasiswa memiliki hubungan yang cukup berpengaruh. Walaupun terdapat faktor penunjang kepercayaan diri yang lain seperti penampilan dan kecerdasan, pakaian tetap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri mahasiswa. Mahasiswa yang salah memakai pakaian dan yang memakai pakaian yang tidak cocok dengan lingkungannya akan cenderung merasa malu dan kehilangan rasa percaya diri mereka. Mahasiswa memiliki beberapa perspektif yang berbeda mengenai jenis pakaian yang dipakai dengan kepercayaan diri mereka. Ada yang merasa lebih percaya diri ketika menggunakan pakaian yang kasual, formal, maupun semiformal. Terdapat pula beberapa standar responden mengenai kepercayaan diri yang berdasarkan dari pandangan orang lain ketika orang lain melihat penampilan dan pakaian mereka.

B. Saran

Berdasarkan data yang telah diperoleh pihak peneliti, dapat disarankan bahwa responden tidak perlu khawatir tentang tingkat kepercayaan diri mereka sendiri. Karena, kepercayaan diri para responden itulah yang akan membuat mereka menjadi seseorang yang dapat dilihat oleh orang lain dari cara berpakaiannya. Responden dapat menjadi acuan mengenai cara berpakaian dalam berpakaian kasual, formal, dan semiformal. Hal tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh kepercayaan diri responden yang menggunakan pakaian pada jenis-jenis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

6 Langkah Mudah Meraih Percaya Diri Yang Dijamin Berhasil. 2012. http://www.motivasi- islami.com/meraih-percaya-diri/ (diakses April 28, 2015).

Fungsi Komunikasi Pakaian. 24 April 2013. http://www.femina.co.id/isu.wanita/topik.hangat/fungsi.komunikasi.pakaian/005/007/272 (diakses April 28, 2015).

Haryanto. Pengertian Kepercayaan Diri. 25 Juni 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian- kepercayaan-diri/.

—. Pengertian Kepercayaan Diri. 25 Juni 2010. http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan- diri/.

—. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. 18 Oktober 2010. http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki- kebutuhan-maslow/ (diakses April 2015, 2015).

J, Supranto. Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
Kaiser, S. B. The Social Psychology of Clothing: Symbolic Appearances in Context. New York:

Macmillan, 1990.
Nainggolan, Marlina Nova Lia. Perancangan Busana Pesta Wanita Dengan Kombinasi Ulos Dan

Eksplorasi Desain Permukaan. Bandung: Telkom University, 2010. Siahaan, Sari Rosanni. Landasan Teori. 2015.

http://www.academia.edu/7823976/BAB_2_LANDASAN_TEORI_2.1.

LAMPIRAN

Berikut adalah format kuesioner yang dibagikan:

Adakah fungsi lain dari pakaian selain untuk melindungi tubuh?

  1. Untuk pamer
  2. Untuk mencerminkan identitas/jati diri (karakteristik diri)
  3. Kepercayaan diri
  4. Lainnya:_______

(Berikan alasan pada jawaban.)

Apa saja a. b. c. d. e.

f.

yang menunjang kepercayaan diri Anda?* (Maksimal 3 jawaban) Aksesoris
Alat-alat elektronik (Gadget, dll.)
Gaya rambut

Sepatu
Tas
Keadaan fisik

https://mikazestory.blogspot.com/2015/11/makalah-pemilihan-pakaian-terhadap.html 9/11

7/15/24, 3:15 PM Mikaze Story: Makalah Pemilihan Pakaian Terhadap Kepercayaan Diri mahasiswa

g. Kepintaran h. Pakaian

Seberapa besar pakaian mempengaruhi tingkat kepercayaan diri Anda?

  1. Sangat mempengaruhi
  2. Mempengaruhi
  3. Biasa saja
  4. Tidak terlalu mempengaruhi
  5. Tidak mempengaruhi sama sekali

Jenis pakaian apa yang sering Anda gunakan saat pergi ke kampus? a. Formal

b. Kasual
c. Semi-Formal
(Berikan alasan pada jawaban.)

Apakah Anda pernah memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tempatnya? a. Ya

b. Tidak
Jika Ya, apa yang Anda rasakan? Lalu apa yang Anda lakukan?

Data Penelitian

Jawabaa b c d e f g h n No.

1 0 7 12 1 – – – –

2 1 3 13 9 4 9 10 11

349610—

4 1 12 6 1 – – – –

5 10 10 – – – – – –

[1] Malcolm Bernard dalam Fashion Sebagai Komunikasi, 1996, dikutip oleh Femina, Fungsi Komunikasi Pakaian.
[2] Irwan M. Hidayana, Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, dikutip oleh Femina, Fungsi Komunikasi Pakaian
[3] Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling, 2005:87. Dikutip oleh Haryanto, Pengertian Kepercayaan Diri, 2010.
[4] Loekmono, 1983, dikutip oleh Sari Siahaan dalam Academia.edu
[5] Keyyissah, 2012.
[6] Haryanto, Pengertian Kepercayaan Diri, 2010.
[7] Thantaway, dikutip dari 6 Langkah Mudah Meraih Percaya Diri Yang Dijamin Berhasil. 2012. [8] Abraham Maslow, psikolog humanistik, dikutip oleh Haryanto, 2010.
[9] Kaiser, S. B. (1990). The Social Psychology of Clothing: Symbolic Appearances in Context [10] Rubin, Palmgreen, & Sypher dalam buku Pengantar Teori Komunikasi analisis dan aplikasi, 1994
[11] J.Supranto, hal 322,2003.
[12] J.Supranto, hal 156, 2003.
[13] J.Supranto, hal 156, 2003

Label: Paper, Tugas
Diposting oleh Kaze Hikari di 00.10.00

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply