Laporan Praktikum Preferensi Organisme Terhadap Suhu

Praktikum Preferensi Organisme Terhadap Suhu

A. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui preferensi ikan Cupang (Betta splendens) terhadap suhu.

B. Dasar Teori

Organisme untuk bertahan hidup dan dapat bereproduksi dalam suatu tempat menunjukkan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan. Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu, jadi faktor suhu sangat penting untuk kehidupan dalam ekosistem perairan (Indriyanto, 2008).

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme (Basri, 1992).

Salah satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka terhadap perubahan suhu dan perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografis, ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air. Suhu merupakan faktor yang sangat menentukan aktivitas enzim di dalam tubuh organisme. Peningkatan suhu tubuh pada rentang kisaran toleransi hewan akan menyebabkan kenaikan aktivitas enzim dalam membantu reaksi metabolisme. Suhu yang ekstrim tinggi menyebabkan protein sebagai komponen utama penyusun enzin akan rusak atau terdenaturasi dan menyebabkan enzim tidak mampu lagi dalam melakukan fungsinya sebagai biokatalisator. Demikian juga jika suhu tubuh turun sangat ekstrim bahkan di bawah kisaran toleransinya akan menyebabkan aktivitas enzim sangat rendah. Dibandingkan dengan lingkungan daratan, lingkungan perairan mempunyai variasi suhu yang relatif sempit (Wolf, 1992).

Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Selanjutnya adapula ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk  jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun (Dharmawan, 2001).

Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa species mampu hidup pada suhu air mencapai 29oC, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas (Odum, 1993).

C. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:

Hari/tanggal            : Sabtu/24 Mei 2014

Waktu                     : 08.00-10.00 WITA

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat tulis menulis kotak kaca persegi empat, bunsen, korek, kaki tiga dan kawat kasa.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu ikan Cupang, air dan es batu.

E. Cara Kerja

Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengisi kotak percobaan dengan air setinggi 4 cm. Mengisi salah satu ujung kotak dengan bongkahan es dan memanasi bagian ujung lain dengan bunsen.

2.  Mengupayakan suhu pemanasan tidak melebihi 35oC dengan mengatur nyala api dari bawah kotak.

3.  Mencatat suhu setiap ruang atau zona. Setelah terjadi gradien suhu dari yang dingin ke yang lebih panas, memasukkan 20 ekor ikan Cupang di bagian tengah kotak. Biarkan selama 5-10 menit.

4.  Mengamati penyebaran ikan-ikan tersebut.

5.  Mencatat kondisi suhu di setiap zona dan jumlah ikan yang terdapat di zona masing-masing.

6.  Melakukan pengamatan yang serupa sebanyak 3 kali setiap interval waktu 5 menit.

7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

F. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut ini:

NoZonaSuhu (oC)Jumlah Ikan
BetinaJantan
1Panas26oC22
2Sedang24oC11
3Dingin23oC13

G. Pembahasan

Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah Ikan cupang ini adalah ikan air tawar yang mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara (aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup. Habitat merupakan tempat hidup di mana ikan cupang akan beraktivitas selama hidupnya. Di habitat yang sesuai, ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH), air, suhu perairan, serta kesadahan.

Ikan cupang adalah ikan hias yang sangat dikenal oleh masyarakat khususnya anak-anak, karena ikan tersebut selain rupanya yang cantik juga dapat merupakan ikan yang menarik bila diadu. Ikan ini juga sering disebut ikan laga dan nama latinnya adalah Betta splendens, termasuk dalam famili Anabantidae (Labirynth Fisher). Ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik atau kusamdan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.

Dalam praktikum ini, ikan cupang yang digunakan sebanyak 10 ekor ikan cupang yaitu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina. Pada pengamatan yang dilakukan memperlihatkan hasil 2 ekor ikan cupang betina dan21 ekor ikan cupang jantan telah berada pada zona panas yaitu suhu 26oC, 1 ekor ikan betina dan  1 ekor ikan jantan berada pada zona sedang. Sedangkan 1 ekor ikan betina dan  3 ekor ikan jantan berada pada zona dingin. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka data yang diperoleh sesuai dengan teori bahwa ikan cupang hidup pada zona panas dengan kisaran suhu 24oC-30oC.

Di alam, ikan cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat ikan cupang di alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5-7,5 dan suhu air 24oC-30oC.

H. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah ikan cupang (Betta splendens) adalah ikan yang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawah, persawahan, serta perairan tawar lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa habitat ikan cupang umumnya di perairan dengan suhu air 24oC – 30oC.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan.  Ekologi Tanaman. Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Dharmawan. Ekologi LIngkungan. Surabaya: Bumi Aksara, 2001.

Odum, Ougene. Ekologi Air. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993.

Wolf. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992.

Indriyanto. Ekolologi Perairan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Comments

Leave a Reply

Index