Instrumen Penilaian Non Tes

11 min read

Penilaian Non Tes Dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses holistik yang terdriri dari komponen berupa tujuan belajar, bahan ajar, penerapan metode dan strategi dan penilaian. Proses penilaian pembelajaran dapat dilakukan dengan dua metod yakni Penilaian Non Tes dan Tes.


Instrumen Non Tes

Hasil belajar dari proses belajar tidak hanya dinilai oleh test, tetapi juga harus dinilai oleh alat-alat non test atau bukan test. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat-sifat kepribadian murid yang berhubungan dengan kegitan belajar. Sasaran test ini adalah perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan lain-lain. Menurut Hasyim (1997;9) ”penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan tugas-tugas yang riil”.

Adapun menurut Sudjana (1986;67), kelebihan non test dari test adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung.
Disini pemakalah akan membahas secara lebih lanjut tentang pengembangan instrumen non tes.

A. Hakikat Penilaian

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian dalam KTSP adalah penilaian berbasis kompetensi, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.

B. Pengertian Penilaian Non Test

Belajar dan mengajar mengandung 3 unsur yaitu perencanaan pengajaran, kegiatan belajar mengajar dan penilaian . Pada dasarnya penilaian atau evaluasi bukan hal yang baru dalam proses pencapaian tujun pengajaran, karena penilaian merupakan tuntutan logis dari hakikat belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena dari seluruh rangkaian belajar mengajar, penilaian menentukan dan mengukur seberapa besar pelajaran yang sudah dikuasai oleh anak didik, dan apakah kegiatan pengajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan (Hasan dan Zainul, 1992).

Ditinjau dari segi bahasa, sebagaimana dikutip dari buku Kamus lengkap Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa penilaian diartikan sebagai proses menggunakan nilai suatu objek untuk dapat menentukan suatu nilai atau hanya suatu objek diperlukan adanya ukuran atau kriteria (Poerwaderminta, 1984: 671). Sedangkan menurut Sudjana (1989: 3), “Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu”. Adapun menurut Hasyim (1997: 103), “Penilaian meliputi seluruh proses dan alat yang digunakan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai perkembangan atau penilaian hasil belajar siswanya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian diartikan sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa (pengamatan, penilaian, penampilan atau proyek test tertulis) dan pembentukan nilai dan pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa.

Mengingat penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar yang digunakan baik siswa maupun guru dan pencapaian tujuan-tujuan pengajaran, maka dalam penilaian yang dilihat sejauh mana keefektifan dalam efisiensinya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.

Pada umumnya alat penilaian dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu test dan non test. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran penilaian. Menurut Sudjana (1989:6) “Pengertian test sebagai alat penilaian adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan pada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (test lisan) dan dalam bentuk tertulis (test tertulis) atau dalam bentuk perbuatan (test tindakan)”.

Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

Adapun menurut Hasyim (1997: 8) ”Penilaian non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh penilaian non test banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”.

Disamping penilaian non test merupakan suatu kesatuan dengan penilaian test lainya, karena test pada dasarnya menilai apa yang diketahui, dipahami, diaplikasikan atau yang dapat dilakukan oleh pesrta didik dalam tingkatan proses mental yang lebih tinggi. Meskipun itu dapat didemonstrasi dalam tingkah lakunya. Karena itu dibutuhkan beberapa penilaian non test yang merupakan bagian keseluruhan dari penilaian hasil belajar peserta didik. Dan penilaian non test ini pula merupakan penilaian otentik yang menilai keterampilan dan pemahaman dengan menilai secara langsung performa murid dengan setting yang alami.

Meskipun bentuk-bentuk test formal sangat lazim digunakan sampai pada test yang digunakan, tetap saja ditemukan berbagai kelemahan didalam sistemnya. Kelemahan tersebut antara lain penilaian yang hanya berfokus pada aspek kognitif dengan materi dan keterampilan yang sangat terbatas, tidak memerlukan nalar dan keterampilan pemecahan masalah,serta tidak menilai menerapkan secara langsung dalam dunia nyata untuk mengatasinya, diperlukan jenis penilaian lain yaitu non test.

C. Fungsi Penilaian Non Test.

Inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai pada objek tertentu berdasarkan suatu criteria tertentu. Mengimplementasikan adanya suatu perbandingan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa, yaitu adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotorik. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sejauh mana keaktifan dan efisiensinya dalam perubahan tingkah laku siswa.

Sejalan dengan pengertian tentang penilaian non test yang dikemukakan oleh Hasyim (1997:6), penilaian non test berfungsi antara lain sebagai berikut:

  1.  Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian dapat mengacu pada rumusan-rumusan instruksional.
  2. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru, dan lain-lain.
  3. Dalam menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nila-nilai prestasi yang didapatnya.
  4. Dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.
  5. Dapat memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak sekolah pada pihak pihak yang lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar baik di kelas, laboratorium, lapangan, dan lain-lain.

D. Teknik Non – Test

Teknik non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada umumnya bersifat kualitatif.

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.

E. Jenis-Jenis Instrumen Non Tes

Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:

1. Observasi (pengamatan)

Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan. Selain itu observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.

Adapun ciri-ciri observasi sebagai berikut:

  1. dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
  2. direncanakan secara sistematis
  3. hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan
  4. perlu diperiksa ketelitiannya.

a. Pembagian Observasi

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1) Observasi partisipatif dan non-partisipatifObservasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang

mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi non-partisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi non-partisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2) Observasi sistematis dan observasi non-sitematisObservasi sistematis adalah observasi yang

sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.

Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3) Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara non-partisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

  • Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
  • Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
  • Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data.

b. Sifat Observasi

Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:

  • Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
  • Direncanakan secara sistematis
  • Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
  • Dapat diperiksa validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.

c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat penilain non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

  • Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
  • Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
  • Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
  • Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

  1.  Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
  2. Apabila si objek yang diobservasi mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
  3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

Langkah-langkah menyusun observasi :

  1. Merumuskan tujuan
  2. Merumuskan kegiatan
  3. Menyusun langkah-langkah
  4. Menyusun kisi-kisi
  5. Menyusun panduan observasi
  6. Menyusun alat penilaian

2. Wawancara (Interview)

Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.

Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face relation) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :

1. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
2. Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
3. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :

  1. Perumusan tujuan
  2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
  3. Penyusunan kisi-kisi
  4. Penyusunan pedoman wawancara
  5. Lembaran penilaian

Kelebihan dan kelemahan wawancara

Kelebihan wawancara yaitu :

  1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
  2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
  3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
  4. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
  5. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.

Sedangkan Kelemahan wawancara:

  1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai.
  2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
  3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
  4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara

Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:

a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview) yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin, mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menulis jawaban ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai keadaan responden.

b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.

3. Angket

Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket:

  1. gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti lengkap
  2. susun kalimat sederhana tapi jelas
  3. hindari kata-kata yang sulit dipahami
  4. Pertanyaan jangan bersifat memaksa untuk dijawab
  5. hindarkan kata-kata yang negatif dan menyinggung perasaan responden.

Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi :

a) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab:

(1) Kuesioner langsungKuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi

langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
(2) Kuesioner tidak langsung
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya

b) Ditinjau dari segi cara menjawabnya:

(1) Kuesioner tertutup

Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

(2) Kuesioner terbuka

Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan angket antara lain:

  • Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang singkat.
  • Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
  • Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

  • Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
  • Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
  • Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angket nya.

Langkah-langkah menyusun angket :

  1. Merumuskan tujuan
  2. Merumuskan kegiatan
  3. Menyusun langkah-langkah
  4. Menyusun kisi-kisi
  5. Menyusun panduan angket
  6. Menyusun alat penilaian

4. Catatan anekdot

Yaitu catatan otentik hasil observasi yang menggambarkan tingkah laku murid atau kejadian dalam situasi khusus, bisa menyangkut individu juga kelompok. Dengan menggunakan catatan anekdot guru dapat:

  1. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan anak.
  2. Memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari gejala tingkah laku murid.
  3. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan murid.

Catatan anekdot yang baik memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Objektif

Untuk mempertahankan objektivitas dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

  1. Catatan dibuat sendiri oleh guru.
  2. Pencatatan dilakukan segera setelah suatu kegiatan terjadi.
  3. Deskripsi dari suatu peristiwa dipisahkan dari tafsiran pencatatan sendiri.

b. Deskriptif

Catatan suatu peristiwa mengenai murid hendaknya lengkap disertai latar belakang, percakapan dicatat secara langsung, dan kejadian-kejadian dicatat secara tersusun sesuai dengan kejadiannya.
c. Situasi yang dicatat adalah situasi yang relevan dengan tujuan dan masalah yang sedang menjadi perhatian guru sesuai keadaan murid.

5. Autobiografi

Yaitu sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman hidup, cita-cita dan lain sebagainya. Autobiografi bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman hidupnya.

Autobiografi ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan tidak terstruktur.

1. Terstruktur
Karangan pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya, seperti: cita-

citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.2. Tidak terstruktur
Di sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan kerangka karangan terlebih dahulu.

6. Sosiometri

Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan atau interaksi sosial diantara murid. Dengan sosiometri guru dapat mengetahui tentang:

  1. murid yang populer (banyak disenangi teman).
  2. murid yang terisolir (tidak dipilih/disukai teman).
  3. klik (kelompok kecil, 2-3 orang murid).

Sosiometri juga dapat digunakan untuk:

  1. memperbaiki hubungan insani diantara anggota-anggota kelompok tertentu.
  2. menentukan kelompok kerja
  3. meneliti kemampuan memimpin seorang individu dalam kelompok tertentu untuk suatu kegiatan tertentu.

7. Skala penilaian/ rating skala

Skala penilaian digunakan untuk mengetahui keterangan tentang proses pembelajaran, misalnya: sikap peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika.

8. Daftar cocok

Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.

9. Riwayat hidup

Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dpat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.

E. Pengembangan Instrumen Penilaian

Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

  • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
  • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
  • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
  • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
  • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
  • mengikuti kaidah penulisan soal.

F. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes

Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):

  1. Menentukan spesifikasi instrumen
  2. Menulis instrumen
  3. Menentukan skala pengukuran
  4. Menentukan penskoran
  5. Menelaah instrument
  6. Melakukan uji coba
  7. Menganalisis hasil uji coba
  8. Melaksanakan pengukuran
  9. Menafsirkan hasil pengukuran

PENUTUP

Pada umumnya penilaian non test adalah penilaian pengamatan perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain penilaian non test behubungan dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh indera.

Pengembangan Instrumen Penilaian yang dikembangkan perlu memperhatikan hal-hal berikut :

  • berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas.
  • relevan dengan proses pembelajaran, materi, kompetensi dan kegiatan pembelajaran.
  • menuntut kemampuan berpikir berjenjang, berkesinambungan, dan bermakna dengan mengacu pada aspek berpikir Taksonomi Bloom
  • mengembangkan kemampuan berpikir kritis seperti: mendeskripsikan, menganalisis, menarik kesimpulan, menilai, melakukan penelitian, memecahkan masalah, dsb.
  • mengukur berbagai kemampuan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
  • mengikuti kaidah penulisan soal.

Langkah-langkah dalam pengembangan instrumen non tes (dilihat dari afektif dan psikomotor):

  1. Menentukan spesifikasi instrumen
  2. Menulis instrumen
  3. Menentukan skala pengukuran
  4. Menentukan penskoran
  5. Menelaah instrument
  6. Melakukan uji coba
  7. Menganalisis hasil uji coba
  8. Melaksanakan pengukuran
  9. Menafsirkan hasil pengukuran

Leave a Reply