Kepiting adalah hewan laut Kelas Krustasea dengan ciri-ciri memiliki ruas-ruas di tubuhnya yang tertutup oleh kulit tebal dan keras dari zat khitin. Secara periodik Kepiting mengalami fase moulting atau berganti kulit yang memungkinkan kepiting dapat tumbuh pesat setelah ganti kulit. Kepiting yang masih muda berganti kulit lebih sering dibanding dengan Kepiting yang sudah tua. Dengan demikian, Kepiting muda tumbuh lebih cepat daripada yang telah tua.
Kepiting terdapat di wilayah perairan pantai dengan kadar garam 0 sampai 35 ppt. Kepiting menyukai perairan yang berdasar lumpur dan lapisan air yang tidak terlalu dalam sekitar 10- 80 cm dan terlindung, seperti di wilayah hutan bakau.
Bagaimana cara Kepiting berkembang biak?
Kepiting adalah salah satu hewan yang berkembang biak dengan cara Ovipar atau bertelur. Di laut dekat pantai, Nelayan sering dapat menangkap kepiting yang sudah dewasa dan mengandung telur. Sepertinya Kepiting menyukai laut sebagai tempat melakukan perkawinan, namun Kepiting lebih banyak dijumpai berkembang biak di daerah tambak dan hutan bakau yang berair tak terlalu dangkal (lebih dari 0,5 meter).
Habitat hutan bakau adalah habitat yang paling disukai Kepiting untuk tumbuh dan berkembang, hal ini karena hutan bakau memang banyak dihuni oleh organisme kecil yang menjadi sumber makanan Kepiting.
Mekanisme ganti kulit atau moulting pada Kepiting sangat sejalan dengan musim kawinnya. Menjelang perkawinan, akan terjadi proses moulting sehingga kulit Kepiting betina menjadi lunak yang memudahkan bagi Kepiting jantan melakukan proses perkawinan, memasukkan sperma kedalam thelycum (alat kelamin) Kepiting betina.
Telur Kepiting betina lalu dibuahi oleh sperma yang sudah disimpan ketika perkawinan terjadi. Telur yang sudah dibuahi tidak akan dilepaskan kedalam air, melainkan segera menempel pada rambut-rambut yang terdapat pada umbai-umbai di bagian bawah abdomen Kepiting.
Telur-telur itu kemudian akan dierami selama 20 hingga 23 hari sampai menetas. Seekor induk betina Kepiting yang beratnya 100 gram mampu menghasilkan telur sebanyak 1 sampai dengan 1,5 juta butir telur. Semakin besar atau berat induk Kepiting, semakin banyak telur yang bisa dihasilkan.
Telur yang baru difertilisasi atau dibuahi berwarna kuning–orange . Semakin berkembang embrio dalam telur, warna telur akan berubah menjadi semakin gelap yaitu kelabu dan akhirnya menjadi coklat kehitaman ketika hampir menetas.
Induk Kepiting yang mengerami telur bisa tidak makan sama sekali. Induk itu selalu menggerakkan kaki-kaki renangnya dan sering tampak seperti berdiri tegak pada kaki dayungnya, ini bertujuan agar telur-telurnya mendapat aliran air segar yang cukup oksigen.
Saat tiba saatnya telur-telur itu menetas, induk Kepiting akan menggarukkan kaki-kaki jalan dan kaki dayungnya terus menerus dengan cepat, untuk memudahkan pelepasan larva atau bayi Kepiting yang segera menyebar ke sekelilingnya. Fungsi kaki-kaki jalan pada Kepiting sangat penting dalam hal ini, jika jumlahnya tidak lengkap atau cacat, maka proses penetasan akan terganggu atau sulit dilakukan. Proses penetasan telur Kepiting biasanya akan berlangsung selama 3-5 jam.