Daftar isi
Pengamatan dan Pengukuran Indukan, Benih, Larva dan Telur Ikan Nila
Bab I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Pada dasarnya ikan mengalami pertumbuhan secara terus-menerus, baik pertumbuhan bobot, panjang serta gonadnya. Oleh sebab itu maka pertumbuhan ikan adalah salah satu ilmu perikanan yang dipelajari di dunia perikanan.
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas.
1.2. Tujuan praktekum
Adapun tujuan dari praktekum ini agar dapat mengetahui
1. Teknik pengukuran panjang dan berat indukan ikan nila.
2. Teknik pengukuran panjang dan berat benih ikan nila.
3. Teknik pengukuran panjang dan berat larva ikan nila.
4. Teknik pengukuran diameter telur ikan nila.
5. Teknik bedah ikan.
1.3. Manfaat praktekum
Manfaat dari praktekum ini agar dapat mengetahui cara pengukuran panjang berat pada ikan nila (Oreochromis niloticus,) dan dapat mengukur diameter telur ikan nila serta dapat memberikan informasi singkat tentang organ dalam ikan Nila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan
Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup atau habitatnya berada di air, baik air tawar, air payau, maupun air laut dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia ( De Becker dan Hariyanti, 2007).
2.2 Ikan Nila (Oreocromis niliticus)
Menurut Kordi (2007), ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies dari kelas Osteichtyes yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk tubuh ikan nila pipih ke samping memanjang dengan warna tubuh umumnya putih kehitaman atau biasa disebut nila hitam dan merah yang biasa disebut nila merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin ke perut makin terang. Pada sirip terdapat 6-12 garis melintang yang berakhir dengan ujung kemerah-merahan. Pada punggungnya terdapat garis-garis melintang
2.3 Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981).
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino (Sugiarto, 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) saanin (1968)
2.4 Anatomi Eksternal Atau Morfologi Ikan Nila
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968), mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang.
Ikan Nila (oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut (ventral fin), siri anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin).
Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
2.4.1 Morfologi Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Telur ikan Nila yang di buahi berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur-telur yang telah dibuahi dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4-5 hari. Telur yang sudah menetas disebut larva. Telur yang tidak dibuahi berwarna putih dan tenggelam di dasar.
2.4.2 Morfologi Larva Ikan nila (Oreochromis niloticus)
Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat, transparan, mengapung di permukaan air sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih dan tenggelam di dasar. Telur yang dibuahi akan berkernbang menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi larva. Perkembangan larva terdiri dari dua tahap yaitu prolarva dan post larva. Prolarva adalah larva yang masih mempunyai kuning telur dan tubuh transparan. Post larva adalah larva yang kuning telurnya telah habis dan organ – organ tubuhnya telah terbentuk sampai Larva tersebut memiliki bentuk menyerupai ikan dewasa.
Panjang larva 4-5 mm, larva yang sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai umur 11 hari dan berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam.
Perkernbangan Larva ikan atas 4 fase yaitu; 1) fase yolk sac yaitu mulai dari menetas hingga kuning telur habis, 2) fase prefleksion yaitu dimulai dari kuning telur habis terserap sampai terbentuk spin, 3) fase fleksion yaitu dimulai dari terbentuknya spin, calon sirip ekor, perut dan punggung sampai hilangnya spina, 4) fase pasca fleksion yaitu dimulai dari hilang atau tereduksinya spina sampai menjadi juvenil (Usman, dkk., 2003).
2.4.3 Morfologi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Benih merupakan tahap selanjutnya dari larva berumur labih dari 7 hari. Benih ikan nila berwarna bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap sampai hijau kelabu yang berukuran 1 s/d 12 cm. Benih ikan pada umumnya bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.
2.5 Anatomi Internal Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Anatomi internal ikan meliputi beberapa sistem, diantaranya sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem skeletal, sistem syaraf, sistem otot, sistem pencernaan dan sistem urogenital. Berikut adalah gambar anatomi internal pada ikan.
2.5.1 Sistem pernapasan
Pernapasan pada ikan menggunakan insang. Sebagian besar insang pada ikan dilindungi oleh operkulum yang dapat menyaring air yang masuk melalui mulut sehingga zat-zat yang berbahaya dapat dihindarkan. Ikan mengambil oksigen terlarut dalam air dengan cara menyaring air yang masuk melalui mulut dan mengambil oksigen yang terlarut dalam air menggunakan insang (Pough,et al., 2005).
2.5.2 Sistem kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada ikan terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Fungsi jantung yaitu untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung ikan terletak di dekat insang dan dibungkus oleh selaput perikardium. Bagian jantung ikan yaitu sinus venosus, atrium, ventrikel, dan bulbus arterious. Ada dua macam pembuluh darah yaitu pembuluh nadi dan pembuluh vena. Fungsi dari pembuluh darah secara umum ialah untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh (Pough,et al., 2005).
2.5.3 Sistem skeletal
Sistem skeletal pada ikan terdiri atas beberapa elemen yaitu eksoskeleton dan endoskeleton. Eksoskeleton dapat berupa sisik-sisik sedangkan eksoskeleton adalah bagian yang menyokong struktur tubuh yang terdiri atas tulang endoskeleton (Lytle dan John, 2005).
2.5.4 Sistem Syaraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Pada ikan dewasa, otaknya terdiri dari lima bagian yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon, dan myelencephalon (Lytle dan John, 2005).
2.5.5 Sistem otot
Sistem otot pada ikan relatif sama dengan system otot pada vertebrata daratan. Sebagian besar dari otot tersusun atas myotom-myotom. Kontraksi dari myotom ini disesuaikan dengan bentuk tubuh ikan itu sendiri. Segmen otot pada bagian dorsal disebut otot epaxial dan segmen otot pada bagian ventral disebut otot hypaxial (Lytle dan John, 2005).
2.5.6 Sistem urogenital
Sistem urogenital ikan yang utama yaitu adanya dua buah ginjal yang berukuran relatif panjang. Terdapat pula ureter yang merupakan saluran kencing bagi ikan. Selain itu pada sistem urogenital ikan terdapat pula alat kelamin berupa gonad. Untuk jantan disebut tetis yang berwarna putih dan pada betina disebut ovarium (Lytle dan John, 2005).
2.6 Pemisahan kelamin secara manual
Pemisahan kelamin secara manual merupakan cara yang paling sederhana karena hanya memerlukan ketrampilan membedakan jenis kelamin ikan nila dengan melihat urogenital papillae dan telah diuji oleh beberapa peneliti Hickling (1963) ; Meschkat dkk, (1967 dalam Mukti 1998). Pada betina terdapat 2 lubang, sedangkan pada jantan terdapat 1 lubang. Lovshin dan Da Silva (1975, dalam Mukti 1998), mengatakan bahwa memisahkan benih ikan berdasarkan jenis kelamin kurang efesien karena boros waktu dan tenaga. Kegiatan pemilihan tergantung pada keterampilan petani dalam mengenal perbedaan jantan – betina ikan. Biasanya derajat kesalahannya dapat mencapai 10% .
Ciri-ciri yang dapat menjadi pembeda antara benih ikan nila jantan dan betina adalah sebagai berikut:
1. Sisik nila jantan lebih besar daripada nila betina
2. Alat kelamin jantan berupa satu lubang di papilla yang berfungsi sebagai muara urine dan sperma, sedangkan alat kelamin betina terdiri dua lubang yang juga terletak di papilla, salah satu lubang untuk muara urine dan lubang lain untuk pengeluaran telur.
3. Sisik di bawah dagu dan perut nila jantan berwarna gelap, sedangkan pada betina berwarna putih/cerah.

Gambar 2. (a) alat kelamin jantan terlihat ada tonjolan, dan (b) alat kelamin
betina terlihat ada cekungan (Sumber: Anonim, 1998).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum Teknologi pembenihan ikan ini dilakasanakan pada hari Sabtu tanggal 19 novenber 2016 , pukul 09.30 sampai selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium basa kastela Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun Ternate.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum.
| NO. | Alat | Kegunaan |
| 1. | Alat Bedah | Untuk membedah tubuh ikan |
| 2. | Alat Tulis | Untuk menulis hasil praktikum |
| 3. | Penggaris | Untuk mengukur panjang tubuh ikan |
| 4. | Timbangan manual | Untuk mengukur berat induk ikan |
| 5. | Pisau kater | Untuk membedah ikan |
| 6. | Tisu | Untuk membersihkan alat |
| 7. | Seser | Untuk mengambil sampel ikan yang ada di kolam |
| 8. | Miroskop komputer | Untuk melihat tubuh dan telur ikan |
| 12. | Toples | sebagai wadah larfa dan benih ikan |
| 13. | Bak fiber | Sebagai wadah induk ikan |
| 14. | Leptop | Untuk melihat sampel telur dan tubuh ikan |
| 15. | Timbangan Elektronik | Untuk mengukur larfa dan benih ikan |
| 16. | Pipet | Untuk pengambilan contoh telur yang sudah diencerkan |
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum.
| NO | Bahan |
| 1 | Air |
| 2 | Indukan Ikan Nila |
| 3 | Benih Ikan Nila |
| 4 | Larva Ikan Nila |
| 5 | Telur Ikan Nila |
3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum ini yaitu menggunakan metode pengamatan. Pengamatan yang dilakukan yaitu pengukuran panjang dan berat indukan, benih, dan larva, pengukuran diameter telur ikan Nila. Serta pengamatan sistem urogenital ikan Nila.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengukuran Panjang Dan Berat Ikan Nila
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam pengukuran panjang dan berat ikan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan ikan yang akan diamati
2. Pengukuran panjang induk, larva, dan benih ikan Nila
3. Timbang berat induk, larfa, dan benih ikan nila
3.4.2 Pengukuran Diameter Telur Ikan Nila
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam pengukuran diameter telur adalah sebagai berikut :
1. Lima butir telur ikan nila dari hasil pemijahan disiapkan di atas kaca preparat
2. Amati dengan mikroskop untuk menentukan diameternya.
3.4.3 Pengamatan Sistem Urogenital Ikan Nila
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam pengamatan sistem urogenital adalah sebagai berikut :
1. Benih ikan nila hasil seleksi dan telah dilakukan pengukuran panjang dan berat disisihkan seekor sebagai sempel untuk pengamatan sistem urogenital.
2. Benih tersebut kemudian di bedah dengan alat bedah dan di amati dengan microscop kumputer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Ukuran Panjang Dan Berat Indukan Ikan Nila
Adapun hasil pengukuran panjang dan berat indukan ikan nila yang dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengukuran indukan ikan Nila.
| Indukan Ke | Jenis Kelamin | Panjang | Berat |
| I | Jantan | 15,5 cm | 50 gram |
| II | Jantan | 13,5 cm | 40 gram |
| III | Betina | 15,0 cm | 40 gram |
| IV | Betina | 12,3 cm | 40 gram |
| V | Betina | 14,3 cm | 50 gram |
4.1.2 Ukuran Panjang Dan Berat Benih Ikan Nila
Adapun hasil pengukuran panjang dan berat benih ikan nila yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengukuran benih ikan Nila.
| Benih Ke | Panjang | Berat |
| I | 2,9 cm | 0,49 gram |
| II | 3,2 cm | 0,48 gram |
| III | 2,8 cm | 0,31 gram |
| IV | 2,9 cm | 0,35 gram |
| V | 2,85 cm | 0,15 gram |
4.1.3 Ukuran Panjang Dan Berat Larva Ikan Nila
Adapun hasil pengukuran panjang dan berat larva ikan nila yang dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengukuran larva ikan Nila.
| Larva Ke | Panjang | Berat |
| I | 0,9 cm | 0,934 gram |
| II | 1,0 cm | 0,934 gram |
| III | 0,9 cm | 0,934 gram |
| IV | 1,2 cm | 0,934 gram |
| V | 1,0 cm | 0,934 gram |
4.1.4 Ukuran Diameter Telur Ikan Nila
Adapun hasil pengukuran diameter telur ikan nila yang dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengukuran diameter telur ikan Nila
| Telur Ke | Diameter |
| I | 1 µm |
| II | 2 µm |
| III | 2 µm |
| IV | 3 µm |
| V | 3 µm |
4.1.5 Sistem Urogenital Ikan Nila
Adapun hasil pengamatan adanya dua buah ginjal yang berukuran relatif panjang. Terdapat pula ureter yang merupakan saluran kencing bagi ikan. Selain itu alat kelamin berupa gonad.
4.2 Pembahasan
Praktikum dimulai pada pukul 9:30 wit yang di awali dengan persiapan wadah bak fiber yaitu pembersian wadah dan pemasukan air. Pada pukul 10:00 dilakukan seleksi indukan, benih, dan larva dari kolam. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran panjang dan berat ikan. Sementara telur ikan diperoleh dari pemijahan indukan ikan. Setelah pengukuran panjang dan berat, benih ikan kemudian dibedah dan diamati bagian dalam ikan.
4.2.1 Indukan Ikan Nila
Indukan ikan di seleksi sebanyak 5 ekor ikan, 2 ekor jantan dan 3 ekor betina. Setelah diseleksi kemudian dilakukan pengukuran panjang dengan menggunakan penggaris dan pengukuran berat dengan timbangan manual.
4.2.2 Benih Ikan Nila
Benih ikan di seleksi sebanyak 5 ekor ikan. Setelah diseleksi kemudian dilakukan pengukuran panjang dengan penggaris dan pengukuran berat dengan timbangan elektronik.
4.2.3 Larva Ikan Nila
Larva ikan di seleksi sebanyak 5 ekor ikan. Setelah diseleksi kemudian dilakukan pengukuran panjang dengan penggaris, laptop, dan microscop serta pengukuran berat dengan menggunakan timbangan elektronik.
Dalam pengukuran berat larva kami menggunakan rumus berikut

Diketahui : Berat air tanpa larva adalah 6,87
Berat air dengan larva adalah 7,35
Seletah diketahui berat air tanpa larva dan berat air dengan larva kemudian disubstitusikan ke rumus berat larva di atas, sehingga di peroleh penyelesaian sebagai berikut :


Maka, Berat keseluruhan larva adalah 0,934 gram.
4.2.4 Telur Ikan Nila
Telur ikan nila didapatkan dari hasil pemijahan indukan Nila. Diseleksi 5 butir telur menggunakan seser yang kemudian dilakukan pengukuran diameter telur menggunakan penggaris, laptop, dan microscop.
4.2.5 Sistem Urogenital
Dalam pengamatan sistem urogenital, ikan nila dibedah pada bagian perut. Setelah dibedah, ikan nila kemudian diamati dengan microscop komputer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum dan menyusun laporan praktikum ini dapat kami simpulkan :
1. Teknik pengukuran panjang pada indukan ikan mengunakan penggaris dan pengukuran berat ikan mengunakan timbangan manual.
2. Teknik pengukuran panjang pada benih ikan mengunakan penggaris dan pengukuran berat ikan mengunakan timbangan elektronik.
3. Teknik pengukuran panjang pada larva ikan mengunakan penggaris, laptop dan microscop, dan pengukuran berat ikan mengunakan timbangan elektronik.
4. Teknik pengukuran diameter telur ikan mengunakan penggaris, laptop, dan microscop.
5. Teknik bedah ikan nila menggunakan alat bedah. Bagian tubuh ikan yang dibedah adalah bagian perut.
5.2 Saran
Praktikum ini baik untuk dilaksanakan karena menambah pengetahuan mahasiswa. Tetapi praktikum kali ini hanya terfokuskan kepada cara pengukuran panjang dan berat ikan. Ada baiknya dipraktekan cara pemijahan dan teknik pembenihan.
DAFTAR PUSTAKA
Bestian C., 1996, Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Pada Kisaran Suhu Media 24±1 °C Dengan Salinitas Yang Berbeda (0,10 dan 20 o/00), Bogor, Skripsi.
Dwijayati D. R., 2011, Anatomi Eksternal dan Internal Ikan Nila (Oreochromis nilitucus),Malang, Laporan Pratikum Anatomi Histologi Ikan.
Jalaluddin, 2014, Pengaruh Salinitas terhadap Fekunditas Fungsional, Daya Tetas Telur dan Benih Ikan Nila Salin (Oreochromis niloticus Linn), Banda Aceh, 2014, Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan.
Natalia M. T., 2014, Larva Ikan Nila (Oreochromis Niloticus), Medan, Laporan Praktikum Biologi Perairan.
Rosmaidar dkk., 2016, Pengaruh Umur Larva Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Terhadap Peningkatan Penjantanan Menggunakan Hormon Methyl Testosterone (Mt) Alami, Banda Aceh, Jurnal Medika Veterinaria.
Tamamdusturi R. dan Basuki F., 2012, Analisis Karakter Reproduksi Ikan Nila Kunti (Oreochromis Niloticus) F4 Dan F5, Semarang, Journal Of Aquaculture Management and Technology .
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lokasi Praktikum

Lampiran 2 : Alat yang digunakan dalam praktikum

Bak Fiber

Timbangan Manual

Toples

Timbangan Analitik

Tissue

Seser

Microscop com.

Alat bedah

Alat Tulis

Penggaris
Lampiran 3 : Persiapan wadah

Pembersian Wadah

Pengisian Air
Lampiran 4 : Seleksi indukan, benih, dan larva ikan Nila.

Seleksi indukan dan benih ikan dari kolam

Hasil seleksi indukan dan benih

Hasil seleksi larva
Lampiran 5 : Pengukuran panjang dan berat indukan, benih, dan larva ikan Nila.

Pengukuran panjang dan berat indukan ikan Nila

Pengukuran panjang dan berat benih ikan Nila

Pengukuran panjang dan berat larva ikan Nila
Lampiran 6 : Pengukuran diameter telur ikan Nila

Pengukuran diameter telur ikan Nila
Lampiran 7 : Pengamatan Sistem urogenital

Sistem urogenital ikan nila
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.