Filsafat strukturalisme adalah aliran pemikiran dalam filsafat dan ilmu sosial yang menekankan pada struktur dan sistem dalam memahami realitas. Strukturalisme muncul pada abad ke-20, terutama dipengaruhi oleh karya-karya pemikir seperti Ferdinand de Saussure dalam bidang linguistik, Claude Lévi-Strauss dalam antropologi, dan Jacques Lacan dalam psikoanalisis.
Daftar isi
Filsafat Strukturalisme
A. Sejarah Perkembangan
Dalam sosiologi, antropologi dan linguistik, strukturalisme adalah metodologi yang unsur budaya manusia harus dipahami dalam hal hubungan mereka dengan yang lebih besar, sistem secara menyeluruh atau umum disebut struktur. Ia bekerja untuk mengungkap struktur yang mendasari semua hal yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan, dan merasa. Atau, seperti yang dirangkum oleh filsuf Simon Blackburn, strukturalisme adalah “keyakinan bahwa fenomena kehidupan manusia yang tidak dimengerti kecuali melalui keterkaitan mereka. Hubungan ini merupakan struktur, dan belakang variasi lokal dalam fenomena yang muncul di permukaan ada hukum konstan dari budaya abstrak”.
Strukturalisme di Eropa dikembangkan di awal tahun 1900-an, di bidang linguistik struktural dari Ferdinand de Saussure berikutnya Praha, sekolah Moskow dan Copenhagen linguistik. Pada akhir 1950-an dan awal 60-an, ketika linguistik struktural menghadapi tantangan serius dari orang-orang seperti Noam Chomsky dan dengan demikian memudar di pentingnya, array sarjana di humaniora meminjam konsep Saussure untuk digunakan dalam bidang masing-masing studi. Antropolog Prancis Claude Levi-Strauss dikatakan sebagai ilmuwan pertama, memicu minat yang luas dalam hal Strukturalisme.
Model strukturalis penalaran telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk antropologi, sosiologi, psikologi, kritik sastra, ekonomi dan arsitektur. Pemikir yang paling menonjol terkait dengan strukturalisme termasuk Levi-Strauss, ahli linguistik Roman Jakobson, dan psikoanalis Jacques Lacan. Sebagai gerakan intelektual, strukturalisme awalnya dianggap menjadi pewaris eksistensialisme. Namun, pada 1960-an, banyak dari prinsip dasar strukturalisme diserang dari gelombang baru intelektual terutama dari Perancis seperti filsuf dan sejarawan Michel Foucault, filsuf dan komentator sosial Jacques Derrida, filsuf Marxis Louis Althusser, dan kritikus sastra Roland Barthes. Meskipun unsur pekerjaan mereka selalu berhubungan dengan strukturalisme dan diinformasikan oleh itu, teori ini umumnya disebut sebagai post-strukturalis.
Pada 1970-an, strukturalisme dikritik karena kekakuan dan ahistorisme. Meskipun demikian, banyak pendukung strukturalisme, seperti Lacan, terus menegaskan pengaruh pada filsafat kontinental dan banyak asumsi dasar dari beberapa kritikus strukturalis bahwa pasca-strukturalis adalah kelanjutan dari strukturalisme.
B. Masa perkembangan filsafat Strukturalisme
Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralisme sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis.Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan
C. Pengertian Filsafat Strukturalisme
Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertengahan abad ke-20 mendapat reaksi dari aliran Strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan individu, maka strukturalisme juga melihat manusia “terkungkung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.
- Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistik yang dirintis oleh Ferdinandde Saussure.
- Strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Di sini metodologi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah, kebudayan dan alam, yaitu dengan membuka secara sistematik struktur-struktur kekerabatan dan struktur-struktur yang lebih luas dalam kesusasteraan dan dalam pola-pola psikologik tak sadar yang menggerakkan tindakan manusia.
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudyaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu lain.
Para sturukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat Fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat manusia dari sudut pandang yang subjektif.
D. Tujuan Strukturalisme
Tujuan Strukturalisme adalah mencari struktur terdalam dari realitas yang tampak kacau dan beraneka ragam di permukaan secara ilmiah (obyektif, ketat dan berjarak). Ciri-ciri itu dapat dilihat strukturnya:
- Bahwa yang tidak beraturan hanya dipermukaan, namun sesungguhnya di balik itu terdapat sebuah mekanisme generatif yang kurang lebih konstan.
- Mekanisme itu selain bersifat konstan, juga terpola dan terpola dan terorganisasi, terdapat blok-blok unsur yang dikombinasikan dan dipakai untuk menjelaskan yang dipermukaan
- Para peneliti menganggap obyektif, yaitu bisa menjaga jarak terhadap yang sebenarnya dalam penelitian mereka
- Pendekatan dengan memakai sifat bahasa, yaitu mengidentifikasi unsur-unsur yang bersesuaian untuk menyampaikan pesan. Seperti bahasa yang selalu terdapat unsur-unsur mikro untuk menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapan.
- Strukturalisme dianggap melampaui humanisme, karena cenderung mengurangi, mengabaikan bahkan menegasi peran subjek.
Ciri-ciri strukturalisme adalah pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan tabiat, sifat-sifat yang terkait dengan suatu hal melalui pendidikan. Ciri-ciri itu bisa dilihat dari beberapa hal; hirarki, komponen atau unsur-unsur, terdapat metode, model teoritis yang jelas dan distingsi yang jelas.
Para ahli strukturalisme menentang eksistensialisme dan fenomenologi yang mereka anggap terlalu individualistis dan kurang ilmiah. Salah satu yang terkenal adalah pandangan Maurice Meleau-Ponty yang menentang fenomenologi dan eksistensialisme tubuh manusia. Pounty menekankan bahwa hal yang fundamental dalam identitas manusia adalah bahwa kita adalah objek-objek fisik yang masing-masing memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan unik dalam ruang dan waktu.
E. Tokoh tokoh Filsafat Struktural
1. Ferdinand de Saussure
Strukturalisme sebagai metode berpikir dalam memahami realitas dimulai oleh Ferdinand de Saussure (1857-1913 M), seorang ahli Linguistik yang mempelajari bahasa dari sudut pandang strukturnya.
Menurut Ferdinand de Saussure Strukturalisme memiliki dua pengertian, yaitu:
- Strukturalisme adalah metode atau metodologi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip Linguistik.
- Strukturalisme adalah aliran filsafat yang hendak memahami manusia, sejarah dan kebudayaan serta hubungan kebudayaan dengan alam dengan memakai metode struktural. Strukturalisme menyelidiki pola-pola dasar yang tetap dalam berbgai realitas.
2. Claude Levi-Strauss
Claude Levi-Strauss, lahir 28 November 1908 – meninggal 30 Oktober 2009 pada umur 100 tahun) adalah antropolog dan etnolog Prancis, dan disebut sebagai “bapak antropologi modern”.
Dia berpendapat bahwa “pikiran primitif” memiliki struktur yang sama dengan pikiran yang “beradab” dan bahwa ciri-ciri manusia itu sama saja di mana-mana. Pengamatannya ini berpuncak pada bukunya yang terkenal, Tristes Tropiques, yang menempatkan dia sebagai tokoh utama dalam aliran pemikiran strukturalis, tempat di mana gagasan-gagasannya menjangkau berbagai bidang, termasuk humaniora, sosiologi dan filsafat. Strukuralisme didefinisikan sebagai “pencarian pola-pola pikiran tersembunyi di dalam segala bentuk kegiatan manusia”.
Dia telah menerima kehormatan dari berbagai universitas di seluruh dunia dan memimpin Antropologi Sosial di Collège de France (1959–1982). Dia terpilih sebagai anggota Akademi Prancis atau Académie Française pada 1973.
pemikirannya terkenal dengan Strukturalisme dan Antropologi budaya. Dalam buknya yang berjudul “Struktur-struktur elementer kekerabatan” ia menganalisa dan menjelaskan sistem-sistem kekerabatan primitif dengan memakai metode strukturalis. Menurutnya, kekerabatan dapat dianggap sebagai semacam bahasa, karena aturan-aturan yang dimiliki klen-klen primitif di bidang kekerabatan dan perkawinan memang merupakan suatu sistem yang terdiri atas relasi-relasi dan posisi-oposisi, seperti suami-istri, anak-bapak, kakak-adik, dan lain-lain.
Selain Ferdinand de Saussure, berikut adalah beberapa tokoh dalam aliran strukturalismedan pemikirannya :
Jscues Lacan (1901-1981) lahir di Paris dan meraih gelar doktor dalam bidang kedokteran pada tahun 1932. Selain kedokteran, ia juga seorang psikiater. Maka dari itu, pemikirannya disebut Strukturalisme dan Psikoanalisa karena ia ingin membuat psikoanalisa menjadi suatu antropologi otentik dengan mengambi ilmu bahasa sebagai pedoman. Bahasa adalah suatu sistem yang terdiri dari relasi-relasi dan oposisi-oposisi yang mempunyai prioritas terhadap subyek yang berbicara, dan manusia tidak merancang sistem itu, tetapi ia takhluk padanya yang memungkinkan ia berbicara. Hal yang sama berlaku juga untuk ketidaksadaran. Ketidaksadaran merupakan suatu struktur, tetapi manusia sendiri tidak menguasai struktur ini. Ketidaksadaran adalah semacam logos yang mendahului manusia perseorangan. Usahanya adalah menjelaskan ketidaksadaran manusia dalam cahaya penemuan-penemuan linguistik tentang bahasa. Lacan selalu membahas percakapan psikoanalitis yaitu percakapan antara seorang psikoanalis dengan analisanya atau pasiennya. Dalam percakapan itu, ketidaksadaran tampak sebagai bahasa. Dalam percakapan psikoanalitis subyek tidak berbicara, tetapi subyek dibicarakan. Atau bukan saya yang berbicara, ada yang bicara dalam diri saya.
Roland Barthes (1915-1950) lahir di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne dan Paris. Pada umur 64 tahun, ia meninggal tertabrak mobil di jalanan paris. Pemikirannya tentang Strukturalisme dan Kritik Sastra. Setelah ia membaca buku karangan Saussur yang berjudul kursus Tentang Linguistik Umum, ia mulai menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang yang lain. Menurutnya semiologi termasuk linguistik tapi bukan sebaliknya. Barthes melukiskan prinsip-prinsip linguistik dan relevaninya dengan bidang lain. Dari sudut pandang strukturalistis, ia memberikan suatu interpretasi baru tentang Jean Racine, seorang dramawan besar dari sastra Prancis abad ke-17. Pendekatan baru tentang sastra yang diusahakan Barthes diberi nama “Kritik Sastra yang Baru”. Interpretasi ini diserang tajam oleh Raymond Picard, profesor Universitas Surbonne, yang membela pandangan tradisional tenang Racine.
Louis Althusser (1918-1990) seorang tokoh filsuf dari golongan marxisme. Pemikirannya adalah tentang persamaan Stukturalisme dan Marxisme.
Michel Foucault (1962-1984). Pemikirannya disebut Strukturalisme dan Epistemologi. Epistemologi disini adalah refleksi filosofis tentang kodrat dan sejarah ilmu pengetahuan. Menutnya pada tiap-tiap zaman mempunyai pengandai-andaian tertentu, prinsip-prinsip tertentu, cara-cara pendekatan tertentu. Deangan kata lain tiap zaman mempunyai apriori historis tertentu
Filsafat Struktural Ferdianand de Saussure
Munculnya paham baru kian terlihat yakni sekitar pada zaman kontemporer yakni diawal abad kedua puluh. Dimana pada abad tersebut orang berpikir lebih mengarah pada abad kedua puluh tersebut. Salah satu paham baru yang muncul tersebut yakni Strulturalisme yang dicetuskan oleh tokoh bernama Ferdinand de Saussure.
Akar dasar dari pemikiran ini sendiri dari Ferdianand de Saussure yakni meletakkan dasar linguistik dan tata bahasa. Meski De Saussure jarang mempublikasikan karyanya, namun dari karyanya mengenai ilmu linguistik itulah ia memberikan konstribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan juga filsafat di masa kehidupan manusia saat ini atas ilmu linguistiknya. Ia pun akhirnya terkenal menjadi bapak linguistik (Hasan, 2012:56).
Latar belakang kehidupan Ferdinand de Saussure yakni ia adalah seorang yang berkebangsaan Swiss yang lahir di Jenewa pada tanggal 26 November 1857 dan meninggal pada umur 55 tahun bertepatan pada tanggal yakni 22 Februari 1913. Ketika ia meninggal, ia memiliki dua orang murid yang pernah ia ajar di Jenewa yang nantinya dari kedua murid itulah karya tulisan dari de Saussure dapat tersebar dan dipelajari khalayak umum.
Pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika dan ilmu-ilmu alam lainnya. Sedangkan ciri khas strukturalisme yang begitu signifikan yakni adanya pemusatan pada deskripsi keadaan aktual objek melalui penyelidikan, penyingkapan sifat-sifat instriknya yang tidak terikat oleh wktu dan penetapan hubungan antara fakta atau unsur-unsur sistem tersebut melalui pendidikan.
Berawal dari seperangkat fakta yang diamati pada permulaannya, strukturalisme menyingkapi dan melukiskan struktur inti dari suatu objek (hierarkinya, kaitan timbal balik antara unsur-unsur pada setiap tingkat), dan lebih lanjut menciptakan suatu model teoritis dari objek tersebut.
Pengertian dari istilah Strukturalisme sendiri adalah cara filsafat yang mendasari semua pemikiran abad modern ini, sedangkan linguistik itu sendiri merupakan salah satu ilmu yang paling sistematis dalam bidang humaniora. Akar strukturalisme adalah filsafat bahasa Saussure yang pada umumnya karyanya diabaikan sampai tahun lima puluhan hingga enam puluhan, ia menangkap makna pengamatan terhadap struktur bahasa, dari pada logika jalan.
. Pada tahun 1960-an strukturalisme telah menjadi model dikota Paris. Secara sederhana strukturalisme adalah pandangan bahwa setiap wacana, baik wacana filsafat maupun lainnya adalah sekedar sebuah struktur didalam bahasa tidak lebih. Teks tidak memberikan sesuatu yang lain kecuali teks itu sendiri, tidak ada lainnya dibalik bahasa.
Ferdinand de Saussure (1857-1913) telah meletakkan dasar linguistik modern. Dia adalah orang Swiss yang untuk beberapa waktu mengajar di Paris dan akhirnya menjadi professor di Jenewa. Selama hidupnya ia mempublikasikan sedikit karangannya. Buku yang mengakibatkan namanya menjadi tersohor di bidang linguistik ditebitkan oleh dua orang muridnya yang bernama Charles Bally and Albert Sechehaye. Penerbitan buku itu sendiri yakni tiga tahun setelah kematiannya. Buku karya de Saussure yang diterbitkan itu diberi judul Cours de linguistique general pada tahun 1916 dan berisikan mengenai kursus tentang linguistic umum.
Beberapa prinsip dasar yang digunakan oleh tokoh-tokoh strukturalisme berasal dari teori linguistik yang diuraiakan dalam buku tersebut. Tentu itulah hal yang kian menjadikan pemikiran de Saussure sendiri semakin bernilai dan berguna. Struktur dalam bahasa, istilah struktur berkaitan dengan bahasa sebagai sistem. Pendekatan struktural tentang bahasa mengandung arti pendekatan yang menganggap bahasa sebagai sistem dengan ciri-ciri tertentu, pemakaian kata “struktur” dalam strukturalisme disertai oleh seluruh konteks yang telah diuraikan yaitu significant-signifie, parole-langue, sinkroni diakroni.
Pertama, secara singkatnya Signifiant merupakan penandaan yang ditandakan. Penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna. Significant adalah aspek material dari bahsa, yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Sedangkan signifie (yang ditandakan) adalah gambaran mental, fikiran atau konsep. Signifie adalah aspek mental dari bahasa. Tanda dan bahasa selalu mempunyai segi yaitu significant dan signifie. Itulah mengapa Significant dan Signifie harus disandingkan menjadi satu agar suatu hal dapat dikenali tanda. Karena suatu signifie itu sendiri tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari significant. Yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan demikian merupakan suatu faktor linguistic.
Kedua, yakni bahwasannya mengenai bahasa individual dan bahasa bersama. Tanda awal dari adanya gejala bahasa secara umum disebut dengan istilah yang bernama langage. Dalam langage itu sendiri masih terbagi lagi menjadi dua pembahasan yakni dibedakan antara parole dan langue. Parole dimaksudkan sebagai pemakaian bahasa yang individual yang artinya dipakai oleh perseorangan (satu orang saja).
Meski parole tidak dipelajari dalam ilmu linguistik, namun dalam Linguistik menyelidiki unsur lain dari langage yaitu langue. Langue dimaksudkan sebagai bahasa yang pemakaiannya milik bersama dari suatu golongan bahasa tertentu. Sehingga akibatnya yaitu, langue melebihi semua individu yang berbicara dengan bahasa itu.
Karya yang terkenal dari de Saussure yang berjudul Course in general Linguistic, sebenarnya tersusun dari catatan kuliah serta catatan murid-muridnya mungkin bisa dilihat sebagai bagian dari pemenuhan keyakinan de Saussure bahwa bahasa itu sendiri harus ditinjau ulang agar linguistik memiliki landasan yang mantap.
Seperti yang ditunjukkan dalam buku karya berjudul Course, dalam sejarah linguistik, pendekatan Saussure pada umumnya dianggap menentang dua pandangan kontemporer yang berpengaruh tentang bahasa. Yang pertama adalah yang diusulkan pada tahun 1660 oleh Lancelot dan Gramaire de port-royal, Kedua yakni karya dari Arnaud, dimana bahasa dilihat sebagai cerminan pikiran dan didasarkan atas logika universal saja.
Tepat menurut waktu dan menelusuri waktu, bahasa dapat dipelajari menurut dua sudut sinkron dan diskroni, sinkroni berarti “bertepatan menurut waktu” dan diakron “menelusuri waktu”. Diskroni adalah peninjauan historis, sedangkan singkroni menunjukkan pandangan yang lepas dari perspektif historis, sedangkan Sinkron adalah peninjauan ahistoris (keluar dari subjek historis).
Diantara faktor-faktor yang memajukan perkembangan strukturalisme di dalam beberapa ilmu ialah diciptakannya semiotic, ide-ide Ferdinand de Saussure dalam linguistic, ide-ide Levi Strauss dalam etnologi, dan L.S. Vygtsky dan piaget dalam psikologi, serta tampilnaya metalogika dan metamatika.
Bila diterapkan pada ilmu-ilmu individual, metode-metode struktural mengakibatkan akibat-akibat positif : misalnya dalam linguistic pendekatan ini membantu membuat suatu deskripsi tentang bahasa yang tidak tertulis, membuat sandi prasati dalam bahasa, dll. Gagasan strukturalisme juga mempunyai metodologi tertentu dalam memajukan studi interdisipliner tentang gejala-gejala budaya, dan dalam mendekatkan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan ilmu-ilmu alam.