Daftar isi
Keselamatan kerja pada laboratorium
A. Jenis jenis bahaya dan Kecelakaan di laboratorium
Kecelakaan mengacu pada peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja. Sebagai contoh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan tertusuk benda tajam dsb. Secara teknis, “kecelakaan” tidak termasuk dalam peristiwa yang disebabkan oleh kesalahan seseorang, misalnya bila dia lengah dan gagal mengambil langkah berjaga-jaga.
Bila yang akan terjadi diketahui akibat kelengahannya, peristiwa itu bukanlah “kecelakaan” pada peringkat itu, dan orang yang lengah tersebut harus bertanggungjawab atas kerugian dan kecelakaan orang lain. Dalam “kecelakaan” yang sebenarnya, tidak satupun pihak yang dapat dipersalahkan, karena peristiwa itu tidak dapat diprediksikan atau kemungkinan terjadinya sangat rendah. Misalnya, seseorang ahli farmasi salah memberi label obat dan pasien yang mengonsumsinya keracunan.
Jenis jenis bahaya yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium kimia :
Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dll. Keracunan bisa berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir yaitu yang seringkali terjadi baik yang dapat di ketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, yaitu akibat akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti asam sulfat, asamklorida, natrium hidroksida, gas klor, dll. Iritasi dapat berbentuk luka atau peradangan pada kulit, saluran pernapasan dan mata.
Kebakaran dan Luka Bakar
Kebakaran dan luka baker sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alcohol, dll. Hal yang sama dapat disebabkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca. Luka sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.
Bahaya lainnya
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar spesifik dan pencemaran lingkungan. Jadi jelas kalau laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sampai tidak menyebabkan kerugian. Satu contoh, bahan bakar bensin dan gas cair memiliki potensi bahaya kebakaran yang sangat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik, transportasi jutaan ton sehari-hari yaitu hal biasa. Demikian pula dalam produksi dan pemakaian pestisida yang memiliki potensi racun, hanya mengakibatkan petaka bila salah perlakuan atau karena kecerobohan.
Sumber – sumber Bahaya dalam Laboratorium
Pada dasarnya, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium dapat dikelompokkan jadi tiga, yaitu :
1. Bahan-bahan kimia yang berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan cara penyimpanannya. Misalnya : bahan kimia beracun, mudah terbakar, eksplosif, dll.
2. Teknik percobaan yang meliputi pencampuran bahan distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dansebagainya.
3. Fasilitas laboratorium yaitu gas, listrik, air, dll.
Ketiga sumber tersebut diatas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terdapat pada kekhasan sifat bahan kimia yang dipakai. Semasing sumber beserta keterkaitannya perlu dipahami lebih detail agar dapat memperkirakan setiap kemungkinan bahaya yang mungkin berlangsung hingga dapat mencegah atau menghindarinya. Selain itu, perlu juga dipahami tentang alat pelindung diri dan cara penanggulangannya jika terjadi kecelakaan.
Penanganan Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Laboratorium adalah tempat kerja yang berpotensi muncul kecelakaan. Walaupun kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah adalah kecelakaan yang bisa saja menyebabkan dampak yang makin besar.
Sumber bahaya yang berpotensi mengakibatkan kecelakaan dapat berbahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan yang lain. Semuanya bisa membuat dampak yang tidak diinginkan seperti keracunan, iritasi, ledakan sampai kebakaran.
Berikut ini adalah tips cara penanganan awal sebagai pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan kerja di Laboratorium kimia :
Luka bakar akibat zat kimia
– Terkena larutan asam
kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
Kemudian bersihkan dengan 1% Na2CO3
lalu cuci lagi dengan air
Keringkan dan oleskan dengan salep levertran.
– Terkena logam natrium atau kalium
Logam yang nempel selekasnya di ambil
Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
Dikeringkan dan oleskan dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang sudah dibasahi asam pikrat.
– Terkena bromin
Segera dicuci dengan larutan amonia encer
Luka itu ditutup dengan pasta Na2CO3.
– Terkena phospor
Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
Lalu cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Luka bakar akibat benda panas
Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
Mencelupkan ke air es secepatnya atau dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang.
Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam
Bila terkena percikan asam encer,
Mata dapat dicuci dengan air bersih kurang lebih 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% Na2C3
Terkena percikan larutan basa
Dicuci dengan air bersih kurang lebih 15 menit terus-menerus
Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena hirup Cl2, HCl, SO2, NO2, formaldehid, ammonia.
Menghindari korban dari lingkungan zat itu, lalu pindahkan korban ke tempat yang berudara segar.
Bila korban tidak bernafas, selekasnya berikanlah pernafasan buatan melalui cara menekan sisi dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban
Bila berlangsung kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera menghubungi Badan Layanan/personel seperti :
1. Biological Safety Officer
2. Pejabat laboratorium
3. Engineering/Water/Gas/Electrical
4. SatpamJenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium
Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;
a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
f. Sengatan listrik.
Beberapa sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Bahan Kimia.
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif, dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya. Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam penanganan bahan kimia berbahaya meliputi manajemen, cara pengatasan, penyimpanan dan pelabelan, keselamatan di laboratorium, pengendalian dan pengontrolan tempat kerja, dekontaminasi, disposal, prosedur keadaan darurat, kesehatan pribadi para pekerja, dan pelatihan. Bahan kimia dapat menyebabkan kecelakaan melalui pernafasan (seperti gas beracun),
serapan pada kulit (cairan), atau bahkan tertelan melalui mulut untuk padatan dan cairan. Bahan kimia berbahaya dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu, bahan kimia yang eksplosif (oksidator, logam aktif, hidrida, alkil logam, senyawa tidak stabil secara termodinamika, gas yang mudah terbakar, dan uap yang mudah terbakar).
Bahan kimia yang korosif (asam anorganik kuat, asam anorganik lemah, asam organik kuat, asam organik lemah, alkil kuat, pengoksidasi, pelarut organik). Bahan kimia yang merusak paru-paru (asbes), bahan kimia beracun, dan bahan kimia karsinogenik (memicu pertumbuhan sel kanker), dan teratogenik.
Keracunan akibat penyerapan zat kimiaberacun (toxic) baik melalui oral maupunkulit. Keracunan dapat bersifat akut ataukronis. Akut artinya dapat memberikanakibat yang dapat dilihat atau dirasakandalam waktu singkat. Misalnya,keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan karbon monoksidadapat menyebabkan pingsan atau kematian dalam waktu singkat. Kronisartinya pengaruh dirasakan setelahwaktu yang lama, akibat penyerapan bahan kimia yang terakumulasi terusmenerus. Contoh menghirup udarabenzena, kloroform, atau karbontetraklorida terus menerus dapatmenyebabkan sakit hati (lever). Uaptimbal dapat menyebabkan kerusakandalam darah.
Iritasi dapat berupa luka, atauperadangan pada kulit, saluranpernapasan dan mata akibat kontak dengan bahan kimia korosif, seperti asamsulfat, gas klor, dll.
Luka kulit dapat terjadi sebagai akibatbekerja dengan alat gelas. Kecelakaan inisering terjadi pada tangan atau matakarena pecahan kaca.
Luka bakar atau kebakaran disebabkan kurang hati-hati dalam menangani pelarut- pelarut organik yangmudah terbakar, seperti eter dan etanol.Hal yang sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan reaktif peroksida dan perklorat.
b. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain:
(1). Pemakaian safety switches yang dapat memutus arus listrik jika penggunaan melebihi limit/batas yang ditetapkan oleh alat.
(2). Improvisasi terhadap peralatan listrik harus memperhatikan standar keamanan dari peralatan.
(3). Penggunaan peralatan yang sesuai dengan kondisi kerja sangat diperlukan untuk menghindari kecelakaan kerja.
(4) Berhati-hati dengan air. Jangan pernah meninggalkan perkerjaan yang memungkinkan peralatan listrik jatuh atau bersinggungan dengan air. Begitu juga dengan semburan air yang langsung berinteraksi dengan peralatan listrik.
(5). Berhati-hati dalam membangun atau mereparasi peralatan listrik agar tidak membahayakan penguna yang lain dengan cara memberikan keterangan tentang spesifikasi peralatan yang telah direparasi.
(6). Pertimbangan bahwa bahan kimia dapat merusak peralatan listrik maupun isolator sebagai pengaman arus listrik. Sifat korosif bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan pada komponen listrik.
(7). Perhatikan instalasi listrik jika bekerja pada atmosfer yang mudah meledak. Misalnya pada lemari asam yang digunakan untuk pengendalian gas yang mudah terbakar.
(8). Pengoperasian suhu dari peralatan listrik akan memberikan pengaruh pada bahan isolator listrik. Temperatur sangat rendah menyebabkan isolator akan mudah patah dan rusak. Isolator yang terbuat dari bahan polivinil clorida(PVC) tidak baik digunakan pada suhu di bawah 0 ºC. Karet silikon dapat digunakan pada suhu –50 ºC. Batas maksimum pengoperasian alat juga penting untuk diperhatikan. Bahan isolator dari polivinil clorida dapat digunakan sampai pada suhu 75 ºC, sedangkan karet silikon dapat digunakan sampai pada suhu 150 ºC.
c. Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai sumber kecelakaan kerja.
d. Mekanik.
Walaupun industri dan laboratorium modern lebih didominasi oleh peralatan yang terkontrol oleh komputer, termasuk di dalamnya robot pengangkat benda berat, namun demikian kerja mekanik masih harus dilakukan. Pekerjaan mekanik seperti transportasi bahan baku, penggantian peralatan habis pakai, masih harus dilakukan secara manual, sehingga kesalahan prosedur kerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Peralatan keselamatan kerja seperti helmet, sarung tangan, sepatu, dan lain-lain perlu mendapatkan perhatian khusus dalam lingkup pekerjaan ini.
e. A p i.
Hampir semua laboratorium atau industri menggunakan bahan kimia dalam berbagai variasi penggunaan termasuk proses pembuatan, pemformulaan atau analisis. Cairan mudah terbakar yang sering digunakan dalam laboratorium atau industri adalah hidrokarbon. Bahan mudah terbakar yang lain misalnya pelarut organik seperti aseton, benzen, butanol, etanol, dietil eter, karbon disulfida, toluena, heksana, dan lain-lain. Para pekerja harus berusaha untuk akrab dan mengerti dengan informasi yang terdapat dalam Material Safety Data Sheets (MSDS). Dokumen MSDS memberikan penjelasan tentang tingkat bahaya dari setiap bahan kimia, termasuk di dalamnya tentang kuantitas bahan yang diperkenankan untuk disimpan secara aman.
Sumber api yang lain dapat berasal dari senyawa yang dapat meledak atau tidak stabil. Banyak senyawa kimia yang mudah meledak sendiri atau mudah meledak jika bereaksi dengan senyawa lain. Senyawa yang tidak stabil harus diberi label pada penyimpanannya. Gas bertekanan juga merupakan sumber kecelakaan kerja akibat terbentuknya atmosfer dari gas yang mudah terbakar.
Kebakaran merupakan salah satu bahaya di laboratorium. Berdasarkan klasifikasi oleh NFPA (National Fire Protection Agency), api dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Kelas A, yaitu jenis api biasa yang berasal dari kertas, kayu, atau plastic yang terbakar
2. Kelas B, yaitu jenis api yang ditimbulkan oleh zat mudah terbakar dan mudah menyala seperti bensin, kerosin, pelarut organic umum yang digunakan di laboratorium.
3. Kelas C, yaitu jenis api yang timbul dari peralatan listrik
4. Kelas D, yaitu jenis api yang timbul dari logam mudah menyala seperti magnesium, titanium, kalium, dan natrium.
Jika terjadi kebakaran, alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) yang digunakan harus disesuaikan dengan penyebab timbulnya api. Beberapa jenis pemadam kebakaran yang dapat digunakan adalah:
1. Air (water extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A, tetapi tidak cocok untuk api kelas B, C, dan D.
2. Uap air (watermist extinguisher); Sangat cocok untuk api kelas A dan C
3. Bahan kimia kering (dry chemical extinguisher); Sangat berguna untuk api kelas A, B, dan C dan merupakan pilihan terbaik untuk semua jenis kebakaran. Jenis dray chemical extinguisher yang digunakan adalah:
a) Untuk api kelas B dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung natrium atau kalium karbonat
b) Untuk api kelas A, B, dan C, bahan kimia yang digunakan mengandung ammonium fosfat
4. Karbondioksida (CO2 extinguisher); Dipergunakan bagi api kelas B dan C pemadaman kebakaran dari karbondioksida lebih baik dari dry chemichhal karena tidak meninggalkan zat berbahaya sesudahnya. Paling baik digunakan untuk api yang berasal dari listrik.
5. Personal Protective Equipment (PPE); Perlengkapan pelindung individu (personal protective equipment) yang umumnya harus digunakan adalah jas laboratorium, sarung tangan, masker, sepatu pengaman, dan pelindung mata.
f. Suara (kebisingan).
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan kerja. Selain angka kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin, para pekerja harus memperhatikan berapa lama mereka bekerja dalam lingkungan tersebut. Pelindung telinga dari kebisingan juga harus diperhatikan untuk menjamin keselamatan kerja.
Laboratorium menghadapi beragam resiko, dari dalam laboratorium maupun dari luar laboratorium. Beberapa resiko mungkin hanya mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tapi beberapa resiko bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga dimana laboratorium itu berada, atau bahkan mempengaruhi masyarakat secara umum.
g. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif
Ada banyak jenis kejadian skala besar dan situasi sensitif yang bisa mempengaruhi perusahaan atau lembaga sampai ketingkat operasional perusahaan,misalnya :
1) Kebakaran
2) Banjir
3) Gempa Bumi
4) Pemadaman Listrik
5) Tumpahan atau lepasnya bahan berbahaya
6) Peneliti atau penelitian berbau politis atau kontroversi
7) Hilangnya bahan atau peralatan laboratorium
8) Hilangnya data atau sistem komputer
h. Pelanggaran Keamanan
Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa dilakukan oleh petugas, pegawai atau orang luar. Beberapa pelanggaran keamanan, meliputi ;
Pencurian atau penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi
1) Pencurian atau penyalah gunaan bahan kimia untuk kegiatan ilegal
2) Pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau tidak
3) Eksperimentasi laboratorium secara tidak sah
i. Bahaya Hayati
Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme.
Bahaya bahaya ini muncul biasanya muncul di laboratorium penelitian kimia dan penyakit menular, dan tidak menutup kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi.
Penilaian resiko bahan hayati berbahaya perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti :
1) organisme yang dimanipulasi
2) perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut
3) aktifitas yang akan dilakukan dengan organisme tersebut
j. Limbah Berbahaya
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna sesuai peruntukannya.
Limbah juga meliputi item seperti bahan bekas laboratorium sekali pakai, media filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya.
Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini :
1) Bisa menyulut api
2) Korosif
3) Reaktif
4) Beracun
k. Bahaya Fisik
Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik bagi petugas karena zat atau peralatan yang digunakan, seperti misalnya :
1) Gas yang dimampatkan
2) Kriogen tidak mudah menyala
3) Reaksi tekanan tinggi
4) Kerja vakum
5) Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro
6) Bahaya listik
Petugas di laboratorium juga menghadapi bahaya di tempat kerja umum akibat kondisi atau aktifitas di laboratorium, seperti :
1) Luka terpotong
2) Tergelincir
3) Tersandung
4) Terjatuh
B. SIMBOL SIMBOL BAHAYA DI LABORATORIUM
1. Bahan Peledak (Explosives)
Hidrogen, oksigen dan kalium merupakan bahan kimia yang tergolong dalam tanda bahaya laboratorium ‘Explosive’. Semua bahan kimia yang tergolong dalam tanda ini bersifat dapat meledak jika terdapat panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebaiknya lakukan penanganan dengan baik sejak dalam penyimpanan. Simpan bahan bersifat ‘explosive’ dalam minyak parafin, hindari tempat lembab dan hindari benturan atau api.
Berdasarkan jenisnya ledakannya, jenis bahan peledak ini dibagi lagi menjadi enam jenis, yakni
1.1 Bahan peledak dengan bahaya ledakan besar
1.2 Bahan peledak dengan bahaya pentalan tapi bukan ledakan besar
1.3 Bahan peledak dengan bahaya kebakaran dan atau dengan hembusan kecil
1.4 Bahan peledak tanpa bahaya berarti
1.5 Bahan peledak yang tidak sensitif dengan bahaya ledakan besar
1.6 Bahan peledak yang sangat tidak sensitif tanpa bahaya ledakan besar
2. Bahan Gas
2.1 Gas mudah terbakar (Flammable Gas)
Simbol pengaman ini biasa digunakan untuk transportasi atau penyimpanan gas yang mudah terbakar.
2.2 Gas tidak mudah terbakar (Non Flammable Gas)
Berseberangan dengan simbol flammable gas, simbol pengamanan yang satu ini justru digunakan dalam transportasi gas non mudah terbakar (sering tidak berbahaya, terutama jika di ruang terbuka).
2.3 Gas beracun (Poisonous Gas)
Simbol atau tanda ini biasa digunakan untuk transportasi gas beracun – pada tabung gas, atau kadang-kadang sebagai indikator pada kendaraan.
3. Cairan Mudah Terbakar (Flammable Liquid)
Berbagi