Daya Tarik Interpersonal

10 min read

Faktor-Faktor Daya Tarik Interpersonal

Keinginan untuk melakukan kontak dengan orang lain pada umumnya dilandasi oleh adanya imbalan sosial yang diperoleh individu jika berhubungan dengan orang lain.

Faktor awal dalam proses ketertarikan adalah kita menjadi kenal dengan orang-orang yang mengalami kontak dengan kita, respons awal kita (terhadap penampilan misalnya) yang seringkali merupakan akibat dan resaksi emosional kita, kemiripan itu penting dan interaksi yang menyenangkan sangatlah penting. Kita dapat melakukan analisa terhadap fenomena ini dan dua hal yaitu perbandingan sosial (social comparison) dan dukungan emosional (emotional support). Berdasarkan analisa perbandingan sosial kita membutuhkan orang lain sebagai standar untuk mengevaluasi perilaku kita, sedangkan hubungan dengan orang lain akan memberikan dukungan emosional dalam bentuk perhatian dan kasih sayang.

Selain dua tipe ganjaran (social reward) yang utama yang dapat diberikan orang lain terhadap din kita, hubungan dengan orang lain dapat memberikan tambahan ganjaran lainnya yaitu dapat memberikan perasaan positif yang dihubungkan dengan kedekatan 

(keintiman) hubungan antar pribadi, persahabatan, afeksi, komunikasi dan cinta.

Kedua, orang lain dapat memberikan berbagai tipe perhatian kepada kita dalam bentuk penghargaan, pengakuan, status dan sebagainya.

Sementara itu dan pendapat Henry Murray dan David McClelland serta McAdam (dalam Dayakisni, 2006:157) terdapat dua motif sosial yang mendorong seseorang untuk melakukan hubungan dengan orang lain yaitu:

  1. Need ofAffiliation (kebutuhan untuk berafiliasi) adalah keinginan untuk membentuk dan mempertahankan beberapa hubungan interpersonal yang memberi ganjaran.
  2. Need of Intimacy (kebutuhan untuk berhubungan intim) yaitu memilih hubungan yang hangat, dekat dan komunikatif.

Selain kedua kebutuhan diatas terdapat pula kebutuhan untuk stimulasi positif (need for positive stimulation), kebutuhan akan perhatian (need for attention), kebutuhan akan dukungan sosial (need for social support) dan kebutuhan akan perbandingan sosial (need for social comparison) (Baron & Byrne, 2004: 277-278).

Kebutuhan afiliasi yang tinggi mendorong perilaku sosial yang aktif dan terkendali (controlling social behaviour) dengan penekanan pada keleluasaan dan kuantitas hubungan sosial. Sedangkan kebutuhan untuk melakukan hubungan intim mendorong perilaku sosial yang lebih pasif dan kurang terkendali dengan penekanan pada kedalaman dan kualitas hubungan sosial.

Brehn dan Kassin (1993) menyatakan bahwa istilah daya tank interpersonal digunakan untuk merujuk secara khusus keinginan seseorang untuk mendekati orang lain (dalam Dayakisni,2006:158). Sedangkan Bringham (1993) menyatakan bahwa daya tarik interpersonal adalah kecenderungan untuk menilai seseorang atau suatu kelompok secara positif, untuk mendekatinya dan untuk berperilaku secara positif kepadanya. Pembahasan tentang faktor-faktor yang menentukan daya tarik interpersonal ini sangat penting karena mempengaruhi reaksi pada tahap awal pertemuan hubungan dengan orang lain. Pada dasarnya faktor-faktor yang mendukung daya tarik inter-personal dapat dibedakan dalam konteks personal dan situasional. Faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dan karakteristik pribadi kita. Misalnya sesuatu yang menyebabkan individu tertarik pada saat tertentu dengan orang lain adalah karena pada saat itu suasana hati (mood) yang bersangkutan sedang kesepian. Sedangkan faktor sisituasional adalah berasal dari sifat-sifat obyektif (karakteristik) persona stimuli. Misalnya yang menyebabkan individu satu tertarik kepada individu yang lain adalah karena yang bersangkutan berwajah tampan atau cantik.

Pada umumnya beberapa faktor yang dianggap sangat penting dalam menentukan daya tank interpersonal adalah:

a. Kesamaan (similarity)

Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, minat, nilai, latar belakanga dan kepribadian. Mengapa kesamaan menjadi faktor penting sebagai penentu daya tank interpersonal? Terdapat beberapa hal yang dapat dikemukakan dalam hal ini yaitu:

  1. Menurut acuan teori Konsistensi Kognitif dan Heider, jika kita menyukai orang lain kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita. Hal ini supaya seluruh unsur kognitif kita konsisten. Kita menjadi tidak nyaman ketika orang yang kita sukai atau orang terdekat kita ternyata menyukai apa yang kita benci atau tidak sukai.
  2. Persepsi tentang adanya kesamaan mendatangkan ganjaran dan perbedaan menimbulkan hal yang tidak mengenakkan. Kesamaan sikap orang lain dengan kita meneguhkan kemampuan kita dalam menafsirkan realitas social. Orang yang mempunyai kesamaan dengan kita cenderung menyetujui gagasan kita dan mendukung keyakinan kita tentang kebenaran pandangan kita.
  3. Pengetahuan bahwa orang lain adalah sama dengan kita, menyebabkan kita mengantisipasi bahwa interaksi di masa datang akan positif dan memberi ganjaran.
  4. Kita cenderung berinteraksi lebih akrab dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita dan merekapun juga menjadi lebih kenal dengan kita.

Perbedaan kepribadian dapat menjadi moderator bagi efek kesamaan ini. Kesamaan sebenarnya akan mengurangi ketertarikan ketika orang memiliki konsep diri yang negatif. Orang yang memiliki konsep diri rendah lebih tertarik dengan orang yang tidak sama dengan mereka. Individu yang memiliki self monitoring rendah lebih dipengaruhi oleh kesamaan sikap. Sedangkan high self monitors tertarik kepada orang lain yang memiliki kesamaan pada aktivitas yang mereka sukai daripada kesamaan dalam sikap dan nilai.

b. Kedekatan (proximity)

Pada penelitian mengenai ketertarikan, orang cenderung menyukai mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah timbul diantara tetangga yang berdekatan. Atau diantara mahasiswa yang berdekatan. Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang atau mengalami repeated exposure. Repeated exposure adalah kontak yang terus menerus dengan sebuah stimulus, dimana paparan berulang terhadap stimulus akan berakibat pada evaluasi terhadap stimulus tersebut (Zajonc,1968 dalam Baron & Byrne,2004:264). Apakah hal-hal yang membuat orang saling menyukai? Hal tersebut antara lain:

  • Kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kita lebih sering berjumpa dengan tetangga sebelah kita daripada orang yang kita temui di luar lingkungan kita. Eksposur yang berulang ini dapat meningkatkan rasa suka.
  • Kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan.
  • Orang yang dekat secara fisik lebih mudah dijangkau daripada orang yang berada di tempat yang jauh. Kemudahan ini mempengaruhi keseimbangan ganjaran dan kerugian interaksi. Hal ini sesuai dengan persepsi teori pertukaran sosial. Diperlukan sedikit usaha untuk mengobrol dengan tetangga sebelah. Sebaliknya hubungan jarak jauh membutuhkan waktu, perencanaan dan biaya yang relatif tinggi.
  • Berdasarkan teori konsistensi kognitif kita berusaha mempertahankan keseimbangan antara hubungan perasaan dan hubungan kesatuan kita. Secara lebih spesifik, kita dimotivasi untuk menyukai orang yang ada kaitannya dengan kita dan untuk mencari kedekatan dengan orang yang kita sukai. Tinggal atau bekerja berdampingan dengan orang lain yang tidak kita sukai akan menimbulkan tekanan psikologis, sehingga kita akan mengalami tekanan kognitif untuk menyukai orang yang ada hubungannya dengan kita.
  • Orang memiliki harapan untuk berinteraksi lebih sering dengan mereka yang tinggal paling dekat dengannya. Hal ini menyebabkan is cenderung untuk menekankan aspek-aspek positif dan meminimalkan aspek-aspek negatif dan hubungan itu sehingga hubungan di masa datang akan lebih menyenangkan.

c. Keakraban (familiarity)

Semakin seringnya kita berhadapan dengan seseorang akan meningkatkan rasa suka kita terhadap orang tersebut. Sebagaimana basil penelitian Robert Zajonc tentang efek terpaan (more exposure effect) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa orang akan mengembangkan perasaan positifpada obyek dan individu yang sering mereka lihat (dalam Dayakisni, 2006:161). Mungkin hal ini bisa dikutipkan dan ungkapan dalam bahasa Jawa “wiling tresno jalaran soko kulino” (jatuh cinta karena sering atau terbiasa bertemu) dimana rasa cinta tumbuh dan berkembang seiring intensitas keakraban yang terjalin antar individu.

d. Daya Tarik Fisik

Ketika kita suka — atau tidak suka- kepada seseorang pada pndangan pertama, reaksi ini mengindikasikan bahwa sesuatu mengenai orang itu memunculkan afek positif atau negative. Kemungkinan, reaksi semacam ini didasarkan pada pengalaman dimasa lalu, stereotip, dan atribusi yang mungkin relevan atau tidak. Misalnya jika seorang asing mengingatkan kita pada seseorang yang kita ketahui atau kita suka, maka kita cenderung menyukainya, begitupun sebaliknya, ketika kita memiliki stereotip terhadap kelompok tertentu maka kita cenderung tidak menyukainya. Namun, reaksi terhadap karakteristik superficial terjadi cukup sering, meskipun kadangkala tak masuk akal. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh daya tarik fisik (physical attractiveness). Dalam masyarakat kita biasanya muncul stereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang cantik adalah baik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sepintas seorang individu akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi semata-mata berdasarkan penampilan. Penelitian Dion (dalam Baron & Byrne, 2004:278) misalnya tentang penilaian wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya dan dianggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang dipandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang dipandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain dan biasanya diperlakukan lebih sopan.

Salah sate alasan mengapa daya tank fisik menjadi faktor yang penting adalah karena daya tank fisik ini adalah sumber informasi yang tampak dan dengan cepat mudah didapat. Jika informasi karakteristik personal lainnya seperti intelegensia atau kebaikan hati tidak cepat tersedia clan kurang kurang menonjol. Hal lainnya adalah kecantikan bagi pasangan dapat meningkatkan harga din (radiating beauty effect). Meskipun penampilan fisik mungkin juga akan berakibat negatif artinya seseorang yang dikelilingi banyak wanita cantik mungkin akan menjadi kurang menarik (sekalipun jika sendirian sebenarnya dia juga cantik dan menarik) karena adanya proses pembandingan. Hal ini disebabkan oleh contrast effect.

Daya tank fisik sendiri dapat mempengaruhi kepribadian si pemiliknya. Kita dapat mengidentifikasikan tiga faktor sosial yang berkaitan dengan daya tarik fisik (dalam Dayakisni, 2006: 162-163) yaitu:

  • Orang-orang memiliki harapan yang berbeda tentang individu yang menarik penampilan fisiknya dibandingkan dengan individu yang kurang atau tidak menarik.
  • Orang-orang yang secara fisik menarik menerima perlalcuan yang ber-beda dan lebih mendapatkan keberuntungan dalam pertukaran sosial.
  • Perlakuan yang berbeda akan mengarahkan pada perbedaan kepribadi an dan ketrampilan sosial (social skill) barangkali hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri (self-fulfilling prophecy).
  • Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki daya tarik fisik cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak yang kurang menarik fisiknya serta cenderung kurang agresif dibandingkan anak-anak yang kurang menarik.
  • Mereka yang cenderung memiliki hubungan yang lebih baik, lebih asertif dan lebih percaya diri.

Meskipun daya tank fisik kuat, banyak orang yang tidak terlalu akurat dalam memperkirakan bagaimana orang lain menilai penampilan mereka. Laki-laki (terutama), mempunyai perkiraan yang lebih tentang daya tank mereka bagi orang lain. Masalahnya lebih berat pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi beberapa orang baik laki-laki maupun perempuan memberikan respons berupa kecemasan penampilan (appearance anxiety). Kecemasan penampilan adalah pemahaman atau kekhawatiran mengenai apakah penampilan fisiknya cukup menarik dan mengenai bagaimana penilaian dari orang lain. Sebagai contoh mereka yang memiliki kecemasan penampilan akan memiliki kepedulian yang berlebih-an mengenai bagaimana seseorang dilihat, misalnya “saya merasa sebagian besar teman-teman saya lebih meenarik secara fisik dibandingkan saya”.

e. Kemampuan (ability)

Menurut teori pertukaran sosial dan reinforcement, ketika orang lain memberi ganjaran atau konsekuensi yang positif terhadap diri kita, maka kita cenderung ingin bersamanya dan menyukainya. Orang yang mampu, kompeten dan pintar dapat memberi beberapa ganjaran (keuntungan) kepada kita. Mereka dapat membantu kita menafsirkan kejadian-kejadian yang ada, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini menyebabkan orang yang memiliki kompetensi, pintar, lebih disukai daripada yang tidak memiliki kemampuan tersebut.

Suatu perkecualian yang menarik adalah hasil telaahan Aronson, Willerman & Floyd (dalam Dayakisni, 2006: 163-164) yang menemukan bahwa orang yang paling disenangi justru orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. la menciptakan empat kondisi eksperimental yaitu:

• Pertama, orang yang memiliki kemagtpuan tinggi dan berbuat salah. Orang-orang dengan tipe pertama ini dinilai paling menarik.

• Kedua, orang yang berkemampuan tinggi tetapitidak berbuat salah. Orang-orang dengan tipe kedua ini dinilai menarik.

• Ketiga, orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah. Orang dengan tipe ketiga ini dinilai sebagai orang yang paling tidak menarik.

• Keempat, orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat kesalahan. Orang biasa yangbtidak berbuat salah ini ditempatkan dalam urutan ketiga dan sisi ‘Jaya tank.

Namun beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa orang semakin tidak menarik karena ia sering berbuat kesalahan, sekalipun orang tersebut adalah orang yang dianggap memiliki kompetensi tinggi.

f. Tekanan Emosional (stress)

Bila individu berada dalam situasi yang mencemaskan atau menakutkan ia cenderung menginginkan kehadiran orang lain. Dan hal ini lama kelamaan akan menimbulkan rasa suka kepada orang yang menemaninya tersebut. Hasil penelitian Schahter (dalam Dayakisni, 2006:164) menunjukkan bahwa subyek dengan rasa takut tinggi lebih ingin berafiliasi dibandingkan subyek dengan rasa takut rendah. Semakin besar rasa takut maka semakin besar pula keinginan untuk berafiliasi dengan orang lain.

Terdapat dua kemungkinan dalam hal proses psikologi yang menyebabkan orang yang takut melakukan afiliasi dengan orang lain. Pertama, hipotesis pengalihan yaitu orang yang merasa takut melakukan afiliasi untuk mengalihkan pikiran mereka dari masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini orang tersebut cenderung tidak mempersoalkan dengan siapa is berafiliasi. Kedua adalah hipotesis yang diajukan oleh teori perbandingan sosial (social comparison theory) yaitu bahwa orang berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama. Bila kita berada dalam situasi yang ba’ atau luar biasa dan tidak mempunyai kepastian tentang bagaimana kita hams bereaksi, kita meminta bantuan orang sebagai sumber informasi. Dalam hal ini penting bagi kita tntuk berafiliasi hanya dengan orang yang menghadapi situasi yang sama. Teori perbandingan sosial ini lebih banyak mendapatkan dukungan dibanding teori pertama diatas.

g. Munculnya perasaan/mood yang positif (positive emotional arousal)

Keadaan emosi kita (gembira, sedih, takut dan lain-lain) pada suatu waktu akan mempengaruhi persepsi, kognisi, motivasi, pengambilan keputusan dan ketertarikkan interpersonal (Baron & Byrne, 2004:268-269). Psikolog sering menggunakan istilah afek (affect) yaitu keadaan emosional seseorang, perasaan dan suasana hati. Kita cenderung tertarik atau suka kepada orang dimana kehadirannya bersamaan dengan munculnya perasaan positif, bahkan ketika perasaan positif tersebut tidak berkaitan dengan perilaku orang yang dimaksud. Beberapa telaah penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik pada orang-orang yang kita jumpai saat di sekeliling kita menyenangkan. Misalnya kita lebih menyukai dan menilai positif ketika kita bersama dengan orang lain berada dalam suatu lingkungan yang nyaman, sebuah ruangan dengan suhu yang sejuk daripada dalam ruangan yang panas. Sebaliknya ketertarikan kita akan berkurang kepada orang lain ketika kita bertemua dalam sebuah lingkungan atau ruang pertemuan yang panas, bising dan padat. Dari contoh situasi diatas, dapat kita lihat bahwa afek mempengaruhi ketertarikan kita dengan dua cara. Efek langsung (direct effect) terjadi jika orang lain mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat Anda merasa baik atau buruk, dimana kita cenderung menyukai orang yang membuat diri kita merasa baik dan sebaliknya, tidak menyukai orang yang membuat kita merasa buruk. Efek asosiatif (associated effect) terjadi ketika orang lain hadir pada suatu saat dimana keadaan emosional kita positif atau negative, untuk suatu alasan yang tidak ada hubungannya dengan orang yang kita respons. Meskipun dia bukanlah penyebab dan apa yang kita rasakan, tetapi kita cenderung mengevaluasi orang tersebut berdasarkan keadaan afektik kita.

h. Harga diri yang rendah

Penelitian yang dilakukan Elaine Walster menarik kesimpulan bahwa bila harga dirinya direndahkan maka hasrat berafiliasi individu akan bertambah dan is makin responsif untuk menerima kasih sayang dan orang lain.

i. Kesukaan secara timbal balik (resiprocal liking)

Ketika kita mengetahui orang lain menyukai kita maka kita dapat mengharapkan ganjaran (reward) dari mereka. Karena itu, mengetahui kita disukai merupakan ganjaran yang menguatkan. Kita dapat mengharapkan orang lain membantu kita di masa yang akan datang dan kita juga akan mengalami perasaan baik atau positif menghadapi suatu kenyataan bahwa orang lain memikirkan tentang kita menjadi teman (meningkatkan harga diri). Maka kesukaan akan melahirkan kesukaan dan rasa seperti persahabatan biasanya memberikan arti bahwa persahabatan itu akan kembali lagi. Hubungan timbal balik merupakan sesuatu yang kompleks. Beberapa studi mengemukakan bahwa seberapa banyak kita memikirkan orang lain menyukai kita (perceived reciprocity) adalah lebih penting daripada seberapa banyak seseorang sebenarnya menyukai kita (actual reciprocity). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang pada umumnya menyukai seseorang yang menyukai dirinya, bahkan ketika rasa suka itu tidak secara langsung timbal balik. Sebagai ilustrasi hasil penelitian Curtis & Miller (dalam Dayakisni, 2006:166) menemukan bahwa orang yang secara salah dibimbing pada suatu keyakinan bahwa subyek lain menyukai mereka. Maka orang tersebut akan lebih setuju dengan subyek yang menyukainya itu, akan lebih mengungkapkan din dan lebih memiliki nada suara dan sikap yang umumnya positif terhadap subyek tersebut, dibandingkan ketika is tidak dibimbing pada suatu keyakinan bahwa mereka disukai. Pada orang pertama ternyata perilakunya yang demikian itu akan membimbing pada perilaku positif yang timbal balik oleh subyek lain tersebut dan meningkatkan kesukaan diantara mereka. Dengan demikian terjadi fenomena self fulfilling- prophecy yaitu keyakinan bahwa ketika kita disukai orang lain maka mungkin hal tersebut akan menyebabkan kita berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan orang lain tersebut, sehingga menyebabkan orang lain itupun akan berbalik menyukai kita juga.

j. Ketika yang berlawanan saling tertarik: saling melengkapi (complementary)

Kita telah melihat bahwa kesamaan sikap dannilai mendorong meningkatnya daya tarik. Namun bagaimana dengan fenomena sadistis dan masochisme? Keduanya tampak benar-benar tidak sama, sadistis menyukai untuk melukai orang lain sedangkan masochisme justru senang diperlakukan kasar oleh orang lain. Dalam hal ini terlihat daya tank yang berlawanan. Individu yang memiliki kepribadian dominan tidak akan berhubungan lebih lama dengan orang lain yang dominan juga. Individu yang dominan membutuhkan pasangan yang submisif yang akan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan diantara mereka. Perilaku yang saling melengkapi adalah mungkin untuk tingkah laku yang dominan submisif.

Complementary need theory mengemukakan bahwa ada beberapa tipe hubungan dekat, misalnya perkawinan yang mungkin mensyaratkan sistem saling melengkapi agar dapat berhasil. Namun dalah hubungan tersebut meskipun kebutuhannya berbeda, satu dominan sedangkan yang lain submisif, hal ini masih dapat dipandang sebagai kasus kesamaan yang spesifik sebab kedua pasangan memiliki kesamaan pandangan yang sama-sama setuju mengenai peran yang akan dipenuhi oleh masing-masing pihak. Mereka setidaknya memiliki kesamaan sikap tentang bagaimana hubungan itu seharusnya dikembangkan, mereka mungkin menjadi teman baik, karena mereka membutuhkan satu sama lain untuk memuaskan keinginan mereka. Saling melengkapi mungkin penting dalam hubungan saling tukar menukar untuk jangka pendek dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya ketika orang jelas-jelas tidak memahami apa yang mereka duga untuk dilakukan. Untuk mendapatkan ide-ide barn, mereka mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang lainyang tak sama yang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda dan yang. mungkin dapat memberi mereka interpretasi barn tentang kejadian-kejadian yang masih menjadi teka-teki bagi mereka. 

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Makalah Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi

Media Pembelajaran Dua Dimensi Non Proyeksi Bab I. Pendahuluan A.Latar Belakang Masalah Media pembelajaran yang merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran...
Ahmad Dahlan
10 min read

Makalah Tata Graha Hotel – Housekeeping

Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang  Sektor pariwisata Indonesia dalam Pembangunan Nasional telah menjadi salah satu sektor industri yang sangat menunjang bagi pemerintah dalam...
Agus Salim
4 min read

Leave a Reply