Daftar isi
Aplikasi Pupuk Bokashi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Beberapa lahan dan tanah pertanian pada saat ini mengalami kerusakan dan penurunan tingkat kesuburan tanah yang sangat memerlukan solusi penanganan secara efektif dan maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Pupuk memegang peranan yang sangat penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dan agar dapat tumbuh serta berkembang dengan baik.
Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Penggunaan bahan-bahan alami seperti kompos memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan lingkungan. Proses pembuatan kompos juga menjadi salah satu solusi masalah sampah yang semakin memerlukan penanganan yang bijaksana.
Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokasi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga. Bokasi adalah kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM (Effective Microorganism). Teknologi EM dan bokashi merupakan salah satu pilihan yang realistis dalam mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk buatan. Selain menunjang pertumbuhan tanaman, kedua teknologi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilihan dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disamping itu, teknologi bokasi mudah, murah, dan ramah lingkungan sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan di tingkat petani.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan pupuk kompos (bokasi) dengan menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi tersebut.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum kali ini yaitu agar praktikan mengetahui proses pembuatan pupuk kompos (bokasi) dengan menggunakan EM dan mengetahui nilai uji NPK dari pupuk bokasi tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengomposan didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian) secara biologis dari senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan dengan bahan baku sampah domestik merupakan teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang sangat berguna bagi kesuburan tanah atau tanah penutup. Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi kebutuhan nutrisi untuk mikroorganisme, jenis-jenis mikroorganisme yang berperan dalam proses pengomposan, kondisi lingkungan ideal dan fase transformasi biokimia. Berdasarkan ada tidaknya asupan udara, pembuatan kompos dapat dibedakan menjadi pengomposan secara aerobik dan pengomposan anaerobik yang lazim disebut digesti anaerobik. Pada pengomposan aerobik, adanya udara dapat mempercepat proses pembusukan oleh mikroorganisme aerobik, proses berlangsung cepat dan tidak menimbulkan bau. Sebaliknya oksigen tidak diperlukan dalam pengomposan anaerobik, proses berlangsung lama biasanya menimbulkan bau dan akhir yang terpenting adalah gas methan sebagai sumber energi baru (http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/Pembuatan Kompos Dan Permasalahannya).
Bahan dasar pupuk organik, baik dalam bentuk kompos maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami, dan sekam padi, kulit kacang tanah, ampas tebu, batang jagung, dan bahan hijauan lainnya. Sedangkan kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing, ayam, itik dan babi. Disamping itu, dengan berkembangnya pemukiman, perkotaan dan industri makan bahan dasar kompos makin beranekaragam seperti dari tinja, limbah cair, sampah kota dan pemukiman. Salah satu bentuk pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokasi. Pupuk bokasi dibuat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik (dedak, ampas kelapa, tepung ikan, dsb) dengan EM (Effective Microorganism). Biasanya bokasi ditemukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokasi sudah digunakan para petani Jepang dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional bokasi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik dedak dengan tanah dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Akan tetapi, saat ini telah dikenal Bokasi EM yaitu bokasi dengan bahan organik yang difermentasikan dengan mikroorganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau gunung. EM yang digunakan dalam pembuatan bokasi adalah suatu kultur campuran berbagai mikrooganisme yang bermanfaat (terutama bakteri fotosintetik dan bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes, dan jamur peragian) dan dapat digunakan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah (Nasir, 1999:145-147).
Bokasi digunakan untuk menggambarkan bahan-bahan organik yang telah difermentasi oleh EM. Berdasarkan tipe fermentasinya, proses pembuatan bokasi dikelompokkan atas bokasi aerobik dan bokasi anaerobik. Bokasi dapat dipergunakan sebagai pupuk alternatif yang memiliki banyak keunggulan dibanding kompos tradisional dan pupuk buatan. Pembuatan kompos secara tradisional memakan waktu yang relatif lama (3 – 4 bulan). Dengan teknologi EM, pembuatan bokasi hanya memerlukan waktu yang sangat singkat (kurang lebih 4 hari). Kecepatan pembuatan bokasi dipandang penting mengingat berlimpahnya bahan organik buangan, sedangkan kebutuhan pupuk terus meningkat dengan harga yang semakin tinggi dan makin sulit terjangkau oleh petani. Seperti halnya kompos tradisional, bokasi juga ramah lingkungan. Dengan teknologi yang sederhana, petani dapat membuat sendiri sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan-bahan organik buangan di sekitar tempat tinggal. Berbagai bahan organik seperti jerami, sekam padi, dedak, kotoran ternak, serbuk gergaji dan lain-lain dapat digunakan sebagai bahan pembuat bokasi yang baik (Subadiyasa, 1997:36).
Teknologi EM telah dikembangkan dan digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menyebabkan penyakit, dan memperbaiki efisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman. Pada pembuatan bokasi sebagai salah satu pupuk organik, bahan EM meningkatkan pengaruh pupuk tersebut terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pupuk bokasi tersebut adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman; memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah; meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman; menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik; dan meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk. Untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan, sangat perlu diterapkan teknologi yang murah dan mudah bagi petani. Teknologi tersebut dituntut ramah lingkungan dan dapat menfaatkan seluruh potensi sumberdaya alam yang ada dilingkungan pertanian, sehingga tidak memutus rantai sistem pertanian. Penggunaan pupuk bokashi EM merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan pada pertanian saat ini. Pupuk bokasi adalah pupuk organik (dari bahan jerami, pupuk kandang, sampah organik, dll) hasil fermentasi dengan teknologi EM-4 yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, sehingga efeknya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bagi petani yang menuntut pemakaian pupuk yang praktis, bokasi merupakan pupuk organik yang dapat dibuat dalam beberapa hari dan siap dipakai dalam waktu singkat. Selain itu pembuatan pupuk bokasi biaya murah, sehingga sangat efektif dan efisien bagi petani padi, palawija, sayuran, bunga dan buah dalam peningkatan produksi tanaman (http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/).
Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari bahan organik yang penting dan banyak dibutuhkan tanaman. Kompos terbuat dari bagian-bagian tanaman yang telah mengalami penguraian oleh mikroorganisme. Pada awalnya, kompos tersedia berlimpah di hutan dan ladang pertanian (bekas tebangan hutan). Kompos ini berasal dari dedaunan dan ranting pohon yang mengalami pembusukan secara alami oleh bakteri pengurai dan jamur. Kompos yang merupakan pupuk organik memiliki kandungan unsur hara yang ramah lingkungan. Unsur hara yang terdapat pada kompos tidak akan merusak tanah seperti pupuk buatan pabrik (pupuk anorganik). Kompos juga bersifat slow release sehingga tidak berbahaya bagi tanaman, walaupun jumlah yang digunakan cukup banyak. Pupuk kompos yang dibuat dengan bantuan EM4 memiliki kandungan nitrogen sekitar 1,5%, P2O5 sekitar 1%, dan K2O sekitar 1.5 %. Bokasi merupakan kompos yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan bokasi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan. Tempat ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen. Pembuatan bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami, dan daun-daunan (Redaksi Agromedia, 2007:24).
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, SP., MBA. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokasi Pada Pertumbuhan Dan Produksi Padi Palawija Dan Sayuran. PT. Gramedia. Jakarta
.
Redaksi Agromedia. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Subadiyasa, N. 1997. Teknologi Effektive Microorganism (EM) potensi dan prospeknya di Indonesia. Seminar Nasional Pertanian Organik. Jakarta.
http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/10/pembuatan-bokasi/
http://kandaga15.multiply.com/journal/item/6/-Pembuatan–Kompos-dan Permasalahannya.
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 12 Oktober 2010 pada pukul 10.00 WITA sampai selesai dan bertempat di halaman belakang Laboratorium Lanjutan Biologi Fakultas MIPA Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Alat-alat praktikum yang digunakan pada praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi
No. | Nama Alat | Fungsi |
1. | Polibeg | Untuk menanam tanaman kedelai |
2. | Pacul/ skupang | Untuk mencangkul tanah |
4. | Kamera | Untuk memotret hasil pengamatan |
5. | Mistar | Untuk mengukur tinggi tanaman |
6. | Timbangan analitik | Untuk menimbang berat basa dan berat kering tanaman |
7. | Oven | Untuk mengeringkan tanaman |
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Aplikasi Pupuk Bokashi.
No. | Nama Bahan | Fungsi |
1. | Ampas sagu (10 kg) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
2. | Pupuk kandang (10 kg) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
3. | Dedak halus (2 kg) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
4. | Abu gosok (2 kg) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
5. | Gula pasir (250 g) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
6. | EM (1 liter) | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
7. | Air secukupnya | Sebagai bahan untuk pembuatan bokasi |
C. Prosedur Kerja
1. Membuat larutan gula dan EM
a. Menyediakan air dalam ember sebanyak 1 liter.
b. Memasukan gula pasir sebanyak 250 gr kemudian mengaduk sampai rata.
c. Memasukan EM sebanyak 1 liter ke dalam larutan tadi kemudian mengaduk hingga rata.
2. Membuat pupuk bokasi
a. Mencampur bahan-bahan (kotoran sapi, pupuk kandang, abu gosok dan dedak) dan mengaduk sampai merata.
b. Menyiramkan EM secara perlahan-lahan ke dalam adonan (campuran bahan organik) secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 30 %.
c. Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak menetes dan bila kepalan tangan dilepas maka adonan masih tampak menggumpal.
d. Menyimpan campuran bahan-bahan tersebut di tempat yang teduh.
e. Kemudian menutup dengan karung berpori (karung goni) selama 3-4 hari.
f. Agar proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik perhatikan agar suhu tidak melebihi 500 C, bila suhunya lebih dari 500 C menurunkan suhunya dengan cara membolak balik.
g. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokasi menjadi rusak karena terjadi proses pembusukan.
h. Setelah 4-7 hari bokasi telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Pengukuran Suhu
HARI/TGL | JAM | KELOMPOK | SUHU | KET. |
Selasa /28 -10- 2008 | 20.00 | I | – 0 – | tdk ada pngukuran |
II | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
III | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
IV | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
Rabu /29 -10- 1008 | 01.00 | I | – 0 – | tdk ada pngukuran |
II | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
III | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
IV | – 0 – | tdk ada pngukuran | ||
06.00 | I | 290C | ||
II | 310C | |||
III | 350C | |||
IV | 370C | |||
11.00 | I | 310C | ||
II | 320C | |||
III | 370C | |||
IV | 410C | |||
16.00 | I | 310C | ||
II | 320C | |||
III | 400C | |||
IV | 440C | |||
21.00 | I | 330C | ||
II | 340C | |||
III | 410C | |||
IV | 480C | |||
Kamis /30 -10- 2008 | 02.00 | I | 350C | |
II | 340C | |||
III | 410C | |||
IV | 500C | Suhu Maximum | ||
07.00 | I | 370C | ||
II | 360C | |||
III | 430C | |||
IV | 460C | |||
12.00 | I | 380C | ||
II | 360C | |||
III | 440C | |||
IV | 480C |
HARI/TGL | JAM | KELOMPOK | SUHU | KET. |
Kamis /30 -10- 2008 | 17.00 | I | 390C | |
II | 370C | |||
III | 460C | |||
IV | 520C | Suhu Maximum | ||
22.00 | I | 400C | ||
II | 370C | |||
III | 460C | |||
IV | 450C | |||
Jum’at /31 -10- 2008 | 03.00 | I | 410C | |
II | 380C | |||
III | 480C | |||
IV | 470C | |||
08.00 | I | 430C | ||
II | 390C | |||
III | 510C | Suhu Maximum | ||
IV | 480C | |||
13.00 | I | 440C | ||
II | 400C | |||
III | 440C | |||
IV | 490C | |||
18.00 | I | 440C | ||
II | 390C | |||
III | 460C | |||
IV | 520C | Suhu Maximum | ||
23.00 | I | 450C | ||
II | 410C | |||
III | 470C | |||
IV | 430C | |||
Sabtu /1 -11- 2008 | 04.00 | I | 450C | |
II | 400C | |||
III | 500C | Suhu Maximum | ||
IV | 440C | |||
09.00 | I | 460C | ||
II | 410C | |||
III | 420C | |||
IV | 440C |
HARI/TGL | JAM | KELOMPOK | SUHU | KET. |
Sabtu /1 -11- 2008 | 14.00 | I | 470C | |
II | 390C | |||
III | 430C | |||
IV | 460C | |||
19.00 | I | 450C | ||
II | 390C | |||
III | 420C | |||
IV | 470C | |||
Minggu /2 -11- 2008 | 00.00 | I | 480C | |
II | 380C | |||
III | 440C | |||
IV | 470C | |||
05.00 | I | 470C | ||
II | 380C | |||
III | 430C | |||
IV | 460C | |||
10.00 | I | 460C | ||
II | 380C | |||
III | 410C | |||
IV | 440C | |||
15.00 | I | 480C | ||
II | 370C | |||
III | 410C | |||
IV | 450C | |||
20.00 | I | 470C | ||
II | 360C | |||
III | 400C | |||
IV | 430C | |||
Senin /3 -11- 2008 | 01.00 | I | 470C | |
II | 360C | |||
III | 410C | |||
IV | 430C | |||
06.00 | I | 480C | ||
II | 380C | |||
III | 400C | |||
IV | 440C |
HARI/TGL | JAM | KELOMPOK | SUHU | KET. |
Senin /3 -11- 2008 | 11.00 | I | 460C | |
II | 360C | |||
III | 390C | |||
IV | 410C | |||
16.00 | I | 460C | ||
II | 360C | |||
III | 380C | |||
IV | 400C | |||
21.00 | I | 470C | ||
II | 370C | |||
III | 380C | |||
IV | 410C | |||
Selasa /4 -11- 2008 | 02.00 | I | 470C | |
II | 360C | |||
III | 390C | |||
IV | 410C | |||
07.00 | I | 460C | ||
II | 360C | |||
III | 370C | |||
IV | 420C | |||
12.00 | I | 470C | ||
II | 370C | |||
III | 380C | |||
IV | 410C |
Keterangan :
I (KOTORAN SAPI)
II (JERAMI)
III (KANGKUNG)
IV (SERASAH)
NB : Jika suhu diatas 500C maka diadakan pengadukan agar suhu pupuk bisa turun ke suhu normal.
Gambar 1. Grafik Tingkat Perubahan Suhu Tiap Interval Waktu 5 Jam Selama Seminggu
Tabel 2. Nilai Uji NPK
Perlakuan | N (%) | P (%) | K (%) |
Kelompok I | 8,96 | 8,71 | 9,14 |
Kelompok II | 10,15 | 12,13 | 9,36 |
Kelompok III | 0,98 | 2,15 | 1,58 |
Kelompok IV | 12,21 | 11,15 | 12,08 |
B. Pembahasan
Pupuk memegang peranan yang penting di dalam budidaya tanaman. Tanaman membutuhkan pupuk yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Terdapat beberapa jenis pupuk yaitu pupuk buatan pabrik (anorganik) dan pupuk kandang atau kompos (organik). Pupuk buatan pabrik (anorganik) merupakan pupuk hasil buatan pabrik. Sedangkan pupuk kandang atau kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Pupuk organik mempunyai kandungan hara yang rendah dan dipergunakan untuk kesuburan fisik tanah agar strukturnya menjadi lebih baik. Bokasi termasuk pupuk organik yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Bokasi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik yang salah satu bahan penyusunnya menggunakan EM. Pembuatan bokasi harus dilakukan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan terpaan air hujan. Tempat yang ideal untuk proses pembuatan bokasi adalah tempat yang agak luas, memiliki atap, dan lantainya terbuat dari semen. Pembuatan bokasi membutuhkan bahan utama seperti pupuk kandang, jerami, sayuran, dan serasah. Selain bahan utama itu biasanya menggunakan sekam atau serbuk gergaji sebagai bahan tambahan pembuatan bokasi.
Pada pembuatan bokasi ini menggunakan EM sebagai salah satu bahan penyusunnya. Beberapa pengaruh EM yang menguntungkan dalam pembuatan pupuk bokasi diantaranya adalah memperbaiki perkecambahan bunga, buah, dan kematangan hasil tanaman, memperbaiki lingkungan fisik, kimia, dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit dalam tanah, meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman , menjamin perkecambahan dan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, dan meningkatkan manfaat bahan organik sebagai pupuk.
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum ini diperoleh suhu yang berbeda-beda dari setiap perlakuan. Suhu yang tertinggi yaitu 520C pada setiap perlakuan dan suhu yang terendah yaitu 27oC pada setiap perlakuan. Cara pengukuran suhu yaitu suhu pada pupuk di kontrol terus setiap 5 jam dengan cara membolak-balik agar suhunya stabil sehingga penghancuran pupuk atau kinerja dari mikroorganisme efektif. Pada pupuk bokasi ini yang cepat hancur atau terurai yaitu pupuk bokasi dengan bahan dasar sayuran (kangkung) karena pada sayuran terdapat kandungan air yang sangat tinggi sehingga dapat dengan mudah hancur. Pada bokasi pupuk kandang sudah terurai atau hancur. Sedangkan pada pupuk bokasi dengan bahan dasar jerami dan serasah proses penguraiannya agak lama. Hal ini disebabkan karena kandungan selulosa dan kitin yang tinggi sehingga mikroorganisme lama untuk mengurai. Komposisi tumbuhan pada graminae berbeda dengan komposisi tumbuhan yang lain. Proses fermentasi pada pembuatan bokasi ini yaitu sekitar 1 minggu. Bokasi yang sudah jadi dapat digunakan dalam pemupukan tanaman.
Selain suhu, pada praktikum ini juga diukur kandungan NPK dalam pupuk bokasi tersebut. Pada tabel hasil pengukuran Nitrogen, Fosfor dan Kalium (NPK), kandungan nitrogen yang tinggi yaitu pertama pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah yaitu 12,21%. Kedua yaitu perlakuan kelompok II dengan menggunakan jerami padi yaitu 10,15%. Ketiga yaitu perlakuan kelompok I dengan menggunakan pupuk kandang yaitu 8,96%. Yang terakhir yaitu perlakuan kelompok III dengan menggunakan sayuran (kangkung) yaitu 0,98%. Kandungan fosfor yang tertinggi yaitu pertama pada kelompok II yaitu 12,13%, kedua pada kelompok IV yaitu 11,15%, ketiga pada kelompok I yaitu 8,71, dan terakhir pada kelompok III yaitu 2,15%. Pada kalium, kandungan yang tertinggi yaitu pertama pada kelompok IV dengan menggunakan serasah yaitu 12,08%, kedua pada kelompok I yaitu 9,14%, ketiga pada kelompok II yaitu 9,36%, dan terekhir pada kelompok III yaitu 1,58%. Pada pengukuran nilai tersebut, yang memiliki nilai NPK yang tinggi yaitu pada perlakuan kelompok IV dengan menggunakan serasah. Hal ini disebabkan karena serasah berasal dari pelapukan bahan-bahan organik jika dibandingkan dengan bahan-bahan dasar yang lain. Sedangkan kandungan NPK yang rendah yaitu pada perlakuan ketiga dengan menggunakan sayuran hijau (kangkung). Hal ini disebabkan karena kangkung tersebut memiliki kadar selulosa dan kitin yang tinggi.
Nitrogen merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Nitrogen berguna sebagai penyusun protein dan ikut berperan dalam sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Kekurangan nitrogen pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu kondisi tanaman buruk dan menjadi sangat kerdil, daun tanaman kecil berwarna pucat dan berwarna hijau kekuningan, daun pada bagian paling bawah seperti terbakar dan mati sebelum masanya sementara daun pada tajuk atas tanaman masih hijau, dan produksi tanaman rendah.
Fosfor dibutuhkan untuk menyusun 0,1- 0,4% bahan kering tanaman. Unsur ini sangat penting di dalam proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman. Fosfor juga dibutuhkan di dalam sel, pengembangan jaringan dan titik tumbuh tanaman serta memiliki peranan penting di dalam proses transpor energi. Kekurangan fosfor pada tanaman dapat menyebabkan suatu gejala. Diantaranya yaitu pertumbuhan kerdil, daun berwarna hijau pucat, buah tidak terbentuk atau tidak tumbuh normal dan sebagainya.
Kalium dibutuhkan untuk menyusun 1-4% bahan kering tanaman. Proses ini terjadi dalam larutan sel. Kalium memiliki banyak fungsi. Diantaranya mengaktifkan 60 enzim tanaman dan berperan penting dalam sintesis karbohidrat dan protein. Kalium juga meningkatkan kadar air pada tanaman. Kekurangan kalium dapat mengakibatkan suatu gejala. Diantaranya yaitu daun menjadi kecil memutih kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, rapuh, buah kecil dan terdapat bercak luka, daya simpan kualitas buah dan produksi sangat rendah dan sebagainya.
IV. PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan pupuk bokashi terdiri dari beberapa bahan dasar yaitu pupuk kandang, jerami padi, dan sayuran serta serasah dengan menggunakan bantuan EM dan pengontrolan suhu.
2. Nilai NPK yang terdapat pada masing masing pupuk bokasi dengan bahan dasar pupuk kandang yaitu N = 8,96%, P = 8,71% dan K = 9,14%, pada bokasi dengan bahan dasar jerami padi yaitu N = 10,15%, P = 12,13% dan K = 9,36%, pada bokasi dengan bahan dasar sayuran yaitu N = 0,98%, P = 2,15%, K = 1,58% dan pada boksi dengan bahan dasar serasah yaitu N = 12,21%, P = 11,15% dan K = 12,08%.
- Saran
Saran saya yaitu agar dalam praktikum selanjutnya bahan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai dalam praktikum tersebut.