Suatu desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara melakukan penelitian itu. Karena itu desain penelitian hubungannya sangat erat sekali dengan proses penelitiannya.
Menurut nazir desianpenelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja.dan dalam arati yang luas, desain penelitian mencakup proses-prose berikut:
- Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian
- Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
- Memeformasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dan tujuan, luas jangkau, dan hipotetsis untuk diuji.
- Membangun penyelidikan atau percobaan
- Memeilih serta memeberikan devinisi terhadap pengukuran variable-variable
- Memilh prosedur dan teknik sampling yang digunakan
- Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
Daftar isi
Penelitian Kualitatif
Ada beberapa tahapan dalam membuat rancangan penelitian kualitatif sebagai suatu patokan, walaupun belum ada patokan yang standar dibvanding dengan penelitian kauntitatif yang sudah memilki tahapan yang baku dan berlaku umum. Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit dibuat dibuat tahapan baku karena terkait dengan karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu flaksibel sehingga jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Menurut para pakar penelitian kualitatif, yang dapat dijabarkan sebagai beikut:
A. Mengangkat permasalahan
masalah penelitian kualitatif merupakan masalah atau isu yang menentukan pada keharusan dilaksankannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber. Ia bias bersumber dari pengalaman yang pernah dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya. Yang pada intinya sumber-sumber masalah penelitian itu sangat beragam. Salah satu contohnya adalah untuk mengidentifikasi kehamilan seorang mahasiswa, peneliti masih terlebih dahulu memunculkan maslah yang terkait dengan kehidupan mahasiswa dan social secara umum.
Dalam mengangkat sebuah permalahan , masalah hendaknya memiliki adanya keunikan , khas, dan daya tarik tersendiri dan maslah tersebut layak untuk diangkat menjadi sebuah penelitian kualitatif.
Masalah dalam penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan. pertama, masalah yang dibawa peneliti tetap sejak awal hingga akhir sebuah penelitian, sehingga jodul proposal dan hasil sebuah penelitian tidak sama. Kedua, masalah yang dibawa peneliti ketempat lokasi penelitian berkembang, yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di persiapkan. Dengan demikian proposal dan judul penelitian cukup disempurnakan. Ketiga, permasalahan yang dibawa peneliti ke lokasi penelitian berubah secara total, sehingga harus diganti masalahnya.
Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam diatas, peneliti kualitatif yang merubah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lokasi penelitiannya atau setelah selesai, merupakan penelitian yang lebih baik, karena dia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi social yang di teliti.
Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua factor atau lebih yan menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda Tanya dan dengan sendirinya memerlukan upay untuk mencari sesuatu jawaban. Factor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsure lainnya. Apabila kedua factor ini diletakkan secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda Tanya, kesukaran, yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu.
B. Menentukan topik penelitian
Dalam penelitian kualitatif, menentukan topic penelitian tak terlepas dari kajian empiris yang berangkat dari permasalahan dalam lingkup perisitwa yang terus berlangsung dan bisa diamati saat berlangsungnya penelitian. Dan ketetapan suatu topic dapat dielaborasi dalam bentuk judul penelitian. Misalnya :
1) Topic perencanaan dan kebijkan pendidikan
a. Pengembangan model perencanaan setrategis dalam menetapkan factor utama keberhasilan pendidikan
b. Study perencanaan pendidikan model forcasting dalam perencanaan madrasah ibtidaiyah di kantor kementrian agama kabupaten malang.
2) Topic pembiayaan/ekonomi pendidikan
a. Study model pembiayaan madrasah swasta unggul
b. Mengembangkan model pembiayaan madrasah secara nasional dalam upaya peningkatan kualiatas pendidikan.
3) Topik manajemen
a. Menejemen anti korupsi pada madrasah aliyah
b. Mengembangkan model madrasah berbasis kemasyarakatan
4) Topik kepemimpinan
a. Model-model pendekatan inquiry dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan kepala madrasah.
b. Kepmimpinan transformasional.
3. Menentukan focus inQuiri
Dalam penelitian kualitatif pembatasan masalah disebut focus masalah. Seperti contoh, topic yang dipilih adalah kepimimpinan. Maka kajilah dengan mendalam tentang paradigma kepemimpinan yang berkembang dan isu-isu kepemimpinan yang sangat hangat diperbincangkan orang. Pardigma desentralisasi dengan penerapan MPS/MBM(menejemn berbasis sekolah/madrasah) pada sekolah atau madrasah yang menginginkan prilaku kepemimpinan yang mandiri yang mampu menetukan masa depan sekolah/madrasah oleh karena itu peneliti bisa focus pada visioner kepala sekolah atau madrasah sebagai focus inquiry, atau yang dijadikan focus adalah visi kepemimpinan visioner itu sendiri, peneliti dapat memfokuskan pada penciptaan visi kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah.
Selanjutnya dalam penelitian kualitatif, penetuan focus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi social(lokasi penelitian).
4. Bentuk rumusan masalah
fokus masalah dalam sebuah penelitian kualitatif adalah rumusan masalah yang bersifat sementara dan dapat berubah setelah peneliti masuk atau berada dilokasi penelitian. Pertanyaan penelitian kualitaif dirumuskan dengan maksud untuk memehami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain.
5. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah
Rinsip-prinsip perumusan maslah penelitian kualitatif pada dasarnya dari hasil pengkajian dari rumusan masalah. Dan perlu dikemukakan bahwa prinsip-prinsip perumusanmasalah dilakuakan agar supay menjadi pegangan para penelitian kualitatif dalam rangka merumuskan masalah.
Pengajuan prinsip-prinsip perumusn masalah penelitian kualitatitf berikut pada dasarnya diuraikan secara berurutan sebagai berikut.
1) Prinsip yang brkaitan dengan teori dari dasar
Peneliti sebaiknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam sebuah penelitian kualitatif didasarkan atas upaya menentukan tori dasar-dasar sebagai acuan. Perumusan masalah penelitian kualitatif disini hanyalah sebagai ancang-ancang arahan, pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya, karena masalah yang sesungguhnya akan ditemukan ketika peneliti kualitatif sudah berada dan mulai melakukan penelitian, bahkan peneliti kualitatif sedang meneliti sebuah data. Dan perumusan masalah disini adalah sebuah aplikasi dari asumsi bahwa sesuatu penelitian kualitatif tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang hampa.n penyusunan teori baru lebih dari seked
2) Perumusan yang berkaitan dengan tujuan
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori subtantif, yaitu yang bersumber pada data. Selain dari hanya sekedar penemuan teori yang baru itu lebih dari hanya sekedar menguji teori yang sedang berlaku denagn menyadari bahwa segala macam kekurangan yang dilakukan peneliti, tetapi juga hasil sebuah penelitian tersebut dapat menjadi kahzanah keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pengetahuan.
3) Prinsip hubungan factor
Fokus snagia sumber maslah penelitian merupakan rumusan masalah yang terdiri atas dua atau lebih factor yang menghasilkan tanda-tanda Tanya atau kebingungan. Dan factor-faktor tersebut dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.
4) Focus sebagai wahana untuk membatasi study
Seorang peneliti pasti memilki satu orientasi teori penelitian atau pardigma sendiri. Barang kali dari pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan pengalaman. penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak mengharuskan peneliti menganut satu orientasi teori atau paradigm tertentu, pilihan subjektif peneliti dihargai sekali dalam sebuah penelitian.
5) Prinsip yang berkaitan dengan criteria inklusi dan eklusi- eklusi
Perumusanmasalah yang bagus dilaksnakan sebelum peneliti terjun ke lokasi penelitian dan mungkin di sempurnakan diawal sebuah penelitian, dan disisni peneliti akan memebatasi data yang relevan atau data yang tidak relevan. Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan menjadi alat yang ampuh guna mendapat data yang relevan.
6) Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Contoh-contoh perumusan masalah yang telah disajikan ternyata menawarkan tiaga bentuk perumusan masalah, yaitu :
a. Secara diskusi, cara ini cara penyajiannya adalah dengan dalam bentuk pernyaan secara deskriptif namun perlu diikuti denagn pertyaan-pertanyaan,
b. Proporsional, yakni secara langsung menghubungkan factor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna, dan ini ada yang disjikan dalam bentuk deskriptip atau ada pengungkapannya langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian,
c. Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proporsional.
7) Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Yang dimaksudkan posisi disini adalah kedudukan rumusn masalah untuk merumuskan masalah diantara unsure-unsur yang lain. Unsur-unsur penelitian yang erat kaitannya dengan rumusan masalah adalah latar belakang masalah, tujuan acuan teori, metode penelitian.
8) Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti kualitatif adalah bahwa penelitian kualitatif perlu membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah, peneliti senantiasa disertai dengan penelaahan kepustakaan yang terkait. Karena pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari penelaahan kepustakaan. Dengan begitu rumusan masalah akan lebih tajam.
9) Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasi penelitian , ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti kualitatif mempertimbangkan ragam pembaca sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat di sesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembaca.
10)Melakukan survey pendahuluan
Maksud ada tujuan melakukan survey pendahuluan adalah memastikan bahwa topic inquiry ada data lapangannya dan setelah melakukan penjajakan, peneliti dapat mengenal dan melihat feasibiltas lapangan dari sisi keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, sehingga penelitian kualitatif dapat mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta mempersiapkan keperluan yang diinginkan.
C. UNSUR-UNSUR DESAIN PENELITIAN KUALITATIF
Pada hakikatnya desain penelitian kualitatif ini bersifat “emergent” atau tidak dapat dimantapkan pada taraf permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang penelitian itu dijalankan, namun untuk kepentingan penulisan laporan, peneliti sebaiknya membuat suatu desain yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan keabsahannya. Dianjurkan, agar peneliti, mengadakan survey pendahuluan agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah penelitiannya.
Dalam penyusunan desain penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen memberikan petunjuk sebagai berikut :
1. Menentukan fokus penelitian.
Masalahyang akan diteliti, yang pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan. Fokus penelitian masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung penelitian itu.
2. Menentukan paradigma penelitian
Bila peneliti ingin mengetahui bagaimana macam-macam orang memandang realitas, misalnnya mengenai dikeluarkannya peraturan baru, riatau bila peneliti ingin mempelajari suatu kasus, atau bila penelitian yang mempunyai sampel kecil, yang serasi adalah model penelitian kuantitatif.
Menurut paradigma naturalistik dunia, realitas, peristiwa atai situasi tertentu dipandang dengan cara yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda. Misalnya peraturan lalu lintas dipandang dengan cara yang berlainan oleh sopir oplet,pengendara sepeda motor, penumpang, pejalankaki, polisi lalu lintas atau masyarakat umumnya. Penelitian naturalistik mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing orang, yang disebut perspeltif “emic”
3. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori
Penelitian naturalistik tidak a priori menentukan teori. Tidak dipastikan terlebih dahulu teori apa yang akan dijadikan pegangan. Namun tidak berarti bahwa penelitian naturalistik sama sekali tidak memerlukan teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk mengetahui maknanya, peneliti dengan sendirinya akan menggunakan teori yang dianggapnya dapat membantunya. Namun tidak berpegang pada satu teori. Ia tidak berusaha untuk menguji kebenaran teori itu. Selain itu ia mencari teori yang dibangunnya berdasar data yang dikumpulkannya.
4. Menentukan sumber data, lokasi para responden.
Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering samperl berupa responden yang dapat diwawancarai. Sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.
Untuk memperoleh informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf “redundancy”, ketuntansan datau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
5. Menentukan tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap dalam dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan, yang bersifat “emergent”. Namun demikian dapat dibedakan dalam garis besarnya tigga fase, yakni : (a) Tahap Orientasi. Pada awal penelitian, peneliti sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang tidak diketahuinya, yakni apa yang seharusnya dicarinya, karena belum nyata benar apayang akan dipilihnya sebagai fokus penelitiannya, walaupun ia mempunyai suatu gambaran umum. Ia juga telah melakukan banyak bacaan sabanyak mungkin misalnya berbagai dokumen, laporan, buku dan sebagainya. Ia juga telah melakukan semacam pra-survey mengenai lokasi tempat ia akan melakukan penelitian, sehingga ia tidak mulai dengan “kepala kosong”. Pada wawancara pertama sewaktu ia masuk lapangan, ia mengajukan yang sangat umum dan terbuka agar memperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal umum dilapangan itu. Informasi dari sejumlah responden dianalisisnya untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna untuk diteliti selanjutnya secara mendalam. Itulah dipilihnya sebagai fokus penelitiannya. Fase umum ini hendaknya diberi waktu yang cukup agar pilihan fokus itu lebih beralasan dan diharapkan akan lebih mantap.
(b) Tahap eksplorasi. Dalam tahap ini fokus telah lebih jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesifik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara juga tidak lagi umum dan tebuka, akan tetapi sudah lebih terstruktur, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek yang meonnjol dan penting yang diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi pada fase a. Untuk mempermudah informasi yang lebih mendalam ini diperlukan informan yang kompeten dan mempunyai pengetahuan yang cukup banyak tentang hal itu.
(c) Tahap “member check”. Tujuan member check ini ialah agar responden men-check kebenaran laporan itu, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Misalnya member check juga dilakukan setelah tiap wawancara. Peneliti merangkum hasil pembicaraan dan meminta responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonformasi kesesuaiannya dengan informasi yang diberikannya. Ada baiknya bila laporan sementara, setelah member check juga disampaikan kepada pembimbing untuk dibicarakan.
6. Menentukan instrumen penelitian
Instrumen yang utama ialah peneliti itu sendiri. Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung selama waktu tertentu,diperoleh fokus yanglebih jelas, maka ada kemungkinan untuk mengadakan angket dan wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh data uang lebih spesifik, bila pada awalnya data terutama bersifat “emic”, yakni dari segi pandangan responden, data kemudian sudah dapat lebih bersifat “etic”, jadi menurut pandangan peneliti.
Angket yang lebih berstruktur dapat pula digunakan untuk mencheck kebenaran data, asal saja sudah “grounded”. Manusia sebagai instrumen memerlukan latihan dan pengalaman.
7. Rencana pengumpulan data dan pencatatannya.
Pencatatan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan, atau alat rekam. Apa yang dicatat sedapat mungkin harus sesuai dengan wawancara yang dilakukan. Tentu saja alat rekam dapat merekam persis apa saja yang diucapkan. Namun menggunakan perekam elektronik mempunyai sejumlah kelemahan, antara lain tidak selalu diinginkan responden, takut kalau ucapannya disalah-gunakan yang tidak dapat dibantahnya kemudian. Maka karean itu ada peneliti yang lebih suka menggunakan buku catatan. Dalam membuat catatan harus dibedakan data deskriptif dan hasil tafsiran peneliti.
8. Rencana analisis data.
Analisis dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui apa maknanya. Analisis dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh.
9. Rencana logistik.
Peneliti harus memikirkan hal-hal yang diperlukan sebelum, sewaktu dan sesudah penelitian di lapangan, misalnya rencana jadwal penelitian, biaya, alat-alat laporan dan perbanyakannya, dan seterusnya.
10. Rencana mencapai tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif lazim digunakan istilah internal dan eksternal validity, realibility, dan objectivity sebagai syarat-syarat untuk menilai mutu penelitian. Juga penelitian kuantitatif harus memenuhi syarat-syarat demikian.namun dalam penelitian kuantitatif digunakan istilah-istilah lain dengan maksud yang bersamaan. Antara lain digunakan istilah “creadibility” untuk internal validity. “fittingness, transferability” untuk eksternal validity. “Audibility, dependability” untuk reliability. Dan “confirmability” untuk objectivity.
11. Merencanakan lokasi, tempat penelitian akan dilaksanakan. Salah satu hal yang harus dipikirkan ialah bagaimana caranya agar diizinkan memasuki lapanga. Sering harus diminta persetujuan instalasi ata u orang tertentu yang berkuasa atas lokasi itu.ada kalanya izin itu sangat sukar diperoleh. Berbagai siasat harus dipikirkaan agar peneliti dapat diterima.
12. Menghormati etika penelitian.
Penelitian dapat mengungkapkan hal-hal yang selama ini tertutup bagi khalayak ramai dan seterusnya ingin tetap dirahasiakan, karena dapat merugikan lembafa atau orang-orang tertentu. Maka karena itu segala sesuatu yang dapat mengungkapkan identitas orang atau lembaga itu dijadikansumber data, harus dirahasiakan antara lain dengan menggunakan nama samaran.
13. Rencana penulisan dan penyelesaian penelitian.
Apa yang dikemukakan diatas adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan bukan langkah-langkah yang secara berurutan harus diikuti. Metode dalam penelitian kualitatif bukanlah suatu perangkat teknik yang secara otomatis dapat diterapkan dalam menhadapi masalah penelitian tertentu. Penelitian kualitatif tidak mempunyai banyak prosedur yang dapat diikuti secara otomatis, melainkan merupakan interaksi yang rumit antara dunia konseptual dan dunia empirik.
Penelitian adalah proses reflektif yang memerlukan pemikiran dalam tiap tahap perkembangannya dalam garis besarnya dapat kita lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penelitian dilakukan dengan adanya suatu masalah
b. Memikirkan secara mendalam tentang massalah yang akan kita teliti dengan membaca bacaan atau diskusi
c. Menyiapkan sejumlah pertanyaan, sebagai pegangan dalam melaksanakan observasidan wawancara
d. Setelah kita pilih masalah, walaupun masih umum kita cari lokasi atau kasus. Maka perlulah kita usahakan menyesuaikan lokasi dengan masalah.
D. VALIDITAS DESAIN PENELITIAN KUALITATIF(nana)
Validitas desain menunjukkan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interprestasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara pastisipan dengan peneliti. Baik penelitian maupun partisipan memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan dan menggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna dari peristiwa.
1. Strategi untuk Meningkatkan Validitas
Validitas penelitian terletak pada teknik pengumpilan dan analisis data. Validitas tersebut dapat dicapai melalui kombinasi dari sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu :
a. Pengumpulan data yang relatif lama: memungkinkan analisis dan melengkapi data secara berangsur agar memungkinkan ada kesesuaian antara temuan dengan kenyataan.
b. Strategi multi metode : memungkinkan melakukan paduan beberapa teknik pengumpulandata seperti wawancara, observasi, studi dokumenter dan sumber (kepsek, guru, siswa) dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi).
c. Bahasa partisipan kata demi kata ; mendapatkan rumusan dan kutipan yang rinci.
d. Deskriptor inferensi yang rendah : pencatatan nyang lengkap dan detail baik untuk sumber situasi maupun orang.
e. Peneliti beberapa orang : persetujuan data deskriptip yang dikumpulkan oleh tim peneliti
f. Pencatat data mekanik : menggunakan perekam foto, video, dan audio.
g. Partisipan sebagai peneliti : penggunakan catatan-catatan dari partisipan berbentuk diari, catatan anekdot, untuk melengkapi.
h. Pengecekan anggota : pengecekan data oleh sesama anggota selama pengumpulan dan analisis data.
i. Revie oleh partisipan : bertanya kepada partisipan untuk merivie data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi.
j. Kasus-kasus negatif : mencari, mencatat, mengganalisis melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada.
2. Subjektivitas dan Refleksivitas
Penelitian kualitatif bersifat subjektif dan reflektif. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen standar, tetapi peneliti berperan sebagai instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil penglihatan, pendengaran, persepsi, penghayatan dati peneliti.
Penelitian kualitatif melibatkan segi-segi subjektif tetepi berarti peneliti bebas menafsirkan apa yang ia lihat, dengar, rasakan semau dia, dia harus jujur atau disiplin terhadap dirinya. Sedangkan objektivitas penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatatapa yang dilihat, didengar, ditangkap, dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka.
Penelitian kualitatif juga bersifat reflektsif.
Refleksivitas merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.
3. Subjektivitas Interpersonal
Dalam penelitian yang bersifat interaktif, keterampilan membina hubungan interpersonal memegang peranan penting. Keterampilan ini meliputi kemampuan menumbuhkan kepercayaan, menjaga hubungan baik, tidak menilai, menghormati norma situasi, memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika.
Peneliti berhubungan dengan partisipan sebagai pribadi, bukan pengisap informasi dari lingkungan. Dalam interaksi yang bersifat tatap muka suasana perasaan antarkedua pihak memegang peranan penting. Data yang diperoleh tetap valid meskipun bersifat khusus dan dipengaruhi oleh kehadiran peneliti. Kemungkinan bias dapat diperkecil dengan waktu penelitian yang cukup lama, menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam.
Waktu yang panjang juga memungkinkan peneliti melengkapi data, dan membuang data yang tidak tepat. Reaksi penelitian, keleluasaan dalam melengkapi data dan konfirmasi yang dilakukan pada setiap tahap penelitian akan meminimalkan bias.
4. Strategi untuk Meningkatkan Refleksivitas
Untuk dapat meningkatkan refleksivitas dalam pengumpulan data, peneliti dapat menggabungkan beberapa dari cara berikut :
a. Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi data.
b. Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan kegiatan untuk berhubungan dengan partisipan
c. Jurnal lanpangan yaitu catatan tentang perubahan-perubahan yang dibuat selama proses pengumpulan data, alasan perubahan dan perkiraan validitas data
d. Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan
e. Teknik pengelolahan pencatatan dat, pengkodean, pengelompokan
f. Melakukan kegiatan konfirmasi formal sperti survei, kelompok utama, wawancara
g. Melakukan kritik diri dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian.
E. SISTEMATIKA PENELITIAN KUALITATIF
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Identifikasi Masala
c. Pembatasan Masalah
d. Perumusan Masalah
e. Tujuan Penelitian
f. Manfaat Penelitian
2. Kajian Teori dan Kerangka Pikir
a. Kajian Teori
b. Penelitian Yang Relevan
c. Kerangka Pikir
3. Metodologi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu Penelitian
c. Bentuk Penelitian
d. Sumber Data
e. Teknik Pengumpulan Data
f. Teknik Cuplikan/Sampling
g. Validitas Data
h. Teknik Analisis
4. Pembahasan dan Analisis
a. Deskripsi Data
b. Pembahasan/Analisis
c. Pokok-Pokok Temuan Penelitian
d. Analisis Justifikasi
5. Penutup
a. Simpulan
b. Implikasi
c. Rekomendasi
Daftar Pustaka
Lampiran