Domain Hasil Belajar

5 min read

Siswi SMA Pramuka BElajar Kimia di Lab IPA SMA

Domain hasil belajar adalah seluruh aspek-aspek perubahan yang didapatkan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Belajar sendiri merupakan interaksi yang dilakukan oleh peserta didik sehingga mendapatkan perubahan lingkungannya (Aunurrahman, 2009).


Belajar menurut T. Jersild (Sagala, 2010: 12) adalah “modification of behafior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.

Pengertian Hasil Belajar

Bloom berpendapat bahwa tingkah laku dapat dibedakan atas tiga ranah (domain) yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (affective), dan keterampilan (phychomotoric). Disamping membedakan tingkah laku atas tiga ranah, Bloom juga membedakan tingkah laku atas tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). Tingkatan ini dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam menetapkan tujuan instruksional yang akan dicapai melalui kegiatan belajar dan pembelajaran yang direncanakan (Gintings, 2010: 36).

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif didefinisikan sebagai kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Tujuan kognitif  adalah tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir/intelektual (Sagala, 2010: 157).

Segala upaya yang menyangkut kegiatan atau aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Menurut Benjamin Bloom (Sagala, 2010: 157) ada enam tingkatan dalam domain kognitif yang berlaku juga untuk tujuan-tujuan dalam domain ini yaitu:

1. Pengetahuan/ingatan (knowledge) C1

Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. Pada umumnya unsur pengetahuan ini menyangkut hal-hal yang perlu diingat seperti bahasan, peristilahan, ide, gejala, rumus-rumus, pasal, hukum, dalil, nama orang, nama tempat, dan lain-lain. Penguasaan hal tersebut memerlukan hafalan dan ingatan, akan hal-hal yang pernah dipelajari meliputi fakta, kaidah, prinsip, dan metode yang diketahui. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling rendah dalam domain kognitif.

2. Pemahaman (comprehension) C2

Aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori yakni penerjemahan (translation) misalnya dari lambang ke arti, penafsiran (interpretation), dan ekstrapolasi (extrapolation) yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal yang lain. Aspek ini setingkat lebih tinggi dari pengetahuan sehingga untuk mecapai tujuan dalam tingkatan pemahaman ini dituntut keaktifan belajar siswa lebih banyak.

3. Penerapan/aplikasi (application) C3

Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya yang sudah dimiliki pada situasi baru dan konkret, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip, dan sebagainya dalam memecahkan persoalan tertentu. Dalam aplikasi harus ada konsep, teori, hukum, rumus, kemudian diterapkan atau digunakan dalam memecahkan suatu persoalan. Tujuan dalam aspek setingkat ini lebih tinggi daripada tujuan dari aspek pemahaman, sehingga kegiatan pembelajaran yang dituntutpun lebih tinggi.

4. Analisis (analysis) C4

Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dipahami. Kemampuan ini merupakan akumulasi atau kumpulan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Kemampuan analisis ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Dengan demikian keaktifan belajar siswa lebih tinggi daripada keaktifan belajar yang dituntut aspek aplikasi.

5. Sintesis (synthesis) C5

Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Sintesis menuntut adanya kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi yang dimaksud, sintesis adalah lawan dari analysis. Aspek sintesis ini memerlukan tingkah laku yang kreatif, kemampuan sintesis (membentuk) relatif lebih tinggi dari kemampuan analisis (menguraikan). Sehingga untuk menguasainya diperlukan kegiatan belajar yang lebih kompleks.

6. Evaluasi (evaluation) C6

Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan berdasarkan kriteria tertentu. Hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil belajar yang tertinggi dalam domain kognitif, sehingga memerlukan semua tipe hasil belajar tingkatan sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.

Hasil belajar kognitif siswa dalam penelitian ini hanya ditinjau  empat ranah kognitif yaitu C1 (hafalan), C(pemahaman), C(penerapan) dan C(analisis) karena disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Adanya  peningkatan hasil belajar fisika pada ranah kognitif ini dihitung dengan menggunakan tes hasil belajar, yaitu tes awal dan tes akhir. Tes yang diberikan berbentuk tes objektif jenis pilihan ganda.

2. Ranah Afektif

Tujuan ranah afektif adalah tujuan-tujuan yang banyak berkaitan dengan aspek perasaan, nilai, sikap, dan minat perilaku peserta didik atau siswa (Sagala, 2010: 158). Ciri-ciri belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran etika dan moral yang akan meningkatkan kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran lainnya di sekolah.

Menurut Bloom (Sagala, 2010: 159) membagi ranah afektif dalam lima kategori yaitu :

1. Penerimaan (receiving)

Aspek ini mengacu pada kepekaan dan kesediaan menerima dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesediaan menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekolah. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

2. Pemberian respon (Responding)

Aspek ini mengacu pada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Menunjukkan kesediaan dan kerelaan untuk merespons, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam merespons, misalnya mulai berbuat sesuai tata tertib disiplin yang telah diterimanya, aspek ini satu tingkat di atas penerimaan.

3. Penghargaan/penilaian (valuing)

Aspek ini mengacu pada kecenderungan menerima suatu norma tertentu, menghargai suatu norma, memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan memposisikan diri sesuai dengan penilaian itu, dan mengikat diri pada pada suatu norma. Siswa misalnya, telah memperlihatkan perilaku disiplin yang menetapkan dari waktu ke waktu. Tujuan-tujuan dalam aspek ini dapat diklasifikasikan sebagai “sikap” dan “apresiasi”, aspek ini berada satu tingkat di atas pemberian respons.

4. Pengorganisasian (Organization)

Aspek ini mengacu pada proses membentuk konsep tentang suatu nilai serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya. Pada taraf ini seseorang mulai memilih nilai-nilai yang disukainya, misalnya tentang norma-norma disiplin tersebut, dan menolak nilai-nilai yang lain, aspek ini satu tingkat di atas penghargaan.

5. Karakterisasi (Characterization)

Aspek ini mengacu pada mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam pribadinya. Dalam taraf ini perilaku disiplin, misalnya betul-betul telah menyatu dalam dirinya, aspek ini merupakan tingkat paling tinggi dari domain afektif. 

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan (skills) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Sagala, 2010: 160). Tujuan-tujuan psikomotor adalah tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek keterampilan motorik atau gerak dari peserta didik atau siswa. Ranah psikomotor menurut Elizabeth (Sagala, 2010: 160) dibagi menjadi tujuh kategori sebagai berikut:

1. Persepsi (perception)

Aspek ini mengacu pada penggunaan alat indera untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkannya kedalam kegiatan atau perbuatan. Dalam bermain badminton misalnya, siswa menggunakan indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan untuk dapat menyadari unsur-unsur fisik dari permainan tersebut. Aspek ini merupakan tingkatan yang paling rendah dalam domain psikomotor.

2. Kesiapan (set)

Aspek ini mengacu pada kesiapan memberikan responssecara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan. Kesiapan fisik dan mental misalnya pada saat seseorang sedang mengambil ancang-ancang sebelum melakukan “service” pada permainan badminton, aspek ini berada satu tingkat di atas persepsi.

3. Respons terbimbing (guided response)

Aspek ini mengacu pada pemberian respons perilaku, gerakan-gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya. Siswa-siswa yang memperhatikan pukulan-pukulan service dalam permainan badminton dengan cara tertentu berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diperlihatkan oleh gurunya, merupakan salah satu contoh dari respons terbimbing, aspek ini berada satu tingkat di atas kesiapan.

4. Mekanisme (mechanical response)

Aspek ini mengacu pada keadaan dimana respons fisik yang dipelajari telah menjadi kebiasaan. Siswa yang selalu melakukan service dalam permainan badminton dengan cara-cara tertentu sesuai dengan apa yang dipelajarinya, merupakan contoh dari aspek mekanisme, aspek ini berada satu tingkat di atas respons terbimbing.

5. Respons yang kompleks (complex response)

Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien. Siswa yang terampil melakukan pukulan service secara akurat, tanpa membuat kesalahan selama permainan, merupakan salah satu contoh respons yang kompleks, aspek ini berada satu tingkat di atas mekanisme.

6. Penyesuaian pola gerakan atau adaptasi (adjustment)

Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau perilaku gerakan dengan situasi yang baru. Setelah menguasai permainan badminton dengan lawan-lawan tertentu, siswa dapat menerapkan dan menggunakan keterampilan yang telah dikuasainya dalam menghadapi lawan-lawan yang lain, aspek ini berada satu tingkat di atas respons yang kompleks.

7. Originasi

Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak garik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Setelah cukup lama belajar dan berlatih badminton, siswa dapat menciptakan cara pukulan service yang unik berbeda dari yang lain (original), aspek ini menduduki tingkatan yang paling tinggi dalam domain psikomotor.