KTI – Perilaku Komsumtif di Kalangan Remaja dan Pelajar SMA

Perilaku Komsumtif di Kalangan Remaja dan Pelajar SMA

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya era globalisai, membuat terjadinya peningkatan produksi dan distribusi. Hal ini tentunya akan berpenagruh pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.Kebutuhan adalah suatu kekurangan yang membuat orang hendak memenuhinya. Terkait dengan hal ini, pemenuhan akan hal tersebut ada masyarakat yang menyikapnya secara wajar dan ada yang berlebihan/tidak wajar. Ketidak wajaran inilah yang menimbulkan adanya perilaku yang disbut dengan “Konsumtif”. Perilaku konsumtif seperti ini hampir terjadi pada semua lapisan masyarakat. Terutama terjadi pada kalangan pelajar.

Masa remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju usia dewasa. Tidak hanya usia yang mengalami perubahan, namun juga pada sikap dan perilakunya.

Sikap remaja yang masih tergolong labil dan mudah dipengaruhi,  hal ini yang sering kali membuat remaja dijadikan objek potensial bagi produsen dan para ahli pemasaran, untuk menjual produknya. Bagi mereka membeli tidak lagi berdasarkan kebutuhan, namun membeli berdasarkan alasan-alasan lain seperti mengikuti mode,ingin memperoleh pengakuan sosial oleh orang disekitarnya dan sebagainya.   Perilaku konsumtif tentunya akan menjadi masalah ketika kecenderungan membeli menjadi wajar pada remaja, apalagi jika dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Terkadang apa yang dituntut olehnya tidak sesuai dengan kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana. Akibatnya  ekonomi keluarga akan mengalami masalah. Bukan itu saja, jika orang tua mereka tidak dapat memenuhinya, mereka akan melakukan segala cara yang mengarah pada tindakan negatif seperti, mencuri. Jadi, perilaku konsumtif tidak hanya berdampak pada dirinya, namun juga orang lain.

Berdasarkan permasalahan diatas, tentu saja masih banyak faktor-faktor dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif. Maka, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Konsumtif dikalangan Pelajar SMA Negeri 1  Pelaihari”.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian perilaku konsumtif?
  2. Apa penyebab maraknya perilaku konsumtif di kalangan pelajar?
  3. Apa saja indikator perilaku konsumtif?
  4. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif bagi pelajar?
  5. Bagaimana upaya untuk mengatasi perilaku konsumtif dikalangan pelajar?

B. Tujuan

  1. Untuk mengetahui secara jelas faktor penyebab timbulnya perilaku konsumtif dikalangan pelajar
  2. Untuk menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif
  3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku konsumtif

D. Manfaat Penelitian

  1. Sebagai langkah untuk mencegah budaya konsumerisme.
  2. Memberikan pemahaman kepada remaja mengenai penyebab, dampak dan cara pencegahan terhadap budaya konsumerisme.

Bab II. Pembahasan

A. Perilaku Komsumtif

Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada  segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2003). Perilaku konsumtif juga dapat didefinisikan sebagai perilaku membeli barang atau  jasa yang berlebihan, walaupun tidak dibutuhkan (Moningka, 2006).

Dahulu orang berbelanja karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Saat ini orang berbelanja karena berbagai macam  sebab, untuk memanjakan diri sendiri, menyenangkan orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau karena potongan harga. Bahkan, hanya sekedar gengsi, memperlihatkan dengan status sosial tertentu dapat berbelanja di tempat “X” dan mampu membeli barang dengan merek ternama. Tanpa disadari, alasan-alasan tersebut membuat seseorang hidup dalam gaya hidup konsumtif. 

Mowen dan Minor (2002) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan membeli produk atau jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan atau hanya perasaan emosi. Pengertian perilaku konsumtif tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan yakni suatu perilaku  yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah yang berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata (dalam Sumartono, 2002). Berdasarkan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi suatu barang secara berlebihan dan tidak terencana.

Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang, seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk memenuhi keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.Di tengah realitas kondisi ekonomi bangsa kita yang masih jauh di bawah Negara lain. Masyarakat kita malah semakin dikendalikan oleh budaya konsumtivisme. Besarnya peningkatan permintaan terhadap barang-barang teknologi seperti yang diberikatan di beberapa media sejak tahun-tahun lalu hingga sekarang, telah menunjukkan perilaku konsumtif bangsa Indonesia yang semakin memprihatinkan.

Tiada hari tanpa belanja dan membeli. Bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang mengidap penyakit “shopilimia”, suatu penyakit “kecanduan berbelanja”. Masyarakat kita pun akhirnya semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Mungkin kita  pernah memperhatikan beberapa counterhandphone yang selalu ramai saat hari-hari biasa dan membludak di hari libur. Survey membuktikan bahwa banyak diantara kita yang mempunyai telepon seluler lebih dari satu. Keberadaan dua sampai tiga telepon seluler disaku bagi sebagian besar masyarakat kita saat ini tidak lagi menjadi sesuatu hal yang aneh, namun sudah lumrah. Apple, BlackBerry dan Htc merupakan segelintir brand yang menghiasi saku-saku banyak orang saat ini, tentunya dengan dibantu hp-hp lokal lainnya. Fakta ini, diperkuat oleh prilaku para remaja, khususnya pada momen-momen khusus yang terjadi di sepanjang tahun, semisal hari raya keagamaan, seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.

Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uangnya hanya untuk jaga gengsi dalam pergaulan. Baik itu masalah  makanan dan minuman, pakaian, juga masalah hiburan (Food, Fashion, and Fun). Hal ini merupakan perwujudan dari gharizah al baqa (naluri mempertahankan diri). Setiap orang ingin dianggap eksis dalam lingkungan pergaulannya. Bahkan mereka rela menghambur-hamburkan uang kedua orang tuanya demi mencapai eksistensi tersebut. Mereka sudah tidak memperdulikan betapa susahnya orang tua dalam mencari uang, yang mereka pikirkan hanyalah mencapai kepuasan dan keinginan.

Budaya konsumtif yang mewabah pada remaja saat ini tidak terlepas dari perkembangan budaya kapitalisme yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.  Terlebih lagi pada momen-momen khusus  yang terjadi disepanjang tahun yang mendorong setiap individu untuk bertindak konsumtif. Hal ini awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap perlu, namun lama-kelamaan sifat konsumtif semakin besar sehingga individu cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Keinginan yang besarlah yang membuat mereka susah untuk menahan membelanjakan uang yang mereka miliki.

Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus didukung oleh kekuatan finansial yang memadai.  Masalah lebih besar terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam cara yang tidak halal. Sebagai contohnya mencuri, merampok, dan sebagainya.

B. Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif

1. Faktor Internal.

Faktor internal ini juga terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.

2. Faktor Eksternal / Lingkungan.

Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga,

C. Indikator Perilaku Komsumtif

Sumartono (1998) menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi    pengertian perilaku konsumtif adalah membeli barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan. Secara operasional indikator perilaku konsumtif adalah : 

1. Membeli produk karena hadiahnya. 

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut. 

2. Membeli produk karena kemasannya menarik. 

Konsumen pria metroseksual mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. 

3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. 

Kosumen pria metroseksual mempunyai keinginan yang  tinggi, karena pada umumnya mereka mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya bertujuan agar pria metroseksual selalu berpenampilan menarik. Mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri. 

4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya).    

Konsumen pria metroseksual cenderung berperilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga  cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mahal. 

5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status. 

Pria metroseksual mempunyai kemampuan membeli yang tinggi dalam berpakaian, berdandan, gaya potong  rambut, dan sebagainya sehingga dapat menunjukkan sifat ekslusif dengan citra yang mahal dan memberi kesan berasal dari  kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan menarik dimata orang lain. 

6. Memakai sebuah produk karena unsur  konformitas terhadap model yang mengiklankan produk. 

Pria metrseksual cenderung meniru tokoh yang diidolakan dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai tokoh yang diidolakannya. Pria metroseksual cenderung dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan public figure produk tersebut. 

7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. 

Pria metroseksual sering terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih percaya diri. 

8. Mencoba lebih dari 2 produk sejenis (merek berbeda). 

C. Pengaruh Perilaku Komsumtif

Pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari prilaku konsumtif remaja yaitu :

1. Boros

Mereka rela menghambur-hamburkan uang demi mencapai keinginannya, bukan memenuhi kebutuhannya.

2. Menimbulkan masalah ekonomi keluarga

Bagi remaja yang kedua orang tuanya tidak mampu, akan menimbulkan masalah. Sebab, remaja tersebut pasti akan terus mendesak kedua orang tuanya agar memenuhi apa yang diinginkan.

3. Menimbulkan kesenjangan sosial

Dalam hal ini akan terjadi perbedaan antara anak orang menengah ke atas dan menengah ke bawah. Akibatnya terjadi kecemburuan sosial yang mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan bisa menimbulkan kriminalitas.

D. Upaya Antisipasi Perilaku Komsumtif

1. Menabung

Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung, apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang belum menyadari akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada, tetapi belum terealisasi secara terus menerus.

Bagaimana bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak. Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10% dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.

2. Menyusun Rencana dan Anggaran Belanja

Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.

Membuat anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika godaan belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk

itu, kemampuan mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah dibuat dapat ditepati. 

3. Prioritaskan Kebutuhan

Penting dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan. Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi, kebutuhan memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya sekadar keinginan. Nah, untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan kebalikannya, memenuhi keinginan lebih dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika dana telah habis untuk memuaskan keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib dipenuhi sehingga harus merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan, jika tidak maka solusi yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari tujuan hidup hemat.

4.  hindari pemakaian kartu kredit

Ada yang bilang kartu kredit tak ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan merayu berperilaku konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming yang menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa disadari, iming-iming tersebut justru menjerumuskan secara finansial, karena penggunanya akan dibebani dengan tagihan sebesar dana yang digunakan plus bunga.

Transaksi dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa uang tunai dan tinggal gesek seolah ‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika menggunakannya, tetapi ketika sadar banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan menyesakkan dada.

Belanja menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen dan kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya menghindari berbelanja dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan uang tunai. Dengan demikian, Anda tetap bisa mengontrol pengeluaran Anda.

5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal

Jalan-jalan dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun akan berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong Anda. Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang di-display di toko, bisa jadi Anda langsung tertarik dan ingin membelinya meskipun tidak ada rencana untuk membelinya dalam daftar belanja yang telah Anda buat.

6. Mulailah Berinvestasi

Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi? Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia Anda tak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda. Misalnya saja, Anda membeli properti. Jika belum ingin memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya kepada pihak lain sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya. Selain itu, Anda juga bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya.

7. Cermatlah Ketika Membeli Barang

Mahal tak selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut perlu bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk menunjang gengsi. Contohnya saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut sangatlah berharga. Tak heran jika barang ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun, untuk apa membeli tas dengan harga mencapai ratusan juta, padahal fungsinya sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya puluhan ribu saja. Perilaku tersebut tentu saja merupakan pemborosan.

8. Beramal dan Bersedekah 

Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan beban mereka. Oleh sebab itu, jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan justru egois dengan menghambur-hamburkannya untuk kesenangan pribadi, meski itu merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang berperilaku konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami kebangkrutan.

Bab III. Penutup

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas, dapat saya simpulkan bahwa globalisasi memiliki pengaruh yang luar biasa bagi para remaja. Pengaruh tersebut yaitu melekatnya perilaku konsumtif remaja di kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut bisa terjadi karena remaja memang sudah menjadi sasaran potensial bagi para produsen. Selain itu, masa remaja adalah proses pencarian jati diri, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh dan terbawa oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan diluncurkannya barang-barang bermerk, semakin mudahlah perilaku konsumtif muncul di kalangan remaja.

Dengan melihat kondisi remaja saat ini, jika seseorang memasuki masa remaja sebaiknya lebih diarahkan dan lebih dipantau lagi terutama oleh orang tua. Selain itu, para remaja lebih baik diberi kesibukan agar mereka tidak merasa bosan. Karena perilaku konsumtif muncul akibat mereka tidak ada kegiatan, lalu mereka bosan. Dari kebosanan itulah muncul budaya belanja yang mengakibatkan perilaku konsumtif.

B. Saran

Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga bisa dikaji ulang supaya karya tulis ini dapat lebih baik lagi. Dan yang paling saya tekankan, semoga dengan adanya karya tulis ini para remaja bisa memiliki kesadaran untuk menghindari yang namanya perilaku konsumtif. Sebab perilaku konsumtif bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi dapat merugikan orang tua serta bisa menghabiskan uang tanpa alasan dan tujuan yang jelas.

DAFTAR PUSTAKA

http://siskawulan0108.blogspot.co.id/2016/04/pengaruh-prilaku-konsumtif-remaja-dalam.html

Elizabeth B, Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga

Comments

Leave a Reply