Makalah Olahraga dan Ekonomi – Sport and The Economy

Olahraga dan Ekonomi

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Aktivitas olahraga dewasa ini sudah merupakan kebutuhan hidup baik bagi masvarakat pedesaan maupun perkotaan. Secara tidak disadari melakukan olahraga dapat mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang,  dan psikologis. Selain itu olahraga juga digunakan sebagai pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi, Pada umumnya orang melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Olahraga merupakan kebutuhan \setiap orang, tidak hanya  bagi yang masih muda saja, tetapi bagi yang lanjut usia (lansia), olahraga juga masih diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran akan terjaga, tetap sehat dan segar, sehingga dapat menikrnati kebahagiaan.

Kondisi tersebut diatas memberikan peluang bisnis yang sangat menarik dan menjanjikan untuk peningkatan ekonomi. Hal ini melihat kondisi perekonomian kita dewasa ini yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Melihat realita perekonomian tersebut, seseorang akan menentukan jenis usaha apapun akan menemukan banyak kendala karena barang-barang dagangan sering mengalami perubahan harga yang tidak rasional.

Dari fenomena tersebut usaha yang paling menjanjikan dan tidak terlalu banyak mengandung resiko adalah usaha jasa. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, usaha jasa secara ekonomi tidak memerlukan modal yang banyak, tetapi satu-satunya modal yang harus dimiliki adalah harus mempunyai keterampilan tertentu, misalnva menguasai dan trampil senam aerobik ataupun fitness.  Dengan mengusai hal tersebut sanggar-sanggar senam ataupun klub – klub kebugaran akan menghubungi untuk menjadi instruktur pada sanggar atau klub kebugarannya.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa Nilai Ekonomi Dalam Olahraga?
  2. Apa hubungan olahraga dengan ekonomi?

Bab II. Pembahasan

A. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga

Olahraga tidak hanya jasmani dan rohani tetapi juga bisa menjamin kesejahteraan atletnya,” bakat dan semangat saja dalam mengembangkan olahraga tidak cukup namun diperlukan manajemen olahraga yang baik dan benar.

Disaat dunia mengalami krisis keuangan global, disaat kebanyakan masyarakat negara-negara berkembang seperti Indonesia, dan negara-negara miskin di Afrika mengalami kelaparan dan kekurangan pangan, ada satu hal yang ingin saya perlihatkan kepada teman-teman semua, Ini mungkin menarik buat teman-teman yang menggemari olah raga sepakbola. Saya ingin membahas mengenai gaji para pemain sepakbola Eropa yang merupakan gaji tertinggi bagi pemain sepakbola di seluruh dunia. Ini adalah daftar 5 gaji para pemain tersebut yang merupakan gaji bulanan mereka:

  1. Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan / Swedia), dan Ricardo Kaka’ (AC Milan / Brazil), dengan gaji EURO 750.000 atau Rp. 11 Milyar 970 Juta perbulan
  2. Lionel Messi (FC Barcelona / Argentina) dengan gaji EURO 700.000 atau Rp. 11 Milyar 172 juta
  3. John Terry dan Frank Lampard (Chelsea FC dan Inggris) sebesar EURO 631.182 atau Rp. 10 Milyar 73 juta 664 ribu
  4. Thierry Henry dan Samuel Eto’o (FC Barcelona dan Perancis, Kamerun) sebesar EURO 625.000 atau sama dengan Rp. 9 Milyar 975 juta
  5. Pemain terbaik dunia 2008 versi FIFA, Christiano Ronaldo (Manchester United / Portugal) sebesar EURO 563.555 atau Rp. 8 Milyar 994 juta 337 ribu.

Melihat gaji diatas, rasanya fantastis dan luar biasa, karena nilai nominal nya yang begitu besar dan banyak, padahal itu hanya gaji mereka dalam sebulan. Coba bandingkan disini ? Berapa rata-rata penghasilan karyawan? Bahkan gaji mereka mengalahkan seorang Presiden. Pemain sepakbola di Indonesia-pun gaji tertingginya, berkisar antara Rp. 100 Juta perbulan (Bambang Pamungkas-Persija Jakarta).

Ini tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan, dan suatu Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor, pemain, pendukung, manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu besar dan mereka rata-rata bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka wajar di hargai semahal itu. Tapi tetap saja ini terasa tidak adil menurut saya, jika dikaitkan dengan bagaimana perekonomian di negara-negara berkembang, sangat jauh gap nya. Ini tidak lepas dari sistem ekonomi kapitalis, yang selalu mengeksploitasi apapun yang menghasilkan uang.

Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk. Contoh nilai ekonomi dalam olahraga antara lain:

  1. Studi di austraia juga menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar dihasilkan dari penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang aud$ 1,2 milyar terhadap gop (pereira,2004).
  2. Seperti olympiade los angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.

Organisasi olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi. Pakar sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga sejak zaman Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.

  1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
  2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
  3. Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin berkarier di olahraga, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus pilihannya. Bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
  4. Karakteristik keempat adalah terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia olahraga, dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan berjalan baik.
  5. Karakteristik kelima berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai tingkat dunia.
  6. Dengan makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalannya pertandingan. Itu merupakan karakteristik keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari peristiwa kesenian atau budaya lainnya.
  7. Karakteristik ketujuh menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
  8. Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik.

2.1.1   Hubungan olahraga dengan ekonomi

Hingga saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan olahraga cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang tendensius, daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah lebih baik digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta. Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.

Tetapi benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang bisa diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.

Bahwa untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak sedikit saya kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar. Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan olahraga dan ekonomi sebagai hubungan yang bersifat resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.

Dalam banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihatlah bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris, Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi, terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya, negara-negara maju juga lebih unggul.

2.1.2   Olahraga dan Bisnis  (Olahraga Komersil)

Sejauh ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersil merupakan bisnis yang unik. Pemilik dan sponsor adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana mereka mampu membayar atlet berikut timnya sementara. Olahraga komersial nampak telah menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya dipadukan dengan urbanisasi, industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan teknologi komunikasi.

Olahraga komersial juga telah mengakses para atlet mema­suki panggung hiburan, para atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan dengan hak-hak dan penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu mengenai hak-­hak pemain telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat gajipun meningkat. Gaji mereka akan semakin bertambah dari televisi yang menyiarkan pertandingan mereka

Bisnis adalah sebuah dunia yang berkaitan dengan aspek profit. Sementara olahraga adalah sebuah kegiatan yang pertama-tama berhubungan dengan masalah bagaimana membina manusia agar secara fisik dan mental menjadi lebih sehat dan baik. Bisnis dan olahraga, dengan demikian, adalah dua hal yang berbeda dan tidak saling berkaitan. Itu adalah sebuah pandangan dahulu.

Anggapan demikian tentu kini tidak lagi berlaku. Bisnis dan olahraga (sport) telah menjadi dua hal yang saling berdekatan dan saling mendukung. Kedekatan dan saling hubungan ini justru menjadi semakin kuat. Itu terbukti dari fakta bahwa pemasaran sebagai bagian penting dalam bisnis sering memanfaatkan setiap momentum dalam  kegiatan olahraga tertentu sebagai ajang untuk berpromosi. Dunia olahraga lalu berdampingan dengan dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi berjauhan dan terpisah, tetapi berdekatan dan saling membutuhkan.

Kenyataan seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa dimengerti. Dari sisi dunia olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis olahraga, apalagi untuk jenis-jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola, tinju, basket, tenis, voli – sekedar menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang paling banyak menarik perhatian publik. Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing) merupakan bagian yang sangat penting. Dalam aktivitas pemasaran, seluruh kemampuan dan daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan yaitu merebut sebanyak mungkin calon konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang ditawarkan. Publik luas lalu menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut calon konsumen tadi. Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga tertentu adalah momen yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata tertuju. Di sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang mampu menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan peluang bagi para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang dihasilkan. Cara ini tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia olahraga, dengan demikian, dapat dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan hampir selalu menjadi hal yang penting bagi sebuah komunikasi bisnis.

Beberapa aktivitas di dunia olahraga dapat dikemukakan sebagai bukti untuk mendukung penjelasan di atas. Di tingkat Internasional, sebagai contoh, ajang balap Internasional Formula 1 digunakan oleh para produsen mobil untuk mensponsori pembalap yang dipandang dapat merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang lain, ajang pertandingan sepakbola Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan untuk mempromosikan berbagai produk seperti minuman penyegar dari berbagai merk, pakaian, sepatu, dan berbagai jenis perlengkapan olahraga, dst. Di tingkat Nasional, hal serupa –  kerjasama dan hubungan anatra bisnis dan olahraga –  juga terjadi. Perusahaan Sampoerna, yang memproduksi berbagai jenis rokok, telah beberapa kali menggelar turnamen liga bola Voli Sampoerna Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung antara bisnis dan olahraga tentu saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup menyebutkan beberapa saja.

Pembinaan olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang berjiwa wirausaha.

Pelaku dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang matang dan dapat diandalkan.

Dalam kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.

Pengelolaan olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan tetapi keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk, pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada saat yang tepat, di tempat strategis. Ada beberapa persyaratan agar kegiatan olahraga dapat menjadi bisnis:

1.         Masyarakat sudah memiliki kesadaran olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan (inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.

2.         Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer (perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara (pemerintah, swasta, masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan masyarakat ini.

3.         Para pengusaha sudah menyadari potensi dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat olahraga, perdagangan peralatan olahraga.

4.         Pemilik modal dan pengurus organisasi keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya mereka memiliki jiwa wirausaha.

Peluang semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan televisi menjadi sangat penting.

2.1.3   Olahraga dan Ekonomi Pariwisata

Olahraga merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada manusia untuk bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah menggantikan peran yang destruktif dan melenyapkan kebudayaan. Menurut Arismundar (1997), pariwisata juga akan merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan, keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan berkembang sampai ke wisata ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.

Penyelenggaraan pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga iuga akan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis. Pariwisata dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.

Pariwisata dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan pariwisata dan olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru, jasa dan produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan pariwisata dan olahraga serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka koordinasi dan dukungan semua pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang organisasi olahraga, pelaku usaha dan organisasinya, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) sangat diperlukan.

Promosi pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga berorientasi pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi, pameran, acara adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan pariwisata sendiri.

Satu cita-cita mulia yang belum berhasil diwujudkannya adalah membawa olahraga Indonesia menjadi sebuah industri yang membanggakan. Sebab, dengan mengindustrikan olahraga, secara ekonomi para atlet kita  bisa mapan. Karena, dengan mengindustrikan olahraga, segala aktivitas bisnis dilibatkan di dalamnya, sehingga semua pembiayaan olahraga yang profesional dengan fasilitas yang lengkap dapat tercipta.

Pertanyaannya, apakah olahraga kita dapat dijadikan industri? Apa pun jawabannya, harus diakui jika ingin memajukan olahraga nasional, mengindustrikan olahraga menjadi suatu keharusan. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang sangat terbatas.

Persoalannya, sepak bola yang digandrungi publik saja, masih belum 100 persen menjadi industri. Misalnya, banyak klub sepak bola masih “menyusu” pada dana APBD lantaran belum dapat menjadikan sepak bola sebagai industri. Karena, indikasi olahraga industri adalah kemampuan menutup biaya operasional dari kegiatan olahraga itu sendiri.

Bulu tangkis dan tinju pun belum seberapa sanggup mengindustrikan dirinya. Perusahaan yang bersedia menjadi sponsor pun tak banyak. Ini disebabkan minat publik terhadap kedua cabang ini masih minim. Lalu, apakah cabang olahraga lain yang sangat minim peminatnya, dapat dijadikan industri? Sulit dibantah bahwa jika ingin mengindustrikan olahraga, maka usaha pertama adalah menjadikan olahraga itu diminati publik, sehingga dapat merangsang dunia usaha untuk mensponsorinya. Karena, bagi dunia industri, segala biaya yang dikeluarkan harus berjalan paralel dan linear dengan produktivitas dan keuntungan. Setiap biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam dunia olahraga harus memiliki keuntungan ekonomi.

Jadi, usaha dari Kemenpora dan para pengembang olahraga adalah sejauh mungkin menciptakan sinergi kepentingan dan keuntungan antara olahraga dengan dunia bisnis. Jika tidak, amat sulit mewujudkan misi mengindustrikan olahraga. Cita-cita mulia itu pun akhirnya hanya menggantung di awan.

BAB II

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial. Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media menjadi sangat besar, keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak terlepaskan. Olahraga dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membawa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih baik..

Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar. Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang sangat terbatas, maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana menjadikan olahraga sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar olahraga di Indonesia dapat berkembang seperti negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Olahraga Depdiknas, 2003 Kebijakan Pemerintah Di Bidang Olahraga. Makassar. KONI Daerah Sulawesi Selatan.

Harzuki, 2003. Manajemen Olahraga. Jakarta

Litbang KONI Pusat, 2004. Struktur Berprestasi Tinggi. Jakarta: Penerbit Pusat Penataran Litbang KONI Pusat.

Noerbai, 2003. Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Suhantoro, 2003. Membangun kembali Olahraga Nasional dengan Pendekatan IPTEK Malang. Jatim: Makalah seminar Universitas Negeri Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta.

http://raswingayo.blogspot.co.id/2010/03/olahraga-dan-ekonomi.html (diakses tanggal 20 November 2015).

https://jalu89.wordpress.com/2010/04/08/hubungan-olahraga-dengan-politik-ekonomi-hiburan-perdamaian-dunia-suku-dan-agama/ (diakses tanggal 20 November 2015).

http://akbar-yusuf.blogspot.co.id/2013/07/sosiologi-olahraga.html (diakses tanggal 20 November 2015).

Comments

Leave a Reply