Berikut ini contoh lapora praktikum kimia analisi dengan judul Standarisasi dan Preparasi Larutan. Pratikum ini bertujuan melatih komptensi membuat Larutan HCl 0,1 M.
Daftar isi
Standarisasi dan Preparasi Larutan
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).
B. Tujuan
- Agar praktikan mampu membuat larutan 0.1N HCL
- Agar praktikan mampu membuat larutan standar HCL
- Agar praktikan mampu menentukan kadar dengan larutan Na2CO. HCL
Bab II. Tinjauan Pustaka
A. Larutan
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).
Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah relative besar disebut pelarut. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Kevin, 2010).
Proses pengenceran menjadi volume yang diketahui dan menghilangkan satu porsi titrasi dinamakan mengambil alkoat. Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifgat langsung dansimpel, karena tidak ada reaksi kimia terjadi jumlah mol larutan dalam larutan asal harus sama dengan jumlah mol larutan final. Ada beberapa indikator asam basa diantaranya adalah kertas lakmus, larutan metil orange, phenophtalein (Baroroh, 2004).
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan standarisasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH, pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa (Dian, 2009).
Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut homogen karena sifat-sifatnya sama disebuah cairan. Karena larutan adalah campuran molekul biasanya molekul-molekul pelarut agak berjauhan dalam larutan bila dibandingkan dalam larutan murni. Gaya tarik inter molekul tidak sejenis menyebabkan pelepasan energi dan entalpi menurun. Larutan pada dasarnya adalah campuran homogen, dapat berupa gas, zat cair maupun padatan. Menyebabkan komponen-komponen dalam larutan saja tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Banyak cara untuk memberikan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (atau larutan). Dengan demikian setiap sistem konsentrasi menyatakan satuan yang digunakan zat terlarut, kuantitasn zat terlarut pelarut (Noor, 2006).
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan (Kuswanto, 2010).
Dua komponen yang penting dalam suatu larutan yaitu pelarut dan zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut. Zat yang dilarutkan itu disebut zat terlarut. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakai larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan cairan dengan cairan, padatan atau gas sebagai zat yang terlarut (Lusiana, 2012).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM 1979, 96)
Nama Resmi | AQUADESTILLATA |
Nama lain | Air suling atau Aquadest |
Rumus Kimia | H2O |
Berat molekul | 18,02 |
Pemerian | Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. |
Penyimpanan | Dalam wadah tertutup. |
2. Alkohol (Dirjen POM 1979, 65)
Nama Resmi | Aethanolum |
Nama lain | Alkohol, etanol, ethyl alkohol |
Rumus Kimia | C2H6O |
Berat molekul | 46,07 |
Pemerian | Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas rasa panas,mudah terbakar dan memberikan nyala biruyang tidak berasap. |
Kelarutan | Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P |
Penyimpanan | Dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api. |
Kegunaan | Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman |
3. Asam Boraks (Dirjen POM 1979, 427)
Nama Resmi | Natrii Tetraborasa |
Nama lain | Natrium tetraborat atau Borakx |
Rumus Kimia | Na2B4O7.10H2O |
Berat molekul | 381,37 |
Pemerian | Hablur transparan tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa. Dalam udara kering Merapuh |
Kelarutan | Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol P, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P. |
Penyimpanan | Dalam wadah tertutup baik. |
Kegunaan | Antiseptikum ekstern. |
4. Asam Clorida (Dirjen POM 1979, 53)
Nama Resmi | Acidum Hidrochioridum |
Nama lain | Asam Clorida atau Asam Garam |
Rumus Kimia | HCl |
Berat molekul | 36,5 |
Pemerian | Cairan tidak berwarna, berasap dan bau merangsang jika diencerkan dua bagian air asap dan bau hilang. |
Penyimpanan | Dalam wadah tertutup |
Kegunaan | Sebagai zat tambahan. |
5. Natrium Hidroksida (Dirjen POM 1979, 421)
Nama resmi : NATRII HIDROCIDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keping-keping, keras dan rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis dan ` korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
6. Natrium Karbonat (Dirjen POM 1979, 400)
Nama resmi : NATRII KARBONAS
Nama lain : Natrium Karbonat
Rumus kimia : Na2CO3
Berat molekul : 106
Pemerian : Hablur tidak berwarna, atau serbuk hablur putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
7. Natrium Klorida (Dirjen POM 1979, 403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lain : Natrium Klorida
Rumus Molekul : NaCl
BM : 58,44
Pemeriaan : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalma lebih kurang 10 bagian gliserol, sukar larut dalam etanol 95%.
8. Metil Merah (Dirjen POM 1979, 705)
Nama resmi : BENZOAT HIDROKSIDA
Nama lain : Metil Merah
Rumus kimia : C15H15N2O3
Berat molekul ` : 305,76
Pemerian : Serbuk merah gelap
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai indikator.
9. Perak Nitrat (Dirjen POM 1979, 97)
Nama resmi : ARGENTI NITRAS
Nama Lain : Perak nitrat
Rumus Molekul : AgNO3
BM : 169,87
Pemeriaan : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, menjadi gelap jika terkena cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol 95%.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Bab III. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
1. Beaker glass
2. Corong kaca
3. Gelas ukur 100 ml (Pyrex) paragraf
4. Labu erlenmeyer 50 ml
5. Labu takat 100 ml
6. Lumpang dan alu
7. Rak tabung
8. Statif dan buret
9. Timbangan analitik
III.1.2. Bahan
1. Aquadest
2. Etanol 70%
3. Larutan AgNO3 0,1N
4. Larutan HCl 0,1N paragraf
5. Larutan NaCl 0,01N
6. Larutan NaOH 0,1N
7. Larutan Na2CO3 0,1N
8. Larutan Na2B4O7.10H2O 0,1N
9. Methyl Orange
III.2. Prosedur Kerja
III.2.1. Pembuatan Larutan HCL 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan diguanakan
2. Dihitung normalitas dan perhitungan pengambilan HCl pekat
3. Dipipet 0,82 ml HCl
4. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan aquadest sampai tanda garis
6. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.2. Pembuatan larutan NaOH 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung perhitugan pembuatan larutan NaOH
3. Ditimbang NaOH sebanyak 0,4 gram
4. Digerus NaOH dalam lumpang hinggan tak berbutir kasar
5. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
6. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
7. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
8. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.3. Pembuatan larutan NaCl 0,01N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung perhitugan pembuatan larutan NaCl
3. Ditimbang NaCl sebanyak 0,06 gram
4. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.4. Pembuatan larutan Na2CO3 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dihitung perhitugan pembuatan larutan Na2CO3
3. Ditimbang Na2CO3 sebanyak 0,97 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
4. Digerus Na2CO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
5. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
6. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
7. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
8. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.5. Pembuatan larutan Na2B4O7.10H2O 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.6. Pembuatan larutan AgNO3 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang AgNO3 sebanyak 0,17 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus AgNO3 dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Dikocok hingga homogen dan dipindahkan dalam erlenmeyer
7. Dituang dalam botol coklat dan diberi label
III.2.7. Titrasi 0,1N HCl dengan Na2B4O7.10H2O 0,1N
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang Na2B4O7.10H2O sebanyak 1,01 gram lalu dimasukan kedalam lumpang
3. Digerus Na2B4O7.10H2O dalam lumpang hingga tak berbutir kasar
4. Dimasukan kedalam labu takar 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Ditambahkan 1 tetes Methyl orange
7. Dititrasi dengan HCl 50 ml dalam buret
8. Diamati perubahan warna yang terjadi
9. Dihitung volume titran
10. Dengan prosedur yang sama dilakukan standardisasi HCl 0,1N dan Na2CO3 0,1N
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
IV.1. Tabel hasil pengamatan
No. | Berat Sampel | Volume titran | Perubahan warna | |
Vt (awal) | Vt (akhir) | |||
1. | Na2B4O7.10H2O 0,1N1,01 gram | 50 ml | 1,2 ml | Dari warna putih keruh menjadi merah jambu |
2. | Na2CO3 0,1N0,97 gram | 41,5 ml | 30 ml | Dari warna bening menjadi merah jambu |
IV.2 Persamaan reaksi
IV.3. Perhitungan
IV.2.1. Perhitungan HCl
Dik : HCl 0,1N 100 ml
Bj = 1,19 g/mol
BM = 3,65
Konsentrasi = 37%
Penyelesaian :
N = ((10x%xBjxValensi)/BM)
= ((10×37%x1,19×1)/3,65)
= 12,06 N
V1.N1 = V2.M2
V1. 12,06 = 100. 0,1
V1 = (10/12,06)
V1 = 0,8 ml
IV.2.2. Perhitungan % kadar NaOH 0,1N 100 ml
Dik :
N = 0,1
BE = 40
Vol. = 100 ml
Dit : % kadar…?
Penyelesaian :
N = gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/40 x10
gr = 40×0,1/10
gr = 4/10
= 0,4 gram
% kadar = 0,4 x 100%
= 40 %
IV.2.3. Perhitungan % kadar NaCl 0,1N 100 ml
Dik :
N = 0,1
BE = 58
Vol. = 100 ml
Dit : % kadar…?
Penyelesaian :
N = gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/58 x10
gr = 58×0,1/10
gr = 0,58/10
= 0,058 gram 0,6 gram
% kadar = 0,6 x 100%
= 60 %
IV.2.4. Perhitungan % kadar Na2CO3 0,1N 100 ml
Dik :
N = 0,1
BE = 97
Vol. = 100 ml
Dit : % kadar…?
Penyelesaian :
N = gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/97 x10
gr = 97×0,1/10
gr = 9,7/10
= 0,97 gram
% kadar = 0,97 x 100%
= 97 %
IV.2.5. Perhitungan % kadar AgNO3 0,1N 100 ml
Dik :
N = 0,1
BE = 170
Vol. = 100 ml
Dit : % kadar…?
Penyelesaian :
N = gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/170 x10
gr = 170×0,1/10
gr = 1,7/10
= 0,17 gram
% kadar = 0,17 x 100%
= 17 %
IV.2.6. Perhitungan % kadar Na2B4O7.10H2O 0,1N 100 ml
Dik :
N = 0,1
BE = 101
Vol. = 100 ml
Dit : % kadar…?
Penyelesaian :
N = gr/BE x 1000/100
0,1N = gr/101 x10
gr = 101×0,1/10
gr = 10,1/10
= 1,01 gram
% kadar = 1,01 x 100%
= 101 %
B. Pembahasan
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan, karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan ketelitiannya. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Indry, 2010).
Standarisasi dapat dilakukan dengan titrasi. Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar). Titrasi asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa (reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi (Aprilia, 2012).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai standardisasi dan preparasi larutan dengan beberapa tujuan yakni agar praktikum mampu membuat memerapa larutan dan melakukan standardisasi dari larutan yang telah dibuat. Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (Aprilia, 2012).
Dalam percobaan standardisasidilakukan titrasi yang mana suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan yang belum diketahui, sampai terjadi reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume laruitan standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menhitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui tersebut (Chang, 2005).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak digunakan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standardisasi sering dilakukan dengan cara titrasi (Harjadi, 2000).
Pada percobaan pertama dilakukan beberapa pembuatan larutan dan standardisasi yakni meliputi larutan HCl dengan prosedur yakni dihitung terlebih dahulu normalitas dari HCl dan volume HCl yang akan digunakan, dimana pada kesempatan kali ini dilakukan pembuatan larutan HCl 0,1N sebanyak 100 ml, NaOH 0,1N, NaCl 0,1N, Na2CO3 0,01N, Na2B4O7.10H2O yang diguanakan sampel dalam bentuk serbuk sehingga dalam pembuatanya diperlukan lumpang dan alu untuk menghaluskan sediaan tersebut sehingga mudah dihiomogenkan.
Setelah dilakukan pembuatan larutan ang dilakukan selanjutnya yaitu melakukan standardisasi larutan pada larutan HCl dengan Na2CO3 dan juga standardisasi larutan HCl dengan Na2B4O7.10H2O. Dan hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan yaitu pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 perubahan warna yang terjadfi yakni dari warna bening kekuningan menjadi merah jambudengan volume awal HCl dalam buret 41,5 ml menjadi 11,5 ml atau membutuhkan 30 ml untuk berubah warna (mencapai titik ekuivalen). Pada standardisasi larutan antara HCl dengan Na2B4O7.10H2O perubahan warna yang terjadi yakni dari warna bening menjadi warna merah jambu dengan vol awal HCl pada buret yaitu 50 ml menjadi 48,8 ml dengan kata lain dibutuhkan 1,2 ml larutan untuk dapat mencapai titik ekuivalen dengan berubahnya warna pada larutan.
Adapun pada praktikum tersebut dilakukan standardisasi dengan cara titrasi, metode titrasi yang digunakan yaitu titrasi asam basa, dimana pada titrasi asam basa tersebut melibatkan melibatkan asam maupun basa sebagai titer atau titranya. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan kadar larutan asam ditentukan dengan larutan basa dan sebaliknya, toitran ditambahkan sedikit demi sedikit sampai mencapai keadan ekuivalen (artinya secara stokiometri titran dan titer tepat habis bereaksi). Pada saat titik ekuivalen inilah maka proses titrasi dihentikan dan dicatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut (Dian, 2009).
Indikator yang digunakan dalam praktikum tersebut yaitu methyl orange yang merupakan zat warna azo (gugus azo yang dimilikinya merupakan zat warna sintesis dan paling reaktif dalam proses pewarnaan), digunakan methyl orange sebagai indikator pada titrasi karena methyl orange merupakan indikator pH dan dapat merubah warna yang jelas, oleh karena itu indikator methyl orange pada proses titrasi sering digunakan dalam proses titrasi (Kuswanto, 2010).
Adapun persamaan reaksi dari larutan yang telah dilakukan percobaan standardisasi yaitu :
Reaksi antara Na2CO3 + HCl
Reaksi antara Na2CO3 dan HCl yang terjadi adalah :
2Na+ CO3++2HCl+Cl- H2CO3+2NaCl
Secara singkat dituliskan :
Na2CO3 + 2NaCl CO2 + H2O
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 4H3BO3 + 2NaCl + 5H2O
atau Na2B4O7.5H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4
pertanyaan penuntuan
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
- Untuk mengetahui konsentrasi larutan yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.
- Standarisasi biasanya dilakukan dengan titrasi.
- Pada titrasi indikator yang digunakan adalah methyl orange 1 %.
- Pada standardisasi larutan antara HCl + Na2CO3 volume titrasi yang diperoleh untuk mencapai perubahan warna yaitu 30 ml dengan perubahan warna darei bening menjadi merah muda.
- Pada standardisasi larutan antara HCl + Na2B4O7.10H2O volume titrasi yang digunakan untuk mencapai titik ekuivalen yaitu 1,2 ml dengan perubahan warna yang terjadiyaitu dari warna putih keruh menjadi merah jambu.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, 2012. Jurnal Sintesis Alkohol Dari Limbah Nasi Rumah Makan Melalui Proses Hidrolisis Dan Fermentasi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Padjadjaran : Bandung.
Baroroh,Umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat :Banjar Baru.
Dian, Ika. 2009. Jurnal Alat Otomatis Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa. Universitas Brawijaya : Malang.
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Indry, Sumarni. 2010. Jurnal Standarisasi Natrium Hidroksida Dan Penggunaanya Untuk Penentuan Konsentrasi Asam Asetat. Jurusan Farmasi Universitas Lambung Mangkurat : Banjarmasin.
Kevin, Bagaskara. 2010. Jurnal Pengenceran Larutan dengan Standarisasi Zat Pelarut. Universitas Hassanudin : Makasar.
Kuswanto, Ari. 2010. Jurnal Penentuan Koefisien Difusi Larutan Hcl Menggunakan Interferometer Michelson Berbasis Borland Delphi 7.0. Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang : Malang.