Baik Gestapu, Gestok, G30S, dan G30S/PKI, empat akronim tersebut merujuk pada satu kejadian yanb kita kenal sebagai peristiwa penculikan Jenderal angkatan darat yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa di bawah komando Kolonel Untung.
Daftar isi
Pemberontakan PKI
Sebuah peristiwa besar dirancang oleh Partai Komunis Indonesia dengan harapan dapat merubah arah sejarah Indonesia. Mereka memang berhasil merubah arah sejarah Indonesia namun sebagai tokoh antagonis.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, peristiwa tersebut terjadi pada 1 Oktober 1965 dini hari. Nah yang aneh dari empat istilah tersebut hanya satu yang merupakan akornim dari dari Oktober yakni Gestok, sedangkan sisanya menggunakan huruf S yang diambil dari September.
A. G30S
Istilah G30S digunakan oleh Resimen Tjakrabirawa yang merupakan satuan militer yang bertugas mengamankan Presiden. Tidak semua Resimen Tjakrabirawa yang terlibat, hanya satuan kecil di bawah Komandi Kolonel Untung dan Letnan Satu Dul Arif.
Operasi yang dilakukan oleh Letnan Satu Dul Arif diberi sandi G30S yang merupakan singkatan dari Gerakan 30 September. Hal ini diinisiasi oleh Letnan Kolonel Untung sebagai bentuk upaya melindungi Presiden Soekarno karena adanya isu Dewan Jenderal yang ingin menyingkirkan Presiden Soekarno.
Resimen Tjakrabirawa dan Beberapa Petinggi Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai pendukung setia Presiden Soekarno berencana mengahadapkan Jenderal-Jenderal tersebut ke hadapan Presiden Soekarno. Namun pada kenyataannya, para pasukan yang beroperasi justru membunuh para jenderal yang kini dikenang sebagai pahlawan revolusi.
Dalam kesakasian di Mahmilub, Letkol Untung Samsoeri bersaksi bahwa pada awalnya operasi ini diberi sandi Takari namun karena operasi ini adalah operasi militer, maka namanya di ubah menjadi G30S.
Lantas mengapa kejadiannya terjadi 1 Oktober 1965?
G30S merujuk pada rencana operasi tersebut dilakukan namun karena ada kendala, maka operasi di undur beberapa jam hingga dilaksanakan pada Dini Hari 1 Oktober 1965.
B. Gestapu
Gestapu merupakan singkatan dari Gerakan September Tiga Puluh. Akronim ini digunakan oleh Militer, khususnya Mayor Jenderal Soeharto yang ditunjuk oleh Jenderal A.H. Nasution untuk mengatasi peristiwa pembunuhan para jenderal.
Istilah Gestapu sendiri diusulkan oleh Brigjen RH Sugandhi yang saat itu menjabat sebagai Kepala Penerangan Staf Angkatan Bersenjata sekaligus Pimpinan Harian Angkatan Bersenjata.
Gestapu adalah plesetan dari kata Gestapo yang merupakan singkatan dari Geheime Staatspolizei. Geheime Staatspolizei adalah polisi rahasia yang dibentuk Nazi Jerman yang bertugas menculik dan membunuh orang-orang Yahudi di Eropa. Gestapo adalah pasukan kejam dan tidak manusia dan konotasi inilah yang digunakan oleh media untuk merujuk pada peristiwa pemberontakan PKI.
C. Gestok
Setelah peristiwa tersebut meletus, posisi Presiden Soekarno semakin terpojok. Terutama setiap kali ada pemberitaan di Media Massa dengan istilah Gestapu. Gestapu sendiri dipilih oleh AD sehingga populer digunakan oleh media massa kala itu.
Presiden Soekarno tentu saja merasa tidak bertanggung jawab atas kejadian tersebut dan menganggap hal tersebut sebagai fitnah yang ditimpakan atas dirinya. Salah satu bentuk penolakannya adalah tidak ingin menggunakan istilah Gestapu maupun G30S. Presiden Soekarno lebih memilih menggunakan istilah Gestok yang merupakan singkatan dari Gerakan Satu Oktober.
Kata Gestok ini diusulkan langsung oleh Soekarno pada sidang kabinet pertama setelah G30S, yakni pada tanggal 9 Oktober 1965. Soekarno menganggap bahwa Gestapu itu terlalu identik dengan Nazi Jerman yang kala itu memiliki citra sangat kejam.
Banyak orang berpendapat bahwa Penggunaan Gestok ini juga untuk meredam isu keterlibatan PKI pada gerakan. Sebagaimana yang kita ketahui, jika ada orang yang paling getol membela PKI sata itu maka orang itu Bung Karno.
D. G30S/PKI
Istilah terakhir yang digunakan untuk peristiwa penculikan dan pembunuhan Jenderal AD adalah G30S/PKI. Akronim ini pertama kali muncul pada pada masa Orde Baru dalam buku berjudul 40 Hari Kegagalan G-30-S yang diterbitkan oleh departemen pertahahan. 40 Hari merujuk pada rentang waktu setelah peristiwa Gestapu itu dianggap gagal.
Akronim PKI ini muncul dari Pembantu Soeharto seperti Soedarmoni dan Yoga Sugama yang sangat yakin jika PKI merupakan dalang dari peristiwa berdarah ini. Apabila ada buku yang tidak menggunakan istilah G30S/PKI, maka buku tersebut akan direvisi secara paksa.