Praktikum viskositas berbagai cairan bertujuan untuk mengukur viskositas () dari fluida dengan mengukur waktu flux dari fluida itu sendiri. Variable utama dalam variable ini adalah viskositas dan massa jenis ().
Daftar isi
Praktikum Viskositas Berbagai Cairan
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Fluida adalah zat yang dapat mengalir seperti cairan dan gas. Hal ini karena gaya-gaya yang bekerja pada partikel gas tersebut lemah sehingga membuat keadaan antar partikel sangat dinamis.
Pergerakan ini akan menimbulkan gaya gesek antar partikel ketika terjadi pergerakan baik itu antar partikel fluida sendiri maupun benda asing yang masuk ke dalam fluida. Gaya gesek yang timbul ini menjadi faktor yang menetukan kecepatan aliran fluida tersebut ketika mendapat gaya dan juga kecepatan benda yang bergerak dalam fluida.
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi.
Koefisien viskositas secara umum diukur dengan dua metode, yaitu viskometer Oswald : waktu yang dibutuhkan untuk mengalirnya sejumlah tertentucairan dicatat, dan h dihitung dengan hubungan. Umumnya koefisien viskositas dihitung dengan membandingkan laju cairan dengan laju aliran yang koefisien viskositasnya diketahui.
Nilai viscositas Lehman didasarkan pada waktu kecepatan alir cairan yang akan diuji atau dihitung nilai viscositasnya berbanding terbalik dengan waktu kecepatan alir cairan pembanding, dimana cairan pembanding yang digunakan adalah air.
Viscometer bola jatuh–Stokes. Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya, yaitu :
- Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.
- Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu.
- Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya.
(Triyana, 2011).
B. Tujuan Percobaan
- Menerangkan arti viskositas suatu cairan
- Menggunakan alat penentuan viskositas dan berat jenis untuk menentukan viskositas berbagai macam cairan.
- Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan.
Bab II. Pendahuluan
A. Viskositas
Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. (Bird, 1993).
Viskositas (kekentalan) dapat diartikan sebagai suatu gesekan didalam cairan zat cai. Kekentalan itulah maka diperlukan gaya untuk menggerakkan suatu permukaan untuk melampaui suatu permukaan lainnya, jika diantaranya ada larutan baik cairan maupun gas mempunyai kekentalan air lebih besar daripada gas, sehingga zat cair dikatakan lebih kental daripada gas.
Viskositas adalah indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas ini juga disebut sebagai kekentalan suatu zat. Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu. (Dudgale, 1986)
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas disperse koloid dipengaruhi oleh bentuk partikel dari fase disperse dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Respati, 1981).
Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperature, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperature dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya suhu (Bird,1993).
Viskositas suatu zat dipengaruhi oleh suhu. Untuk gas, viskositas meningkat dengan bertambahnya suhu. Sementara viskositas zat cair akan menurun dengan naiknya suhu. Hubungan antara viskositas dan suhu tampak pada persamaan Arrhenius.
Viskometer kapiler yang paling banyak digunakan adalah viskometer oswald. Viskositas cairan yang mengalir melalui kapiler dihitung berdasarkan hukum poiseuille, yaitu:
Dalam praktek seringkali viskositas ditentukan secara relatif yaitu dengan membandingkan viskositas cairan yang belum diketahui dengan viskositas absolut cairan baku pembanding (Yelmida, 2015).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas. Sehingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertamabah dengan naiknya suhu. Koefisien gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tegangan.
Sifat dari fluida sejati adalah kom persibel, artinya volume dan massa jenisnya akan berubah bila diberikan tekanan. Selain itu juga fluida sejati mempunyai viskositas yaitu gesekan didalam fluida, sedangkan dandalam anggapan fluida ideal semua sifat – sifat ini diabaikan. (Victol, 1996).
Viskositas didalam zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul dan didalam gas disebabkan oleh pelanggaran-pelanggaran antar molekul yang bergerak dengan cepat. Terutama dalam arus turbulent. Viskositas ini naik dengan cepat sekali hampir berbanding lurus dengan pangkat tiga kecepatannya. Makin besar kecepatannya, makin besar viskositasnya.
Viskositas zat cair lebih besar daripada gas. Viskositas gas sedemikian kecilnya sehingga sering diabaikan. Viskositas fluida bergantung kepada suhunya. Viskositas ini pada umumnya yaitu zat cair yang umunya berkurang jika suhunya naik. Tetapi sebaliknya, viskositas gas lebih besar jika suhunya naik. Lapisan – lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan. Karena itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair tersebut (Frank, 1988).
B. Cara-cara penentuan viskositas
a. Viskometer Ostwald
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer.
Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan (Respati,1981).
b. Viskometer hoppler
Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatanmaksimumakantercapaibilagravitasisamadenganfictional resistance medium (Frank, 1988)
c. Viskometer cupand Bob
Prinsipkerjanyasampeldigeserdalamruanganantaradindingluar.Bobdandindingdalamdari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi disepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Victol, 1996).
d. ViskometerCone and Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah papan, kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang sempitan tarapapan yang diamdan kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).
C. Konsep Viskositas
Fluida, baikzatcairmaupunzat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ke tika fluida fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarikan tara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukanantaramolekul (Bird, 1993).
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bias dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goring diatas lantai yang permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill = nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (Victol, 1996).
Satuan system internasional (SI) untukkoefisienviskositasadalah Ns/m2 = Pa.S (pascalsekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisienviskositasadalahdyn.s/cm2 = poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1 cp = 1/1000 p. satuan poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie Poiseuille.
1 poise = 1 dyn.s/cm2 = 10-1 N.s/m2
Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai makna yang tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus berubah (While, 1988).
Viskositas merupakan besaran yang harganya tergantung terhadap suhu. Pada kebanyakan fluida cair, bila suhu naik maka viskositas akan turun dan sebaliknya bila suhu turun maka viskositas akan naik (Victol, 1996).
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama antara cair dan gas adalah :
- Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus diperlakukan demikian.
- Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas, sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya (Frank, 1988).
D. Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas dari fluida. Berbagai macam fluida yang diukur massa jenisnya, biasanya dalam praktikum yang diukur adalah massa jenis oli, minyak goreng, dan lain-lain. Piknometer itu terdiri dari 3 bagian, yaitu tutup pikno, lubang, gelas atau tabung ukur. Cara menghitung massa fluida yaitu dengan mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong. Kemudian di dapat data massa dan volume fluida, sehingga tinggal menentukan nilai cho/massa jenis (ρ) fluida dengan persamaan = cho (ρ) = m/v (Whille, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
1. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
2. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
3. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan viskositas.
4. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu caira
E. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni atau alkohol absolute. Etanol adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar dan tak berwarna. Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal dengan rumus kimia C2H5OH dan rumu sempiris C2H6O. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbahan bahan – bahan kimia dan juga larutan organic lainnya seperti asam asetat, aseton, benzene, karbon tetraklorida, kloroform, dietileter, etilenaglikol, gliserol, nitrometana, piridinadan toluene. Etanol memiliki densitas 0,789 g/cm3 dan viskositasnya 1,200 cP pada suhu 20oC dan titik didihnya 78,4oC (Fessenden, 1982).
F. Etil Asetat
Etila setat adalah senyawa organik dengan rumus kimia C4H8O2 yang memiliki den sitas sebesar 0,897 g/cm3 dan titik didih 77,1oC. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berbentuk cairan tak berwarna dengan aroma yang khas. Etil asetat merupakan pelarut polar yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi, namun senyawa ini tidak stabil dalam air yannng mengandung asam atau basa.
Bab III. Metode Praktikum
A. Alat
- Viskometer Oswald
- Piknometer 5 ml
- Corong kaca
- Water bath
- Termometer
- Gelaspiala 50 ml
- Pipettetes
- Penyedot pipet volume
- Stop watch
- Neracaanalitik
B. Bahan
- Aquades
- Etanol
- Etil Asetat
C. Prosedur Percobaan
2.3.1 Menentukan Viskositas Berbagai Jenis Cairan
- Cairan yang akan ditentukan viskositasnya harus bebas dari partikel – partikel yang nantinya akan menyumbat kapiler alat.
- Ambil cairan yang akan ditentukan viskositasnyas ebanyak yang diperlukan.
- Tuang cairan yang akan ditentukan viskositasnya kedalam kapiler alat (viskometer) sampai volume cairannya mencapai setengah dari volume silinder (dalam alat viskometer).
- Kemudian cairan tersebut disedot dengan menggun akan penyedot pipet volume sampai batas atas kapiler alat, dan tutup bagian atas dari viskometer agar cairannya tidak kembali ke bawah lagi.
- Lepaskan penutup dari tabung viskometer sampai cairannya turun melewati batas dan memasuki kapiler alat yang berbentuk bola.
- Sambil dilakukan penghitungan efflux time dengan stop watch dan membiarkan cairan turun melalui kapiler alat.
- Perhitungan efflux time dimulai ketika cairan tersebut turu nmelewati batas pada viskometer yang ditandai dengan garis.
- Kemudian hitung kinematic viscosity sampel dengan mengalirkan efflux time dengan konstanta viskosimeter (0,000953 mm2/detik2)
- Ukur suhu berbagai jenis cairan yang akan ditentukan viskositasnya dengan termometer. Kemudian lakukan pengujian viskositas berbagai jenis cairan dengan suhu 28oC, 40o C, dan 60oC
- Kemudian tentukan berat jenis setiap cairan sampel pada suhu tertentu menggunakan piknometer.
2.3.2 Penentuan Berat Jenis (ρ) Berbagai Macam Cairan
- Pertama timbang berat piknometer yang kosongdan bersih pada neraca analitik. Volume piknometer diketahui : 10 ml.
- Kemudian isi cairan yang akan ditentukan berat jenisnya ke dalam piknometer sampai penuh. Pasang tutup kapiler dengan hati-hati, jangan ada rongga udara dalam piknometer. Bersihkan bagian luar piknometer sampai benar-benar bersih dan kering.
- Timbang kembali piknometer yang telah berisi cairan yang akan ditentukan berat jenisnya pada neraca analitik.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Pengamatan
3.1.1 Menentukan Viskositas Berbagai Jenis Cairan
Tabel 3.1 Menentukan viskositas berbagai jenis cairan
No. | Larutan | Efflux Time | Kinematik Viscosity |
1 | Air Kran | 5.8 s | 5.52 × 10-3 |
2 | Etanol | 6.75 s | 5.11 × 10-3 |
3 | EtilAsetat | 2.8 s | 2.37 × 10-3 |
3.1.2 PenentuanBeratJenis (ρ) BerbagaiJeniscairan
Volume piknometer : 5 ml
Berat piknometer kosong : 12.06 gram
Tabel 3.2 penentuanberat(ρ) berbagaimacamcairan
No | Larutan | |
1 | Air Kran | 1.027 gr/ ml |
2 | Etanol | 0.854 gr/ ml |
3 | EtilAsetat | 0.954 gr/ ml |
B. Pembahasan
3.2.1 MenentukanViskositasBerbagaiJenisCairan
Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurunkan kekentalannya.
Konsentrasi larutan, viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Berat molekul solute, viskositas berbanding lurus dengan berat molukel solute, karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga menaikkan viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari viskositas itu bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu zat cair.
Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Berdasarkan hokum Heagen Poiseuille : ŋ = cpr4t/(8VL) P = pgh = πpr4pgh/(8VL). Dimana p = tekanan hidrostatis, r = jari-jari kapiler, t= waktu alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h, L = panjang kapiler. Untuk air :ŋair = πpr4 ta. Pa.g.h / (8VL) secara umum berlakuŋx = πpr4txpxgh / (8VL). Jika air digunakan sebagai pembanding maka ŋx/ ŋair = txpx/tapa (Tim Kimia Fisik, 2010 ).
Secara teoritis bila mengikuti literatur, viskositas Etanol akan lebih besar dari pada viskositas Air kran dan Etil Asetat. Dari hasil percobaan, viskositas Air kran lebih besar dari pada etanol dan etil asetat, seharusnya viskositas air kran lebih kecil dari pada etanol. Hal dikarenakan terdapat beberapa factor kesalahan pada percobaanya itu alat- alat yang kurang bersih sehingga didapat hasil yang kurang maksimal begitu juga pada penggunaan stopwatch yang kurang tepat sehingga hasilpun kurang maksimal.
3.2.2 PenentuanBeratJenis (ρ) berbagai Macam Cairan
Pada percobaan yang dilakukan dengan menggunakan tiga larutan yaitu Air kran, Etanol, Etil Asetat. Didalam piknometer volume masing- masing larutan 5 ml maka didapatkan berat jenis masing- masing larutan tersebut. Air kran 1.072 gr/ ml, Etanol 0.854 gr/ ml, Etil Asetat 0.954 gr/ ml. dari tiga larutan tersebut terlihat jelas bahwa berat jenis tertinggi adalah air kranada yang paling rendah etanol. Ketiga den sitas hasil dari percobaan memiliki nilai densitas yang lebih besar dari pada densitas literature yaitu
Densitas Air kran 1.05 gr/ ml, Etanol 0.789 gr/ ml, etil asetat 0.89 gr/ ml. tetapi perbedaan densitas literatur dengan hasil percobaan tidak jauh berbeda. Hal yang menyebabkan perbedaan hasil yang diperoleh dengan literatur, dapat disebabkan beberapa faktor yaitu kurang akuratnya pada saat penimbangan dengan neraca analitik, karena pada tingkat ketelitian neraca analitik tidak terlalu tinggi hal ini disebabkan oleh ketika penimbangan, neraca analitik tidak menunjukkan berat yang konstan karena dipengaruhi oleh udara sehingga menimbulkan perbedaan hasil yang diperoleh dari hasil percobaan bila dibandingkan dengan literatur.
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
- Dari percobaan didapat kinematik viscosity air kran 5.52 × 10-3, Etanol 5.11 × 10-3, Etil Asetat 2.37 × 10-3 .
- Berat jenis (ρ) Air kran 1.072 gr/ ml, Etanol 0.854gr/ ml, EtilAsetat 0.954 gr/ ml.
B. Saran
- Penggunaan stopwatch harusteliti agar hasil yang didapat lebih akurat.
- Kebersihan alat diperhatikan, karna kebersihan alat berpengaruh dalam percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1993. Kimia FisikUntukUniversitas. Jakarta : PT Gramedia.
Dudgale. 1986. Mekanika Fluida Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Frank, M. 1988. Mekanika Fluida edisi ke-2 jilid I. Jakarta : Erlangga.
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Victol, L. 1996. Mekanika Fluida Edisi Delapan jilid I. Jakarta : Erlangga.
Yelmida. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Pekanbaru : Universitas Riau.