Laporan Praktikum Anfisman Tes Buta Warna

6 min read

Tes Buta Warna Dot

Berikut ini adalah laporan praktikum tes buta warna. Praktikum ini bertujuan utnuk mengetahui konsep tes buta warna Porbandus.

Praktikum Anfisman Tes Buta Warna

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pernahkah anda melihat pelangi dengan warnanya yang begitu indah, pernahkah anda melihat lampu lalu lintas yang berada di tepi jalan? Ataukah jutaan warna yang sampai-sampai warna tersebut tidak terdefinisi jenis atau nama warnanya. Berbicara tentang hal tersebut tentunya kita patut bersyukur kepada Tuhan atas karuniannya yang sangat luar biasa dengan kemampuan kita yang mampu menikmati jutaan warna tersebut, mampu menikmati indahhnya pelangi, birunya langit hijaunya daun dan sebagainya.

Pernahkah anda berfikir bahwa tidak semua orang mampu membedakan warna. Atau kita katakana ada orang yang kemampuan matanya hanya dapat membedakan warna tertentu saja, misalnya orang yang tentunya sudah kita tahu bersama Mark Zuckerberg pendiri media social terbesar di dunia yaitu facebook. Dia hanya mampu membedakan warna biru, itulah alasan facebook memiliki tema warna biru. Buta warna tentunya merupakan kekurangan yang dalam ilmu genetika bersifat diturunkan.

Buta warna tentunya memberikan batasan kepada setiap orang untuk bebas melakukan sesuatu namun tentunya kita harus bersyukur terhadap karunia tuhan kepada kita. Orang yang buta warna akan memiliki beberapa hambatan di era modern ini. Misalnya untuk berkendara di jalan, tentunya sesorang harus tahu warna dari tiap rambu-rambu lalu lintas misalnya jika kita di Indonesia warna merah artinya dilarang jalan dan hijau artinya jalan. Atau untuk mendaftar di universitas pada jurusan tertentu biasanya akan melalui tes buta warna misalnya pada jurusan kedokteran. Atau yang ingin menjadi polisi atau tentara tentunya harus memiliki mata yang normal.

Seperti yang  kita jelaskan sebelumnya, buta warna biasanya bersifat diturunkan dari orang tua kepada keturunannya, sejauh ini belum ada cara untuk mengatasi buta warna tersebut. Buta warna disebabkan oleh tidak mampunya otak untuk menerjemahkan cahaya yang ditangkap oleh mata disebabkan karena adanya sel-sel kerucut pada mata yang tidak ada, sehingga warna yang hasil warna yang diterjemahkan tidak sesuai dengan semestinya. Untuk itu penting bag kita untuk mempelajari masalah buta warna sebagai tambahan wawasan dan untuk menjadi orang yang lebih banyak  bersyukur.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui apakah probandus yang di uji mengalami buta warna atau tidak.

C. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini agar praktikan mengetahui ini adalah mengetahui banyak hal tentang buta warna, mengetahui status kenormalan mata probandus serta untuk banyak bersyukur kepada Tuhan.

Bab II. Kajian Pustaka

Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki, sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif (Agusta, 2012).

Buta warna adalah suatu istilah yang di pergunakan untuk menggambarkan adanya kelainan presepsi penglihatan warna. Kelaian ini di akibatkan oleh tidak adanya sekelompok sel kerucut penerima warna pada retina. Orang yang mengalami buta warna tidak atau kurang mampu membedakan dua warna yang berbeda. Buta warna ini dapat di temukan dengan uji ishihara. Pada uji ishihara di pergunakan serangkaian gambar berwarna. Gambar-gambar berwarna itu di rancang sedemikian rupa sehingga secara tepat dan cepat serta dapat memberikan penilaian terhadap kelainan persepsi warna (Taiyeb, 2016).

Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obatobatan yang berlebihan. Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (Agusta, 2012).

Buta warna merupakan salah satu masalah pada mata seseorang yang tidak dapat mengenali warna yang dilihat. Dalam hal ini penentuan tingkat buta warna akan dibahas dalam tiga tingkatan buta warna yaitu monochromacy, dichromacy dan anomolus trichomacy. Adapun monochromacy adalah keadaan mata manusia hanya memiliki satu sel pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel pigmen, dichromacy keadaan mata manusia yang disebabkan karena salah satu dari tiga sel cone tidak ada atau tidak berfungsi sel cone dan anomalus tricrhomacy yang merupakan keadaan mata manusia yang disebabkan karena faktor keturunan. Namun hal ini sangat jarang terjadi, penderita anomalus tricrhomacy mempunyai semua sel cone yang lengkap namun terjadinya sensitivitas terhadap salah satu warna dari tiga sel reseptor (Taufik, 2013).

Sekitar 5 % populasi manusia menderita buta warna. Buta warna merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).

Salah satu metode yang menjadi standar dokter spesialis mata untuk melakukan tes buta warna adalah metode Ishihara. Metode Ishihara menggunakan buku yang berisikan lembaran pseudoisochromatic (plate) yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik-titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat titik-titik dengan pola membentuk angka maupun garis berkelok. Plate pada buku akan mengalami perubahan warna menjadi pudar atau kusam seiring lamanya penggunaan. Tingkat kepudaran atau kekusaman warna akan mengubah keaslian plate untuk alat uji sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil tes  (Viyata, 2014).

Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan  leh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. es buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga embentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal. Tes berikutnya adalah tes Farnsworth Munsell. Tes ini berfungsi sebagai tes lanjutan dari tes Ishihara yang hanya dapat menentukan kelainan partial atau tidaknya. sedangkan tes Farnsworth Munsell, bisa melakukan skrining kelemahan warna tertentu, seperti kelemahan terhadap warna merah (protan), kelemahan terhadap warna hijau (deutan), dan kelemahan terhadap warna biru (tritan) (Agusta, 2012).

Kedua tes Ishihara dan Farnsworth Munsell ini mempunyai kelemahan yaitu berupa media tes. Media yang digunakan adalah lembaran kertas bagi Ishihara dan koin-koin warna dari kertas bagi tes Farnsworth Munsell. Media tes ini sendiri hanya dapat dilakukan pada ruangan bercahaya putih dengan intensitas penerangan yang cukup, sehingga melakukan tes buta warna ini tidak bisa di sembarang tempat/ruangan dengan bercahaya redup dan menggunakan cahaya kemerahan atau lampu pijar. Hal ini merupakan salah satu dari kelemahan tes konvensional, karena jika penerangan ruangan tidak sesuai dengan ketentuan standar, maka warna pada media tes pun akan berubah. Media lembaran kertas bagi tes Ishihara pun mempunyai kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bisa saja salah satu dari lembaran tes terselip ataupun hilang. Sedangkan media koin-koin warna pada tes Farnsworth Munsell sendiri, memiliki kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bentuk koin yang sangat kecil, sehingga bisa hilang atau tercecer (Agusta, 2012).

Bab III. Metode Praktikum

A. Alat dan Bahan

  1. Pulpen
  2. Probandus
  3. Buku petunjuk buta warna (Buku ishihara)

B. Prosedur Kerja

  1. Dua anggota kelompok menjadi naracoba dan pembanding.
  2. Alat yang di gunakan adalah Ishihara test for colour blindness yang terdiri atas 14 gambar warna.
  3. Meletakkan alat uji pada jarak 75 cm dari naracoba ke pembanding dengan penyinaran matahari yang cukup secara tidak langsung. Alat harus di angkat dengan sudut tegak, lururs dengan garis penglihatan.
  4. Kemudian berturut-turut penguji menunjukkan gambar 1 sampai nomor 1. Setiap kali mwlihat satu gambar diberikan waktu selama 5 detik, kemudian menyebutkan gambar yang dilihatnya.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Data Pribadi

NoTerlihat ProbandusTerlihat PembandingKeterangan
11212
288
355
42929
57474
677
74545
822
922
101616
123535
139696

Tabel 2. Data Hasil Pengataman Individu

NoNamaYaTidak
1Fitriani
2Sinta
3Widya
4Mauliani
5Vera
6Ainun
7Qadri
8Wahyu
9Rusnita
10Jihadi
11Fitriandani
12Nurhuda
13Rabiatul
14Hasriana
15Elsa
16Yuliana
17Marina
18Azizah
19Dhia
20Nurfajrianti
21Anita
22Demmanyai
23Alvia
24Athifatul
25Agung
26Rhoiha
27Fajri
28Gunadi
29Ogy
30Ningsih
31Resky
32Ayu
33Varadillah
34Aprilyani
35Windy
36Fadilah
37Ilmi
38Sinta
39Sri
40Husnil
41Iksan
42Anggelina
43Intan
44Khairul
45Herni
46Fajryani
47Auliyah Mis
48Khalifah
49Indra
50Aisyah
51Supriadi
52Ulfa
53Fadil

B. Pembahasan

Berdasarkan kegiatan praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah dilaksanakan mengenai Tes Buta Warna, maka diperoleh hasil yang baik, yang dimaksudkan baik adalah semua probandus uang telah diuji memiliki mata yang normal. Hal ini terlihat setelah probandus di tes menggunakan tes buta warna dengan metode ishihara dimana probandus dapat menyebutkan semua pola warna yang terdapat pada buku ishihara tersebut.

Perlu kita ketahui bahwa buta warna ini disebabkan oleh jumlah banyak tidaknya sel kerucut dalam mata. Buta warna bervariasi, mulai dari yang parsial (sebagian) hingga buta warna total. Buta warna parsial artinya penderita tidak dapat membedakan antara warna merah dengan hijau, antara warna hijau dengan biru. hijau dan biru sangat sedikit. Buta warna total artinya penderita tidak memiliki sel kerucut merah, hijau dan biru sehingga warna yang bisa di lihat hanya warna hitam dan putih.

Lebih jelasnya, buta warna merupakan gangguan herediter yang lazim di derita pria daripada wanita. Buta warna bervariasi antara buta satu warna tertentu (buta warna parsial) sampai buta warna total. Terjadinya buta warna ini di sebabkan oleh tidak adanya atau ada tetapi sedikit sel kerucut warna merah dan hijau. Bila tidak ada sel kerucut merah, maka warna merah akan nampak hijau. Bila sel kerucut hijau tidak ada, maka benda hiaju akan nampak merah. Bila ketiga macam sel kerucut (warna merah, hijau dan biru) tidak ada, maka semua benda akan nampak hitam dan seseorang akan menderita buta warna total (Basoeki, 2003).

Bab V. Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa semua probandus yang telah di uji dengan metode ishihara memiliki mata yang nomal atau dengan kata lain tidak buta warna. Serta diketahui bahwa buta warna disebabkan pada jumlah sel kerucut pada mata

B. Saran

Sebaiknya dalam pengerjaan laporan tidak perlu menggambar kembali gambar yang telah jelas dan disediakan dalam penuntun.

 DAFTAR PUSTAKA

Agusta, sofiar. 2012. Instrumen Pengujian Buta Warna Otomatis. Jurusan Fisika FMIPA UI: Depok. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Vol 3 No 1.

Basoeki, soedjono. 2003. JICA: Malang.

Taufik. 2013. Penentuan Tingkat Buta Warna Berbasis His dengan banyak Warna pada Citra Ishihara. STKIP Bina Bangsa Meulaboh: Meulaboh. Jurnal Vol 4 No 1.

Viyata, randy. 2014. Aplikasi Tes Buta Warna dengan Metode Ishihara pada Smartphone Android. Program Studi Teknik Informatika FT Universitas Bengkulu: Bengkulu. Jurnal Pseudocode Vol 1 No 1.

Taiyeb, mushawwir. 2016. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jurusan Biologi FMIPA UNM: Makassar.

Laporan Praktikum Pengendalian Keasaman (pH) Larutan Buffer

Berikut ini contoh laporan Praktikum Kimia dengan judul Pengendalian Keasamaan dengan Larutan Buffer. Laporan ini bertujuan untuk menjelaskan peran larutan buffer dan prinsip kerja...
Ananda Dwi Putri
13 min read

Leave a Reply