Daftar isi
Praktikum Uji Viabilitas Tepung Sari (Pollen)
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penyerbukan merupakan peristiwa pemindahan atau jatuhnya pollen dari anther pada kepala putik (stigma) baik pada bunga yang sama atau bunga lain yang masih dalam satu spesies. Jika pollen sesuai (compatible), pollen akan berkecambah pada kepala putik dan membentuk sebuah tabung pollen yang akan membawa gamet jantan pada gametofit betina. Suatu senyawa protein tertentu pada awal pembentukan pollen yang disebut Lectin, terdapat di dalan exine dan intine. Lectin berperan penting dalam mekanisme mengenali antara putik-pollen. Namun bila pollen tidak sesui (incompatible), perkecambahan pollen akan terhambat atau pertumbuhan tabung pollen akan tertahan dalam jaringan pemindah.
Cara reproduksi tanaman (perkembangbiakan tanaman) menentukan prosedur pemuliaan tanaman. Pengetahuan cara reproduksi tanaman akan memperjelas keterkaitannya dengan metode pemuliaan tanaman yang digunakan
Reproduksi tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan biji (disebut reproduksi seksual) atau dengan bagian vegetative (reproduksi aseksual). Pada reproduksi seksual, suatu sel reproduktif yang disebut gamet ini disebut gametogenesis. Fusi antara gamet jantan dan betina membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi embrio dan biji
Bunga berfungsi utama menghasilkan biji penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Morfologi suatu bunga dapat menjadi dasar bagi klasifikasi tanaman. Tanaman yang memiliki system kekerabatan dekat umumnya memiliki ciri atau morfologi bunga yang hampir sama (Zulfikar, 2012).
Pengetahuan tentang morfologi bunga dapat mempermudah kita dalam menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan serta dapat menentukan jenis penyerbukannya. Proses penting dalam daur hidup suatu tanaman adalah penyerbukan dan pembuahan. Penyerbukan (pollination) merupakan peristiwa melekatnya serbuk sari ke kepala putik. Penyerbukan merupakan tahap awal dari terbentuknya individu atau tanaman baru. Penyerbukan dapat terjadi secara alami dengan bantuan angin, air, manusia, serangga atau hewan lainnya dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakannya praktikum tentang serbuk sari atau yang biasa dikenal dengan pollen.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum uji viabilitas tepung sari (pollen) yaitu untuk mengamati seberapa besar tingkat keberhasilan tepung sari kelapa dapat tumbuh dalam media.
C. Kegunaan Praktikum
Adapun keguanaan dari praktikum uji viabilitas tepung sari (pollen) yaitu agar mahasiswa memperoleh penambahan skill dalam membuat media dan cara menanam serbuk sari (pollen) dalam media.
Bab II. Tinjauan Pustaka
A. Klasifikasi Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera L)
Kelapa (Cocos nucifera. L) adalah salah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini (Anjelina, 2009).
MenurutFredi (2014) adapun klasifikasi tanaman kelapa yaitu :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
2.2 Morfologi Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L)
Batang pohon kelapa merupakan batang tunggal, tetapi terkadang dapat bercabang. Tinggi pohon kelapa dapat mencapai lebih dari 30 cm. Daun kelapa tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, berwarna kekuningan jika masih muda dan berwarna hijau tua jika sudah tua (Anjelina, 2009).
Menurut Oka , (2010) morfologi tanaman kelapa yaitu:
2.2.1 Daun
Daun kelapa termasuk daun majemuk menyirip genap, daun kelapa merupakan daun dengan bangun garis (linieraris) ,yaitu pada penampang melintang pipih dan daun amat panjang ,dengan ujung daun runcing (acutus) , tulang daun sejajar atau bertulang lurus (rectinervis) ,daging daun seperti perkamen (perkamenteus) tipis tetapi cukup kaku dan permukaan daun licin (leavis).
2.2.2 Batang
Kelapa mempunyai bentuk batang bulat ,dan permukaanya beralur –alur ,dengan arah tumbuh batang teggak lurus ,yaitu arahnya lurus ke atas .Sistem percabagan kelapa merupakan system percabagan monopodial ,yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas ,karena lebih besra dan lebih panjang daripada batang lainnya.
Di batang tanaman kelapa terdapat pangkal pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa tampak berwarna hitam beruas (Hanum, 2008).
2.2.3 Akar
Kelapa termasuk tumbuhan monokotil sehingga memiliki system akar serabut , yaitu jika akar lembaga dalam perkembagan selanjutnya mati ,kemudian disususl oleh sejumlah akar yang kuarang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang.
Susunan akar kelapa terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran tanaman kelapa bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal (Wahyuningsih, Tripeni, dan Suprianti, 2009).
2.2.4 Bunga
Bunga kelapa termasuk ke dalam bunga majemuk (anthostaxis). Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak.
Buah kelapa tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Lembaga (embryo) yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah (Wahyuningsih dkk, 2009) :
1. Arah tegak lurus ke atas (fototropy), disebut dengan plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun
2. Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) disebut dengan radicula yang
selanjutnya akan menjadi akar.
Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan / buah leles (Hanum, 2008).
2.3 Serbuk Sari (Pollen)
Serbuk sari atau biasa disebut Pollen merupakan struktur yang digunakan untuk mengangkut gamet jantan ke gamet betina dari bunga. Mempertahankan kapasitas perkecambahan serbuk sari yang tersimpan dapat berguna dalam menghemat waktu dalam program hibridisasi dan juga dalam perbaikantanaman. Suhu dan kelembaban merupakan faktor utama dalam mempengaruhi perilaku serbuk sari. Kedua factor lingkungan tersebut apabila terdapat pada kondisi yang optimum akan mengakibatakan kenaikan viabilitas polen (Perveen, 2007).
Pollen atau serbuk sari yang memiliki fungsi sama dengan sperma sebagai gamet jantan. Butir pollen yang sangat beragam, sehingga banyak butiran tepung sari bisa ditugaskan untuk individu spesies atau setidaknya genus di struktur ukuran, bentuk dan permukaan . Kebanyakan butir serbuk sari adalah antara 10 dan 100 mikron dalam ukuran, bentuk terbesar cucurbita dengan 170-180 mikron dalam diameter (Widiastuti, 2008).
Jika polen sesuai (compatible), polen akan berkecambah pada kepala putik dan membentuk sebuah tabung polen yang akan membawa gamet jantan pada gametofit betina. Senyawa protein yang terdapat pada awal pembentukan polen disebut Lectin, berada dalam lapisan luar (exine) dan lapisan dalam (intine). Lectin berperan penting dalam mekanisme mengenali antara putik-polen. Namun bila polen tidak sesuai (incompatible), pertumbuhan tabung polen akan tertahan dalam jaringan pemindah (Anjelina, 2009).
Penyerbukan (pollination) adalah jatuhnya tepung sari pada kepala putik. Sedangkan pembuahan (fertilization) adalah bertemunya gamet jantan dengan gamet betina yang kemudian melebur menjadi zigot. Setelah terjadi penyerbukan, butir tepung sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak membelah, tetapi tumbuh menjadi inti buluh (tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan II menuju mikrofil untuk pembuahan (Mangoendidjojo, 2003).
Serbuk sari memiliki dinding tahan, yang disini disebut sporoderm . Lapisan sporoderm terdiri dari dua kompleks yaitu intine bagian dalam dan luarexine. Mengelilingi sel sepenuhnya, tetapi biasanya lembut dan tidak terlalu tahan lama. Terdiri dari dua atau tiga lapisan, dimana terluar memiliki kandungan pektin tinggi yang memungkinkan mudah detasemenexine tersebut. Lapisan dalam terutama terdiri dari fibril selulosa .Selama perkecambahan intine serbuk sari tumbuh. Butir tepung sari mengalami dua kali pembelahan meiosis dan menghasilkan empat mikrospora yang haploid. Selanjutnya, mikrospora mengalami pembelahan menghasilkan dua inti haploid. Proses pertumbuhan buluh sari (pollen tube), satu dari dua inti tersebut membelah secara mitosis menghasilkan inti generatif I dan inti generatif II. Satu inti lain tidak membelah, tetapi tumbuh menjadi inti buluh (tube nucleus) yang mengantarkan kedua inti generatif I dan II menuju mikrofil untuk pembuahan (Widiastuti, 2008).
Serbuk sari akan berkecambah pada permukaan kepala putik dan membentuk suatu tabung sari. Tabung sari ini akan tumbuh melalui jaringan tangkai putik menuju ke bakal biji. Di dalam kantong embrio akan terjadi pembuahan ganda yaitu satu gamet jantan dari tabung sari akan bergabung dengan sel telur membentuk embrio danyang satunya bergabung dengan inti kutub membentuk endosperm (Widiastuti, 2008).
Penyimpanan pollen diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki waktu masak yang berbeda, sehingga pollen perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk memastikan kesegarannya sebelum digunakan untuk menyerbuki kepala putik. Penyimpanan pollen juga diperlukan jika tanaman yang akan disilangkan memiliki lokasi berjauhan. Mengkoleksi butiran pollen pada kondisi viable merupakan persyaratan utama untuk menjamin kesegaran polen dalam jangka waktu yang cukup panjang. Polen yang dikoleksi pada masa awal berbunga, pertengahan masa berbunga atau akhir masa berbunga, akan memiliki variasi lamanya polen dapat disimpan. Polen yang dikoleksi pada pagi, siang atau sore juga berespon berbeda terhadap lama penyimpanan. Umumnya, polen yang diambil segera setelah bunga mekar akan memiliki daya simpan terbaik (Shivanna and Rangaswamy, 1992). Penyimpanan serbuk sari adalah teknik penting untuk program pelestarian plasma nutfah dan pemuliaan. Selama periode penyimpanan, factor-faktor seperti suhu dan kelembaban berpengaruh pada panjang umur serbuk sari (Mortazavi et al, 2010).
ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan, yaitu serbuk sari yang baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampirmekar). Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan daya tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini disebut dengan viabilitas serbuk sari (perveen, 2007).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu danTempat
Praktikum uji viabilitas polen dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Oktober 2015 pukul 15:30 – 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Cawan Petri, Laminar air flow, Bunsen, autoclaf, wrapping plastik, alkohol, dan kuas.
Adapun bahan yang digunakan yaitu polen dari tanaman kelapa, alkohol dan media MS.
3.3 Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan yang dilakukan selama praktikum yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Melakukan sterilisasi basah pada cawan petri.
3. Membuat media MS kemudian menuangkannya pada cawan petri yang sudah disterilisasi kemudian dimasukkan kedalam laminar air flow.
4. Setelah media ms padat, tangan di sterilisasi menggunakan alcohol 70 % dengan cara disemprotkan.
5. Kemudian mulai menaburkan polen diatas media ms menggunakan kuas sehingga membentuk huruf Z. Proses ini dilakukan didalam laminar air flow.
6. Kemudian media ditutup kembali dan di wrapping sambil di lakukan sterilisasi pemijaran di dekat bunsen.
7. Setelah itu media ditempatkan di tempat yang steril.
8. Menunggu selama seminggu untuk melihat hasil apakah berhasil atau tidak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar 4.1 Hasil Penanaman Pollen Bunga Kelapa pada Media PDA
(Sumber Data Primer, 2015)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penanaman Pollen Bunga Kelapa dalam media PDA, didapatkan hasil yaitu tidak ada tanda-tanda kecambah pada media, dan penanaman Pollen ataupun penggoresan dinyatakan gagal. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain serbuk sari yang dipakai dalam praktikum belum matang dengan baik, serta di pengaruhi oleh suhu dan kelembaban pada saat penyimpanan sebelum pollen di tanaman.
ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan, yaitu serbuk sari yang baik diperoleh dari kuncup bunga yang telah dewasa (hampirmekar). Pada saat itu ruang sari belum pecah dan berisi penuh dengan serbuk sari dengan daya tumbuh yang tinggi. Serbuk sari makin lama berada di alam bebas makin berkurang daya pertumbuhannya sampai suatu saat tidak dapat tumbuh sama sekali. Kemampuan ini disebut dengan viabilitas serbuk sari (Perveen, 2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum uji viabilitas pollen didapatkan hasil antara lain :
1. Pollen yang di tanaman ataupun di gores ( serbuk sari bunga kelapa) gagal hal ini disebabkan oleh pemilihan bunga kelapa yang belum matang dengan baik.
2. Faktor- faktor yang menjadi kegagalan dalam praktikum ini karena praktikan tidak melaksanakan dengan prosedur yang telah ditetapkan dalam uji viabilitas pollen.
5.2 Saran
Pada saat praktikum sedang berlangsung diharapkan kepada praktikan agar lebih mematuhi prosedur yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anjelina, R. 2009. Silangan secara invitro (Invitro Pollination). http://enzel-ria.blogspot.com/2009/10/silangan-secara-invitro-invitro.html. [Diakses Tgl 31 – 07 – 2010].
Fredi Kurniawan, 2014. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa. http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-kelapa/. diakses 1 Septemebr 2015.
Hanum, C. 2008. Teknik budidaya tanaman jilid 2. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. hal 144 – 168.
Mangoendidjojo, W, 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Mortazavi, S. M. H., K. Arzani, and A. Moieni. 2010. Optimizing Storage and In vitro Germination of Date Palm (Phoenix dactylifera) Pollen J. Agr. Sci. Tech. (2010) Vol. 12: 181-189.
Oka Sansan, 2010. Deskripsi tanaman kelapa & mangga. http://okasansan.blogspot.co.id/2010/01/deskripsi-kelapa-mangga.html. diakses 1 Septemebr 2015.
Perveen, A. 2007. Pollen germination capacity, viability and Maintanence of Pisium sativum L (papilionaceae). Middle-East Journal of Scientific Research 2: 79-81.
Wahyuningsih, S., Tripeni, H. danSupriyanti, L. 2009. Pengaruh perendaman biji dalam insektisida berbahan aktif profenofos terhadap perubahan viabilitas serbuk sari, kaitannya dengan produksi buah tanaman kelapa (lycopersicumesculentum mill.). Unila. Bandar lampung.
Zulfikar, 2012. Dasar Pemuliaan Tanaman. www.academia.edu. Diakses pada tanggal 1september 2015.