Dalam proses pembelajaran, hal penting yang harus selalu disiapkan atau diupayakan oleh guru secara maksimal adalah bagaimana menyampaikan suatu materi. Dengan adanya perubahan dan pembaharuan pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran maka upaya tersebut dituntut lebih . Guru harus inovatif dan efektif dalam menyajikan pembelajaran, mendorong siswa aktif dan kreatif, serta materi dapat dengan mudah difahami siswa dengan cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan namun tetap sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk itu seorang guru harus mempersiapkan atau merencanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan tepat. Dalam penyusunan perencanaan tersebut, guru harus memiliki tambahan kemampuan karena yang disusun bukan sekedar memindahkan materi dari buku paket ke dalam perencanaan namun mengembangkan bahan ajar/materi yang akan dibahas/diajarkan juga bagaimana melakukan atau membangun komunikasi dengan siswa, menata urutan materi, memilih metode/model pembelajaran, memilih media dan sumber belajar yang tepat, mengelola kelas serta menyusun instrument penilaian. Perencanaan atau rancangan kegiatan belajar inilah yang disebut Desain Instruksional (Pembelajaran).
Beberapa definisi desain instruksional menurut para ahli adalah sebagai berikut:
· The process of deciding what metods of instruction are best for bringing about desired changers in student knowledge and skills for a specific course content and a specific student populations.
Reigeluth, (1983) in Richey, Rita C., Klein, James D., and Tracey, Monica W. (2011).The Instructional Design Knowledge Base: Theory, Research, and Practice. New York: Routledge. (p.2)
Reigulth menyampaikan bahwa desain instruksional merupakan proses penentuan metode pembelajaran untuk perubahan/perbaharuan pengetahuan dan keterampilan siswa.
· Instructional Design means more than literally creating instruction. It is associated with the broader concept of analyzing human performance problem systematically, identifying the root causes of those problems, considering various solutions to address the root causes, and implementing the solutions in ways designed to minimize the unintended consequences of corrective action.
Rothwel, Wiliam J., and Kazanas, H.C. (2004). Mastering the Instruction Design Process: A Systematic Approach. USA . Pfeiffer. (p. 3)
Menurut Rothwel, desain pembelajaran berkaitan dengan menganalisis kinerja manusia secara sistematis dengan cara mengidentifikasi dan mengatasi akar permasalahannya, serta menerapkan solusi yang telah dirancang.
· Instructional Design is an iterative process of planning performance objectives, selecting instructional strategies, choosing media and selecting or creating materials, and evaluations
Branch, Robert M (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. New York:Springer. (p.8)
Robert mendefinisikan desain instruksional sebagai suatu proses merencanakan tujuan kinerja, menentukan strategi pembelajaran, memilih media dan menentukan atau membuat bahana ajar dan evaluasi.
Menurut penulis, desain instruksional adalah rancangan yang disusun secara sistemis untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas dari segala aspek sehingga dapat meningkatkan kinerja peserta didik.
Desain pembelajaran muncul dan tumbuh dengan dipengaruhi oleh berbagai teori dari beberapa disiplin ilmu diantaranya ilmu komunikasi dan psikologi belajar.
Daftar isi
Model ADDIE
Desain Pembelajaran Model ADDIE adalah salah satu proses pembelajaran yang bersifat interaktif dengan tahapan-tahapan dasar pembelajaran yang efektif, dinamis dan efisien.
Model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluations) berawal dari konsep Model Desain Instruksional dan Teori untuk Angkatan Darat AS pada tahun 1950. Kemudian pada tahun 1975 dikembangkan lagi oleh Florida State University untuk digunakan pada semua Angkatan Bersenjata AS.
Praktisi pendidikan membuat beberapa revisi dan di pertengahan 1980-an muncullah model yang lebih interaktif dan dinamis dari aslinya. Model ini kemudian dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti strategi dan metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Model ADDIE dapat menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri dengan beberapa tahapan.
Model ADDIE merupakan salah satu model yang sering digunakan dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM. Model ADDIE terdiri dari 5 langkah :
- Analyze
- Design
- Develop
- Implement
- Evaluate
Langkah dalam Model ADDIE :
1. Analyze (Analisis)
Pada tahapan ini, dilakukan analisa tentang beberapa hal yang perlu diketahu sebelum kegiatan pelatihan dilakukan. Seperti tujuan penyelenggaraan training, siapa peserta dan apa yang menjadi kebutuhan peserta training terkait dengan materi, metode, teknik pembelajaran, dan lain-lain.
2. Design (desain)
Dalam tahap desain ini seorang perancang pelatihan perlu melakukan perencanaan awal untuk program pelatihan/pembelajaran, perancangan materi pelatihan dan perencanaan evaluasi pelatihan secara konseptual yang nantinya akan dijadikan dasar dalam tahap pengembangan.
3. Develop (pengembangan)
Pada tahapan ini kegiatan dilakukan dengan merealisasikan konsep yang sudah dibuat pada tahap desain. Kegiatan pengembangan adalah merealisasikan kerangka yang dibuat dalam bentuk materi pelatihan, persiapan peralatan yang akan digunakan dan pembuatan evaluasi pelatihan.
4. Implement (implementasi)
Tahapan implementasi adalah tahapan dimana program pelatihan dilaksanakan. Program pelatihan dilakukan sesuai rencana yang sudah dibuat.
5. Evaluate (evaluasi)
Tahap akhir adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan guna meninjau kembali pelaksanaan pelatihan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak. Kemudian evaluasi juga digunakan oleh perancang pelatihan untuk memperbaiki kekurangan metode yang akan digunakan, sehingga kegiatan pembelajaran kedepannya dapat dirancang dengan lebih baik lagi.
Best Practice
Skema desain pembelajaran model ADDIE membentuk siklus yang terdiri dari 5 tahapan. Berikut adalah penerapan ADDIE di sebuah Sekolah Alam tingkat sekolah dasar:
1. Analysis (Analisis)
Pihak sekolah menemukan permasalahan di lapangan terkait pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran tematik. Hal ini ditindaklanjuti dengan pengumpulan data melalui kunjungan dan observasi kelas, wawancara dan pemberian angket kepada para guru. Diharapkan melalui tindak lanjut ini, akan diperoleh gambaran yang riil tentang kondisi permasalahan tersebut dan akan menjadi input untuk tindakan selanjutnya.
Berikut ini adalah resume dari hasil pengumpulan data:
a. Permasalahan:
- Guru kesulitan dalam mencari atau menentukan tema dan sub tema sesuai konsep pembelajaran tematik
- Guru kesulitan mengeksplor aktifitas asyik yang harus dikaitkan dan dikembangkan sesuai tema
- Guru kesulitan dalam mencari/menggali materi sesuai dengan potensi lingkungan sekitar ataupun SDA dan budaya setempat
- Guru kesulitan dalam mengaitkan materi sesuai SKKD dengan tema
- Guru kesulitan dalam melakukan pemetaan bagi Kompetensi Dasar yang lintas semester dan Kompetensi Dasar yang tidak sesuai dengan tema
- Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
- Guru belum memahami konsep tematik sehingga masih sering mengajar per mata pelajaran
- Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengajarkan lagu/rhyme sesuai tema
b. Profil guru
Berikut data yang diperoleh tentang guru:
Berdasarkan lama mengajar:
- 40 % guru adalah guru baru dan fresh graduated (pengalaman pertama mengajar)
- 35% guru yang telah mengajar 1-2 tahun
- 25% guru yang telah mengajar selama 3 tahun atau lebih
Berdasarkan pemahaman konsep pembelajaran tematik dan aplikasinya:
- 20% guru cukup memahami konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya
- 30% guru cukup memahami konsep pembelajaran tematik namun belum terlihat dalam aplikasinya
- 50% guru belum memahami konsep pembelajaran tematik
c. Profil lingkungan
- Sekolah berada di pinggiran perkotaan, dekat dengan pusat bisnis serta berada diantara perumahan modern (komplek) dan perumahan biasa
- Area sekolah cukup luas dan asri, dengan banyaknya pepohonan juga serangga serta beberap binatang lainnya
- Perpustakaan dan koleksi buku cukup lengkap tersedia
- Ruang IT tersedia
- Listrik dan wifi tersedia
d. Pengembangan wawasan dan keilmuan
- 85% guru merasa membutuhkan pelatihan konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya
- 15% guru tidak merasa membutuhkan pelatihan konsep pembelajaran tematik serta aplikasinya
2. Design (Desain)
Berdasarkan hasil analisis, maka diputuskan bahwa 85% guru akan mengikuti pelatihan dan 15% akan mengikuti TOT Pembelajaran Tematik. Pihak sekolah dan trainer merancang pelatihan yang muatan materinya disesuaikan dengan kebutuhan para guru. Berikut ini adalah desain untuk Pelatihan Pembelajaran Tematik:
a. Sasaran
85% guru atau sebanyak 30 orang, wajib mengikuti pelatihan pembelajaran tematik, materi dimulai dari basic (landasan dan hal-hal mendasar untuk menguatkan pemahaman guru)
No. | Judul Materi | Durasi |
1. | Landasan pembelajaran tematik | 120 menit |
2. | Konsep dasar pembelajaran tematik | 190 menit |
3. | Konsep dasar pemetaan | 170 menit |
4. | Review materi hari pertama | 30 menit |
5. | Aplikasi pembelajaran tematik di Sekolah Alam | 250 menit |
6. | Simulasi mengajar (microteaching) dengan konsep pembelajaran tematik dan pembuatan RPP | 155 menit |
7. | Evaluasi dan refleksi | 45 menit |
Kegiatan secara rinci pada Rencana Pelaksanaan Pelatihan.
c. Waktu pelatihan:
2 (dua) hari, 8 jam perhari
d. Metode : Presentasi, diskusi kelompok, simulasi, games
- Untuk kegiatan presentasi pada hari pertama, para guru sebagai peserta pelatihan akan dibagi menjadi 6 (enam) kelompok sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 guru. Tiap kelompok akan mendapat giliran presentasi sebanyak 3 kali. 2 kelompok pertama melakukan presentasi pada sessi 1, 2 kelompok kedua pada sessi 2, dan 2 kelompok ketiga pada sessi 3..
- Sedangkan pada kegiatan presentasi hari kedua, pada sessi 2 anggota kelompok akan dibentuk baru. Para guru sebagai peserta pelatihan akan dibagi menjadi 10 (sepuluh) kelompok, 3 orang perkelompok. Pada sessi 3 setiap 5 (lima) kelompok akan menjadi 1 (satu) kelompok besar sehingga akan terbentuk 2 (dua) kelompok besar.
e. Media: infocus, audio, papan tulis besar, spidol, papan tulis kecil, sticky note. laptop
Media penunjang lainnya: alat tulis (spidol besar, spidol kecil, pinsil warna, krayon) kertas A4, karton manila/kertas plano, lakban, selotif, gunting, kabel roll
f. Sarana: Ruangan tertutup atau semi tertutup sesuai dengan jumlah peserta
3. Development (Pengembangan)
Berdasarkan hasil analisa dan disain yang telah disusun, pihak sekolah dan trainer melakukan kajian materi dan mengembangkan modul pelatihan, menyiapkan lembar kegiatan atau teknik evaluasi permateri, menyiapkan games, ice breaking, dan menyiapkan sumber belajar lainnya yang akan digunakan.
4. Implementation (Implementasi)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem dan desain pelatihan yang telah disusun sehingga tujuan – tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
5. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Pada model ini, evaluasi yang yang dilakukan adalah:
a. Evaluasi formatif
s Setiap selesai melakukan proses pada setiap tahapan
s Setiap selesai materi pelatihan/persessi dilakukan evaluasi dengan cara membagikan kertas evaluasi dan refleksi. Dalam kegiatan ini peserta diminta menuliskan beberapa hal/kata/kalimat kunci dari materi yang disampaikan untuk mengecek pemahaman dan refleksi dari para peserta training terkait kebermanfaatan materi yang disampaikan kaitannya dengan kebutuhan/aplikasi di lapangan
s Simulasi mengajar (microteaching) dan pembuatan RPP pada akhir kegiatan
s Evaluasi untuk 4 materi pada akhir pelatihan (lembar evaluasi penyelenggaraan pelatihan)
b. Evaluasi sumatif
Mengevaluasi keberhasilan program pelatihan dengan cara melakukan evaluasi langsung di lapangan. Dalam 2 bulan, secara terjadwal pihak sekolah melakukan:
s Monitoring dan pendampingan di kelas saat penyusunan RPP
s Monitoring dan pendampingan kegiatan pembelajaran