Laporan Praktikum Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

20 min read

Praktikum Laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya dunia industri di dunia, telah mendorong para pekerja untuk bekerja lebih giat sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun hal itu tidak jarang menyebabkan pekerja menjadi cidera. Dari cidera otot sampai yang menghasilkan korban jiwa. Dengan terganggunya perkembangan manusia sebagai salah satu modal utama pembangunan, maka negara-negara berkembang pada saat itu mulai peduli tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja di negaranya tersebut.

Prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja berawal dari OSH ( Occupational Safety and Health ) yaitu: sebuah ilmu disiplin yang peduli dan melindungi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan orang yang bekerja di tempat kerja.

Tujuan utamanya adalah untuk menjamin bahwa pekerja mengerjakan tugasnya dengan lingkungan yang bebas bahaya bagi kesehatan dan keselamatan mereka, seperti bahan kimia beracun, bunyi berisik yang mengganggu, gangguan mekanik, kepanasan atau kedinginan atau lingkungan yang kotor.

Sejak tahun 1950 ILO ( International Labour Organization ) dan WHO ( World Health Organization ) telah menetapkan definisi umum dari kesehatan kerja, yaitu: Kesehatan kerja harus mencapai peningkatan dan perawatan paling tinggi di bidang fisik, sosial sebagai seorang pekerja di bidang pekerjaan apapun; pencegahan bagi setiap pekerja atas pengurangan kesehatan karena kondisi kerja mereka, perlindungan bagi pekerja untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat merugikan kesehatan mereka; penempatan dan perawatan bagi pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemapuan fisik dan psikologi dari pekerja dan meringkas adaptasi dari setiap pekerja ke pekerjaannya masing-masing.

Tujuan awal dari pendirian standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja antara lain:

Moral (Seorang pekerja seharusnya tidak mempunyai resiko terluka pada saat kerja atau yang berhubungan dengan lingkungan kerja).

Ekonomi (Dengan mengurangi biaya yang harus dibayar jika terjadi kecelakaan di tempat kerja; seperti gaji, denda, kompensasi kerusakan, waktu investigasi, kurang produksi, kehilangan semangat dari pekerja, pembeli atau pihak lainnya).

Legal (Mendorong hukum agar menerapkan peraturan resmi agar dapat dipatuhi oleh banyak pihak).

Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

B. Tujuan

1.      Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan tentang cara dan metode pemantauan lingkungan kerja.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mahasiswa mampu mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kebisingan

b.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran penerangan

c.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran getaran

d.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran iklim kerja

e.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran bahan kimia dan kadar debu

f.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kelelahan kerja

g.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran nilai ambang dengar

h.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pengukuran kapasitas fungsi paru

i.        Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan phenol dalam urin

j.        Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan kadar kreatinin dalam urin

k.      Mahasiswa mampu menjelaskan tentang cara, metode dan analisa hasil pemeriksaan cholinesterase dalam darah

BAB II

LANDASAN TEORI

A.  KONDISI LINGKUNGAN KERJA

1.   Faktor Fisik

yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,

a.    Kebisingan

1)   Pengertian

Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan      mengganggu manusia. Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa dan sistem alam.

NAB adalah standar factor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut surat keputusan mentri tenaga kerja No.Kep 51/MEN/1999 tentang NAB factor fisik ditempat kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan di Indonesia adalah 85 db (suma’mur 1996).

2)   Dampak Kebisingan

Dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut :

a)    Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

b)   Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

c)    Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

d)   Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

e)    Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.

3)   Macam-Macam Gangguan Pendengaran (ketulian),dapat dibagi atas :

a)    Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.

b)   Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS) Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis).

c)    Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

d)   Prebycusis

Penurunan dayadengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.

e)    Tinitus

Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

b.    Pencahayaan

1)   Pengertian pencahayaan

Menurut peraturan pemerintah (1999), penerangan ditempat kerja adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksakan kegiatan secara efektif. Penerangan dapat berasal dai cahaya alami dan buatan.

2)   Jenis pencahayaan

a)    Pencahayaan Alami

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alamimempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untukmendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupundinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaanbuatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutamasaat siang hari.

b)   Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami tidak mencukupi

3)   Dampak terhadap kesehatan pekerjaan

a)    Akibat Tingkat pencahayaan berlebihan :

(1)     Kesilauan

(2)     Kelelahan, iritasi mata

(3)     Ketidaknyamanan 

b)   Akibat Tingkat pencahayaan kurang :

(1)     Gangguan pada mata, kerusakan mata, kelelahan  mata (mata dipaksa berakomodasi)

(2)     Sakit kepala, pegal sekitar mata, iritasi mata (berair, penglihatan ganda)

(3)     Menurunkan ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi

(4)     Menimbulkan terjadinya kecelakaan

(5)     Memperpanjang waktu kerja

c.    Getaran

1)   Pengertian

Getaran adalah gerakan bolak-balik yang ada di sekitar titik keseimbangan di mana kuat lemahnya dipengaruhi besar kecilnya energi yang diberikan. Satu getaran frekuensi adalah satu kali gerak bolak-balik penuh. Berdasar Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996Penyebab getaran dibedakan dalam 2 jenis yaitu: Getaran mekanik (getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia) dan Getaran seismik (getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia).

2)   Pengaruh getaran terhadap tenaga kerja

a.    Gangguan kenikmatan dalam bekerja

b.    Mempercepat terjadinya kelelahan

c.    Gangguan kesehatan 

Getaran seluruh badan dapat memicu terjadinya: 

a.    Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran

b.    Kerusakan organ pada bagian dalam

Getaran pada tangan dan lengan dapat mengakibatkan :

a.    Sakit kepala, sakit pada persendian, dan otot lengan

b.    Indra perasa pada jari-jari menurun fungsinya

c.    Terbentuk noda putih pada punggung jari atau telapak tangan

d.   Iklim Cuaca

1)   Pengertian

Menurut Suma’mur PK (1996: 84) iklim kerja adalah
kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila
dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut
dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu
lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas
metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.

.Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh termometer suhu kering. Suhu basah alami
(Natural Wet bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature) adalah
suhu yang ditunjukkan oleh temperatur bola. (Hiperkes, 2005)
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh      suatu sistem pengatur suhu (Thermoregulatory
system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan diantara
panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa  produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata, 2003). 

2)   Efek terhadap tenaga kerja

a)    Kejang Panas ( Heat Cramps )

Dapat terjadi sebagai kelainan sendiri atau bersama-sama kelelahan panas. Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi banyak, bersama dengan keluarnya keringat, hilamg sejumlah air dan garam. Gejalanya adalah gelisah, kadang-kadang berteriak kesakitan, suhu tubuh dapat normal atau sedikit meninggi.

b)   Kelelahan Panas ( Heat Exhaustion )

Kelelahan panas timbul akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah ke perifer bertambah, yang mengakibatkan pula produksi keringat bertambah. Penimbunan darah perifer menyebabkan darah yang dipompa  dari jantung ke organ-organ lain tidak cukup sehingga terjadi gangguan.

Gejalanya : kulit pucat, dingin, basah dan berkeringat banyak, merasa lemah, sakit kepala, pusing, vertigo, badan terasa panas, sesak nafas, palpitasi dan lain-lain.

c)    Sengatan Panas ( Heat Stroke, Heat Pyrexia, Sun Stroke )

Jarang terjadi di industri, namun bila terjadi sangat hebat, biasanya yang terkena laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi.

Gejala yang terpenting adalah suhu badan yang naik sedangkan kulit kering dan panas.

2.    Faktor kimia

Adalah potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja  :

a.    Bahan kimia

Bahan kimia adalah segala bentuk zat kimia baik berupa zat tunggal maupun campuran yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari zat kimia berbahaya dibagi dalam dua kategori yaitu :

1)   Dampak secara fisik

Reaksi  hebat  yang  terjadi  dari  bahan-bahan  kimia yang     berbahaya dapat menimbulkan ledakan maupun kebakaran,sehingga menimbulkan dampak negatife bagi tubuh.

2)   Dampak bagi kesehatan:

Apabila terjadi kontak antara tubuh dengan zat kimia berbahaya Seperti ditelan,disentuh,mupun dihirup maka akan menimbulkn dampak yang buruk bagi kesehatan.

Efek yang dapat ditimbulkan dapat berupa iritsi,aleri,gangguan system reproduksi,hingga dapat juga menyebabkan kanker.

b.    Kadar debu

Debu adalah partikel-partikel padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis Seperti pengolahan, pemecahan, penghancuran, penglembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organic maupun anorganik. Debu merupakan salahsatu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang diudara (suspended particulate matter) dengan ukuran 1 micron sampai dengan 500 mikron.

Secara garis besar debu dapat dibagi atas tiga macam :

1)   Debu organic, debu yang berasal dari mahluk hidup

2)   Debu biologis, debu yang berasal dari virus atau bakteri

3)   Debu mineral, merupakan senyawa kompleks Seperti arang batu

4)   Debu metal, debu yang didalamnya terkandung unsure logam

a.    Dampak dari debu

1)   Ganguan aestetik dan fisik, Seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna bangunan.

2)   Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan.

3)   Merubah iklim global regional maupun internasional

4)   Menganggu kesehatan manusia Seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernapasan, dan kangker pada paru-paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada solubity (mudah larut, komposisi kimia, konsentrasi debu, dan ukuran partikel debu).

B.  KESEHATAN KERJA

1.    Kadar phenol

Phenolata asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal tak berwarna yang memiliki bau khas rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki guus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata phenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatic yang berikatan dengan gugus hidroksil. Phenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3gram/100ml. phenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melrpaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Peneluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.

Disbanding dengan alkohol apatik lainnya phenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan phenol dengan NaOH, dimana phenol dapat melepaskan H+.  pada kedaan yang samaalcohol alipatik lainnya tidak dapat bereaksi Seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan kelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sisitem aromatic yang mendelokalisasi beban negative melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.

Phenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzene atau asam benzoat dengan proses raschige. Phenol juga dapat diperoleh sebagai asil dari oksidasi batu bara. Phenol merupakan kompnen utama pada antiseptic dagang triklorophenol atau dikenak sebagat TCP. Phenol juga merupakan bagian dari komposisi beberapa anaestetika oral, misalnya semproyan kloraseptik. Phenol juga erfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dai produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dll). Phenol yang terkonsentrasi dapat mengkibatkan pembakaran kimiaw pada kulit yang terbuka.

2.    Keratin

3.    Cholinesterase

Pemeriksaan cholinesterase (CHE) merupakaan pengukuraan kadar che dalam darah che adalah emzim esterase non sfesifik yang disintesis oleh hati. Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengevaluasi enzim fungsi hati.

Manfaat pemeriksaan :

a.    penurunaan che menunjukan kondisi penyakit hepatoselular. Menurunnya sintesis oleh sel hati dan buruknya nutrisi, dan mendeteksi hepatotoksik krena bahan kimia

b.    Identifikasi paparan oleh karena organoposfat atau insektisida karbamat.

4.    Audiometri

Adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar).

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah:

a.    Tuli konduktif

b.    Tuli saraf (sensorineural)

Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pedengaran. Audimoter diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran:

a.    Digunakan untuk mengukur ambang pendengaran

b.    Mengindikasikan kehilangan pendengaran

c.    Pembacaan dapat dilakukan secara manual atau otomatis

5.    Spirometri

Spirometri adalah pemeriksaan yang di lakukan untuk megukur secara objektif kafasitas atau pungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis.prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara dalam paru-paru. Selama pernafasan yang di paksakan atau disbebut forced volume capacity (FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subjek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin. Nilai FVC  dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkn usia,tinggi badan dan jenis kelamin. 


      spirometri dapat dilakukan dam bentuk socialfital capacity (FVC). Pada fvc diminta bernafas secara normal secara tiga kali.

6.    Pemeriksaan kadar hemoglobin

Hemoglobin adalah metaloproptein (protein yang mengandung zat besi) didalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan mengantarkannya ke seluruh tubuh.

Methode pemeriksaan : mission Hb Test Strip.

BAB III

METODE PRAKTEK

A.  ALAT DAN BAHAN

1.    Pengukuran Kebisingan

a.    Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter dengan satuan dB

b.    Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran kebisingan adalah dengan menyiapkan lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

2.    Pengukuran Penerangan

a.    Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan adalah Lux Meter, merk Hagner buatan Sweden, tipe EC 1 dengan satuan lux

b.    Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran pencahayaan adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

3.    Pengukuran Getaran

a.    Alat

Alat yang digunakan untuk pengukuran getaran adalahVibration Meter, merk Lutron, type VB-8213, nomor seri Q803988 dengan satuan m/s2

b.    Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran getaran adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan.

4.    Pengukuran Iklim Kerja

a.    Alat

Alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja adalah Quesstemp, merk Quess Technologies, buatan Amerika, type 36 dengan satuan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

b.    Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengukuran iklim kerja adalah lembar data untuk diisi hasil pengukuran di lapangan

5.    Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

a.    pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

AlatBahan
1. High volume sampler
2. Gilibrator
3. Filter 2 buah
4. Filter holder
5. Tiang statis
6. Ohauss
7. Petri disk
8. Exicator
9. Selang
1. Debu
2. Blanko
3. NO2

b.    pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

Alat dan Bahan

1)   Exicator

2)   Timbangan analitik

3)   Personal dust sampler

4)   Kertas filter

5)   Silica gel.

6.    Pemeriksaan kadar hemoglobin

a.    Alat

–       Mission test Hb

–       Test strip whole blood

–       Alcohol swabs

–       Blood lancet

–       Auto micro pipet

b.    Bahan

–       Darah tepi 10 µl

B.   CARA PENGUKURAN

1.    Pengukuran kebisingan

a.    Pilih selector  pada posisi :

–       Fast : untuk jenis kebisingan continue

–       Slow : untuk jenis kebisingan implusif/terputus-putus

b.    Pilih selector range intensitas kebisingan

c.    Tentukan lokasi pengukuran

d.    Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama satu sampai dua menit, dengan enam kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka yang ditunjukan pada monitor

e.    Catat hasil pengukuran,dan hitung rata-rata kebisingan sesaat.

2.    Pengukuran penerangan

a.    Peneragan umum

–       Bagi ruang kerja menjadi beberapa titik pengukuran dengan jarak antar titik sekitar satu meter

–       Lakukan pengukuran dengan tinggi lux meter kurang lebih 85 cm diatas lantai, dan posisi poto sel horizontal dg lantai

–       Catat hasil pengukuran

b.    Pengukuran peerangan local

–       pengukuran dilakukan pada objek kerja

–       Bagi objek kerja menjadi beberapa titik ukur ( sejangkauan tangan)

–       Pengukuran dilakukan dg meletakan lux meter di objek kerja

–       Catat data yang diperoleh pada lembar data.

3.    Pengukuran getaran

a.    Lakukan kalibrasi alat

b.    Letakan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang langsung berhubungan dengan anggota tubuh operator

c.    Catat hasil pengukuran pada lembar data.

4.    Pengukuran iklim

a.    Thermometer suhu kering

–       Paparan thermometer suhu kering pada lingkungan yang akan diukur, kurang lebih 30 sampai 60 menit

–       Air raksa pada kolom dibaca sebagai suhu kering

b.    Thermometer basah alami

–       Basahi kain katun yang membalut dinding thermometer, tempatkan dalam erlendmeyer yang berisi 125 ml dengan jarak antara bibir erlendmeyer dg ujung bawah thermometer kira-kira 2,5 cm

–       Paparan thermometer dilingkungan yang akan diukur kira-kira 30-60 menit. Baca air raksa pada kolom sebagai suhu basah alami.

5.    Pengukuran Bahan Kimia dan Kadar Debu

a.    Pengukuran kadar debu (High Volume Sampler)

–       HVS disetel pada kecepatan 20 I/ menit dan dikaliberasi pada giliberator, kemudian dicatat hasilnya (v1)

–       Filter untuk diuji debu dan control / blangko masing-masing ditimbang pada ohauss dan dicatat hasilnya (w1 dan b1)

–       Filter untuk uji debu dimasukan dalam filter holder kemudian dipasang pada tiang statis. Filter holder ini dihubungkan dengan HVS melalui selang dan diletakan pada tempat yang diperiksa. Sedangkan filter untuk blangko diletakan didekatnya. Pengukuran dilakukan selama 60 menit (idealnya 2 jam)

–       HVS dikaliberasi lagi pada giliberator pada kecepatan 20/menit, dicatat hasilnya (v2)

–       Filter untuk uji debu dan blangko dimasukan pada eksikator selama 15 menit agar sesuai dengan suhu kamar

–       Masing-masing filter ditimbang dengan ohauss (w2 dan b2)

b.    Pengukuran kadar debu (Personal Dust Sampler)

1)   Exicator

–       Bagian bawah exicator diberi silikat gel yang berfungsi untuk menyerap kandungan air yang terdapat dalam filter

–       Exicator dibuka, tempatkan filter pada posisinya

–       Tutup rapat, simpan selama 24 jam

–       Filter diambil, ditimbang dengan timbangan analitik degan satuan gram

2)   Timbangan analitik

–       Sambungkan alat dengan arus listrik

–       Tekan tombol on/off  sampai muncul angka 8888, tunggu sampai berubah angka nol

–       Masukan filter kedalam timbangan

–       Berat filter dicatat dalam gram

–       Filter dimbil, matikan alat

–       Filter siap untuk pengukuran kadar debu lingkungan kerja

3)   Personal dust sampler

–       Pasang filter pada alat

–       Alat di on kan

–       Flow meter pada posisi 2,5 lt/ menit (diatur dengan flow adjustment)

–       Pasang filter holder pada kerah baju tenaga kerja

–       Kotaknya diikatkan pada pinggang tenaga kerja

–       Tunggu sampai waktu hisap yang ditentukan.

6.    Pengukuran pemeriksaan kdar haemoglobin

a.    Siapkan alat mission Hb Test

b.    Tekan tobol on

c.    Pasang strip tes Hb

d.    Bersihkan jari dengan alcohol swabs

e.    Ambil contoh darah sebanyak 10 µ1

f.     Pindahkan contoh darah pada test strip Hb

g.    Baca hasil test pada layar monitor

Reference nilai normal :

Pria                : 13,0 – 17,0 g/Dl

Wanita           : 12,0 – 15,0 g/dL

BAB IV

HASIL DAN EVALUASI

            A.    HASIL

1.      Pencahayaan

DATA PENGUKURAN PENERANGAN

Nama Perusahaan  : Ruang Kuliah FIK UNSIL 

Tanggal                 : 7 desember 2013

Alamat                  : Jl. Siliwangi

Nama Alat             : Lux Meter

Merk/ buatan         :

Model/ type           :

No Seri                  :

No.Lokasi/Kode LokasiIntensitas Penerangan (Lux)Keterangan
UmumLokal
DataLapanganHasilAkhirDataLapanganHasilAkhir
1234567
1.Ruang B. 16 FIK UNSIL112
109
224
340
Rata-rata196,25
2.Meja alat praktikum245
300
396
223
255
Rata-rata283,8

Skema Ruangan B 16 (Pengukuran Umum)

PintuX1X2X3X4Gorden (Sumber Cahaya Alami)
Lampu NeonLampu Neon
Papan TulisX1X2X3X4
ProyektorLampu NeonLampu Neon

Keterangan X: Pengukuran

Skema Meja Alat Praktikum (Pengukuran Lokal)

Sumber Cahaya Alami (Gorden)
X5X4
X1X2X3

Keterangan X : Pengukuran

2.      Kapasitas Fungsi Paru

DATA PENGUKURAN KAPASITAS FUNGSI PARU

PULMONARY FUNCTION TEST

Nama : Nopiyanti  (P)                              

Umur : 21 thn        TB: 160 cm     BB: 55 kg

Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

      FVC L       :      312                 300                  104

Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

      FEV1 L     :     252                  269                  93

INTERPRETATION (DIAG)

Nama : Luthfi Ramadhan (L)                              

Umur : 20 thn        TB: 175 cm     BB: 55 kg

Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

      FVC L       :      364                 412                  88

Fuction Unit          MEAS             PRED              % PR

      FEV1 L     :     360                  366                  98

INTERPRETATION (DIAG)

3.      Iklim Kerja

DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA

Nama Perusahaan  : Ruang B.16 FIK UNSIL

Tanggal                 : 7 desember 2013

Alamat                  : Jl. Siliwangi

Nama alat              : Questamp

Merk/ buatan         :

Model/ type           :

No seri                   :

           B.     ACUAN EVALUASI DAN NILAI AMBANG BATAS

           C.     PENGENDALIAN YANG DISARANKAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

     1.      Kebisingan

     NAB kebisingan adalah 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Berdasarkan hasil pegukuran kebisingan dua lokasi ada 1 lokasi yang melebihi NAB karena dilokasi tersebut sedang melangsungkan kegiatan P2KM sehingga dilokasi tersebut menimbulkan kebisingan. Disarankan dilokasi tersebut menggunakan alat peredam suara.

      2.      Pencahayaan

       Berdasarkan hasil pengukuran penerangan diperoleh intensitas penerangan umum dengan rata-rata 81,04 lux dan penerangan local pada meja kerja 119 lux. Berdsarlkan peraturan mentri no.7 tahun1964 nilai intensitas penerangan umum dan local di kelas B16 memenuhi standar minimum yang dianjurkan.

      3.     Getaran

      Berdasarkan hasil pengukuran getaran, Data hasil lapangan 7,7m/s masih dibawah NAB

      4.      Iklim kerja

      Berdasarkan hasil pengukuran ISBB dibalai k3 didapatkan 10,690C nilai ini masih diambang batas.

      5.      Bahan Kimia dan Debu

       Berdasarkan Hasil pengukuran  dari kadar debu di dapatkan  70 µl dan kadar kimia NO2 didapatkan 23,6.

      6.      Kapsitas Fungsi Paru

       Berdasarkan hasil pengukran kapasitas paru pada responden pertama di dapatkan hasil FVC= 96 % dan FEV= 88%, pada responden kedua di daptkan hasil FVC= 99% dan FEV= 99%. Kedua responden tersebut memiliki kapasitas fungsi paru Normal.

      7.      Kelelahan Kerja

       Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan responden pertama tidak mengalami kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 201,7 ml/s masih dibawah nilai ambang batas, sedangkan pada responden kedua mengalami kelelahan karena rata-rata kecepatan reaksi rangsang cahaya dan suara di dapatkan 271,9 ml/s diatas NAB.

      8.      Nilai Ambang Dengar

      Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan mempunyai  nilai rata-rata untuk telinga kanan 14,28 Db dan untuk telinga kiri 12,85. Kondisi ini menyatakan kondisi Normal.

      9.      Kadar phenol dalam urin

       Hasil pengukuran phenol pada urin dua probandus menunjukan bahwa kadar phenol urin masih Normal dibawah NAB yaitu 23,05 ml/mg kreatin dan 10,15 ml/mg keratin.

      10.  Cholinestrase dalam darah

      Tidak di dapatkan hasil, kemugkinan adanya kesalahan  pada reagen tetapi praktikum tetap dilakukan.

     11.  Kadar Hb dalam darah

     Berdasarkan hasil pengukuran kadar Hb pada darah dari ketiga responden didapatkan hasil Normal karena tidak melebihi 12,00 µl.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply