Daftar isi
Perilaku Seks Bebas Pada Hubungan Pacaran Remaja
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan sosial. Pada masa ini, rasa ingin tahu remaja terhadap berbagai hal, termasuk mengenai seksualitas, meningkat secara signifikan. Tanpa bimbingan yang tepat, dorongan ini dapat mendorong remaja untuk mencari informasi dari sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, yang pada akhirnya bisa mengarahkan mereka pada perilaku yang menyimpang seperti seks bebas.
Fenomena seks bebas di kalangan remaja saat ini menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan. Meningkatnya akses terhadap internet, media sosial, serta minimnya pendidikan seks yang benar di lingkungan keluarga maupun sekolah membuat remaja rentan terhadap pengaruh negatif. Banyak remaja yang terlibat dalam hubungan seksual di luar pernikahan tanpa memahami risiko dan konsekuensinya, baik dari segi kesehatan, psikologis, maupun sosial.
Perilaku seks bebas di usia remaja membawa dampak yang tidak sedikit. Risiko kehamilan di luar nikah, aborsi ilegal, penularan penyakit menular seksual (PMS), hingga trauma emosional menjadi konsekuensi nyata yang harus dihadapi. Selain itu, stigma sosial dan tekanan dari lingkungan juga bisa berdampak jangka panjang terhadap kehidupan dan masa depan remaja tersebut.
Fenomena ini tidak dapat dianggap sepele karena menyangkut masa depan generasi muda yang seharusnya menjadi penerus bangsa. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dan peran aktif dari berbagai pihak seperti keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dalam memberikan edukasi dan pengawasan. Pendidikan seks yang sehat dan sesuai usia sangat penting diberikan agar remaja memiliki pemahaman yang benar mengenai tubuh, hubungan, serta batasan yang sehat dalam pergaulan.
Fenomena seks bebas yang marak terjadi di kalangan remaja, khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), menjadi perhatian yang serius bagi berbagai pihak. Pergaulan yang semakin bebas tanpa pengawasan, ditambah dengan pengaruh lingkungan sekitar, menjadikan remaja mudah terjerumus dalam perilaku menyimpang. Dalam banyak kasus, seks bebas terjadi dalam hubungan pacaran yang tidak sehat dan dilandasi oleh kurangnya pemahaman serta kontrol diri.
Ada beberapa faktor utama yang mendorong terjadinya seks bebas di kalangan remaja. Pertama, kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua atau lingkungan terdekat sering kali membuat remaja mencari pelarian pada hal-hal yang salah, termasuk dalam hubungan seksual. Kedua, pengaruh dari teman sebaya atau orang-orang di sekitar yang telah lebih dulu terlibat dalam pergaulan bebas juga memberi tekanan atau dorongan secara tidak langsung. Ketiga, rasa ingin tahu yang besar tanpa adanya arahan yang benar, serta kesalahan dalam memilih teman, sering kali menjadi pemicu utama terjadinya perilaku ini.
Gejala-gejala yang muncul pada remaja yang telah terlibat dalam seks bebas umumnya terlihat dari perubahan sikap dan perilaku. Salah satu gejalanya adalah munculnya sikap yang lebih agresif atau “liar”, di mana remaja tampak kehilangan kendali dan lupa akan nilai-nilai yang selama ini diajarkan. Selain itu, perilaku seks bebas juga dapat menimbulkan rasa kecanduan, karena adanya dorongan emosional dan fisik yang sulit dikendalikan setelah melakukan hubungan seksual secara berulang.
Remaja yang telah kecanduan seks bebas juga cenderung menunjukkan sikap pemberontakan, seperti menentang nasihat atau aturan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Hal ini menjadi tanda bahwa remaja tersebut sedang mengalami krisis identitas dan kontrol diri. Lebih lanjut, mereka biasanya akan lebih nyaman bergaul dengan orang-orang yang mendukung perilakunya, dan menghindari lingkungan yang dianggap membatasi atau menghakimi mereka.
Dengan memahami gejala dan faktor penyebab seks bebas di kalangan remaja, diharapkan masyarakat, khususnya para orang tua dan pendidik, dapat lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan yang tepat. Edukasi seks yang sehat, bimbingan emosional, serta pengawasan yang seimbang sangat diperlukan agar remaja dapat tumbuh dengan nilai moral dan tanggung jawab yang kuat terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Studi Kasus ini disusun untuk membahas lebih lanjut mengenai seks bebas di kalangan remaja, termasuk pengertian, faktor penyebab, dampak, serta solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan para pembaca, khususnya remaja, dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga diri dan menjalani pergaulan yang sehat sesuai norma dan nilai yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
- Aktivitas seks apa saja yang dilakukan oleh siswa SMA X di Kota M ketika berpacaran?
Bab II. Kajian Pustaka
A. Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan dan tantangan: 8).
Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Fase remaja merupakan perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai “Strom dan Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976).
B. Akitivitas Seksual Usia Remaja
Dalam kehidupan sehari-hari, kata seks secara harfiah berarti jenis kelamin. Pengertian seks kerap hanya mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin (genitalia), meski sebenarnya seks sebagai keadaan anatomi dan biologis, sebenarnya hanyalah pengertian sempit dari yang dimaksud dengan seksualitas. Seksualitas yakni keseluruhan kompleksitas emosi, perasaan, kepribadian, dan sikap seseorang yang berkaitan dengan perilaku serta orientasi seksualnya (Gunawan dalam Soekatno, 2008).
Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan
kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa menyaringnya terlebih
dahulu. Faktor yang mendukung penyebab terjadinya seks bebas adalah
lingkungan pergaulan yang buruk, kurangnya perhatian dari orang tua dan
salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial (Prasetyo, 2012).
Meningkatnya minat pada seks seiring pertambahan usia, anak akan selalu
mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit anak yang
mengerti dari orang tuanya. Rasa tabu, malu, risih membuat kaum belia tidak mau bertanya kepada orang tua mengenai seks, sehingga membuat mereka ingin mencoba hal yang negatif (Sulistiani, 2009 ). Fungsi orang tua dalam pencegahan seks bebas remaja cenderung tidak berkembang hal tersebut terlihat tindakan preventif orang tua. Pencegahan remaja dari keterjerumusan seks bebas merupakan bagian dari tanggung jawab pendidikan dalam keluarga, terutama orang tua. Pencegahan orang tua akan akan bersaing dengan perkembangan teknologi yang sedikit berdampak negatif dikalangan remaja terutama masalah pornografi yang menjadi pemicu seks bebas dan menghancurkan masa depan remaja (Manullang, 2011).
Bab III. Metode Penelitian
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey dengan metode pengambilan data survey dan wawancara terbatas.
B. Subjek Penelitian
Identitas SMA dirahasiakan berasal dari SMA X di Kota M. Subjek penelitian adalah Mahasiswa di Kelas X, XI, dan XII. Sampel penelitian yang digunakan dipilih dengan Proporsional Random Sampling dengan jumlah Sampel 128 Siswa yang sedang berpacaran atau pernah berpacaran. Lokasi sekolah berada di Ibukota Provinsi.
Bab IV. Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian
Studi Kasus ini dimulai dengan melakukan memberikan penjelasan terkait dengan metode pengisian survey. Instrumen dibagikan tanpa menyebutkan nama responden kepada 312 Siswa yang terbagi ke dalam 3 sesi.
Data dikumpulkan kemudian dipisahkan untuk yang sednag berpacaran atau yang sudah pernah berpacaran. Dari 312 siswa, terdapat 128 Responden yang jawabannya diasumsikan valid dan ditabulasi lalu dianalisi.
Tabel 1. Persentase Jensi Kelamin dari Subjek Penelitian Pacaran atau Pernah Pacaran
No | Jenis Kelamin | Jumlah | Persentase |
---|---|---|---|
1 | Laki-Laki | 55 | 42,96% |
2 | Perempuan | 73 | 57,03% |
Tabel 2. Jenis Aktivitas dan Perilaku Pacaran
No | Perilaku Pacaran | Laki-Laki | Perempuan |
---|---|---|---|
1 | Curhat dan Ngobrol | 55 (100%) | 73 (100%) |
2 | Pegangan Tangan | 48 (87,27%) | 64 (87,67%) |
3 | Ciuman di Pipi / Salim | 30 (54,54%) | (78,08%) |
4 | Berangkulan | 26 (47,27%) | 31 (42,47%) |
5 | Berpelukan | 13 (23,63%) | 15 (20,55%) |
6 | Ciuman / French Kiss | 13 (23,63%) | 13 (23,63%) |
7 | Meraba-raba Dada | 13 (23,63%) | 13 (17,81%) |
8 | Meraba Alat Kelamin | 13 (23,63%) | 13 (17,81%) |
9 | Menggesek Alat Kelamin | 8 (14,54%) | 11 (15,08%) |
10 | Melakukan Oral Seks | 8 (14,54%) | 10 (13,69%) |
11 | Hubungan Seksual | 2 (3,63) | 10 (13,69%) |
B. Pembahasan
Dari kelayakan studi kasus yang diambil ini yaitu tentang Sex Bebas yang ada pada kalangan siswa SMA di kota M yang selama ini terkenal sebagai kota pelajar yang juga sudah sangat di kenal di Indonesia. Mengingat sudah banyak kasus yang terjadi selama ini baik Pemerkosaan sampai Aborsi yang dilakukan oleh Pelajar SMA di kota M ini. Sungguh ironis dan sangat memprihatinkan karena masa depan yang seharusnya mereka raih lebih baik harus hancur ketika mereka telah melakukan sex bebas dan apabila mereka sampai hamil di luar nikah. Ketika kita melihat hal-hal tersebut selaku orang yang paham dan mengerti akan bahaya sex bebas pastinya merasa sangat menyayangkan perilaku generasi muda yang semakin hari sangat memprihatinkan.
Hal pertama ketika kita melakukan observasi ini adalah dengan membuat suatu rumusan catatan tentang efek dan dampak yang ditimbulkan dari penyimpangan perilaku Remaja SMA yang sekarang sudah menjadi kebiasaan umum bagi remaja yang sedang berpacaran. Memanglah tidak semua Remaja SMA melakukan itu, seperti data berikut kita bisa lihat tingkat ketertarikan antara cowok dan cewek sangatlah berbeda.
Dalam sebuah penelitian, menyebutkan berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antar lawan jenis. Namun, dalam perkembangan budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah.
Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki dan perempuan hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih banyak dibandingkan remaja perempuan.
Jadi yang haruslah diperhatikan adalah bagaimana meneliti obyek yang sangat banyak ini sehingga bisa menjadi data yang valid. Beberapa metodenya bias menerapkan dengan system sebagai berikut :
- Mencari sasaran pihak yang melakukan dalam hal ini adalah pelajar yang melakukan seks bebas
- Pihak yang bertanggung jawab atas perilaku mereka adalah selaku Orang Tua, dan
- Pihak yang dapat mencegah atai memberi pengarahan kepada Remaja SMA, adalah pihak Guru dan kesadaran mereka sendiri.
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
- Aktivitas remaja ketika berpacaran dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni (1) Pacaran Sehat yang diwakili instrumen 1, 2 dan 3, (2) Mengarah Ke Perilaku Seks Bebas diwakili 4, 5, 6, dan 7, dan (3) Seks Bebas yang diwakili 8, 9, 10, 11.
- Persentasi Jumlah aktivitas berpacara sebagai berikut
- Seks Bebas 23,63% di kalangan laki-laki dan 17,81% di kalangan wanita
- Perilaku mengarah ke seks bebas 23,63% di kalangan laki-laki dan 20,55% di kalangan wanita
- Hanya berpacaran sehat 76,37 % di kalangan laki-laki dan 79,45% di kalangan wanita
B. Saran
Untuk kalangan remaja lebih baik menjauhi pergaulan sex bebas/ pergaulan bebas yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang baik karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika kurang mendapatkan kasih sayang dari lingkungan sekitar jangan melampiaskanya dengan seks bebas lebih baik mengeluarkan katidaksukaan itu melalui hal-hal yang positif yang dapat menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Jika dihadapkan dengan lingkungan yang menjerumuskan dalam sex bebas lebih baik kita menghindarinya secara pelan-pelan agar tidak menimbulkan permusuhan antara teman. Dalam memilih ligkungan harus berhati-hati agar tidak terjerumus kedalam seks bebas yang sekarang melanda kalangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/05/05/tabel-sintesa/
http://www.scribd.com/doc/15563163/Dampak-Seks-Bebas
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/genetics/2017162-dampak-sex-bebas-bagi-remaja/
http://911medical.blogspot.com/2010/05/pengetahuan-dan-sikap-remaja-tentang.html
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.