Sejarah Celana Panjang

celana panjang berarti pakaian luar yang menutup pinggang sampai mata kaki. Namun juga ada jenis yang hanya sampai lutut bila menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).Berbicara tentang celana, ternyata pakaian ini memiliki sejarah yang panjang bahkan menyinggung tentang kesetaraan gender.

Adrienne Mayor, sejarawan dari Universitas Stanford pun membahasnya dalam jurnal berjudul “Who Invented Trousers?” yang dipublikasikan pada Oktober 2014 lalu.Dalam jurnal tersebut Adrienne menjelaskan penemuan celana bermula sejak zaman pahlawan mitos Yunani kuno. Kala itu ada sekelompok pejuang wanita Amazon yang melawan Hercules yaitu anak dewa Zeus.

Namun di dunia modern kisah itu disebut hanya mitos belaka hingga ditemukan bukti arkeologi pada tahun 1980an. Penemuan itu berupa kerangka wanita dengan bekas luka pertempuran dengan senjata

Penemuan itu pada akhirnya membuktikan bahwa wanita suka berperang benar-benar ada di antara pengembara stepa Scythian di Eurasia. Masyarakat Yunani memahami bahwa kebenaran itu memang nyata lantaran ada seribu wanita pejuang digambarkan dalam lukisan vas Yunani.

Lukisan itu memperlihatkan wanita mengenakan tunik dan celana panjang atau legging seperti yang dikenakan oleh pria suku Scythians.

Padahal pakaian pria Yunani pada saat itu standarnya menggunakan kain persegi panjang yang dibungkus dan diikat dengan pin serta ikat pinggang, mirip dengan budaya kuno lainnya.

Penemuan Celana Panjang dari Mumi
Celana panjang paling awal ditemukan dari lemari mumi kering yang penuh di Cekungan Tarim, di China bagian barat laut. Mumi ini diperkirakan berasal dari tahun 1200-900 SM. Celana tersebut ditemukan bersama dengan mantel bulu dengan manset dan rok lebar dengan legging warna-warni dari wol.
Kemudian pada 1984, arkeolog menemukan celana panjang dalam kuburan massal yang berisi kerangka dari sekitar 133 pengembara laki-laki dan perempuan di Xinjiang, China. Mereka diperkirakan tewas dalam sebuah serangan pada abad ke-3 hingga pertama SM.

Pakaian juga ditemukan masih membungkus tulang-tulang tersebut termasuk celana panjang. Celana ini terbuat dari potongan-potongan permadani dari wol yang mahal dengan motif bunga, burung, dan lain-lain.

Ada juga celana yang bermotif Sentaurus yang meniup terompet perang yang digunakan oleh Scythians dan Amazons, seperti yang digambarkan dalam seni Yunani.

Para arkeolog menduga bahan-bahan untuk membuat celana tersebut berasal hiasan dinding yang dijarah selama penyerangan ke wilayah-wilayah Barat.

Melalui berbagai penemuan masyarakat Yunani Kuno, Adrienne menemukan bahwa tulisan dan karya seni tentang penemu celana berhubungan dengan wanita “barbar” atau wanita Amazon yang kuat.

Pada tahun 600 SM dalam seni Yunani, celana panjang telah menjadi lambang pemanah asing khususnya bangsa Scythians, Persia dan Amazon. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keahlian berkuda yang luar biasa.

Di balik berbagai penemuan tersebut, ada satu kekhawatiran yakni kenyataan bila pria dan wanita sering kali mengenakan pakaian yang sama yakni topik, tunik, ikat pinggang, sepatu boot dan celana panjang.

Meski khawatir, berbagai kenyamanan yang diberikan oleh celana sebagai pakaian unisex membuat orang Yunani tenang. Hal tersebut menjadi tanda bila baik pria maupun wanita bisa berperilaku dengan cara dan terlibat dalam aktivitas fisik yang sama seperti penunggang kuda.

Efisiensi celana panjang kemudian diilustrasikan dengan jelas dalam catatan tentang Rani Lakshmi Bai dari Jhansi. Rani Lakshmi Bai adalah pahlawan wanita pemberontakan India pada tahun 1857 melawan Inggris.

Setelah suaminya terbunuh, Rani menarik bagian depan pakaian sarinya di antara kedua kakinya lalu menyelipkannya ke ikat pinggang. Sehingga membentuk celana longgar agar bisa ikut berperang. Gaya ini kemudian disebut sebagai veeragacche yang berarti selipan prajurit atau ikat pinggang pahlawan.

Keadaan lain yang berhubungan dengan sejarah celana panjang adalah ketika celana panjang digunakan sebagai teknologi militer penting di Cina pada periode berperang.

Para pemanah berkuda pria dan wanita secara alami mengenakan celana padahal pasukan lainnya mengenakan jubah. Pada kisah Zhan Guo Ce (Chronicles of the Warring states) menggambarkan bagaimana Raja Wuling dari Negara Bagian Zhao di Cina Barat Laut memerintahkan pasukannya untuk mengadopsi pakaiannya suku barbarian.

Yaitu menggunakan celana panjang, sepatu boot dan topi serta berlatih menunggang kuda untuk melakukan berlawanan. Akhirnya Wuling yang mengadopsi kombinasi kavaleri dan celana gaya Xiongnu bersama pasukannya memenangkan perang dan menyatukan negara-negara yang berperang.

Seiring berjalannya waktu, kavaleri menjadi semakin penting dalam peperangan dan celana panjang menjadi pakaian bergengsi bagi penunggang kuda bangsawan.

Kepraktisan dan status sosial yang tinggi dari celana panjang menyebar ke dunia Barat sehingga korelasi sejarah yang kuat antara berkuda dan pakaian pengembara yang pernah dipahami bangsa Yunani sayangnya dilupakan.

Itulah sejarah tentang celana panjang yang sangat mendalam. Jadi makin tahu kan detikers?

Comments

Leave a Reply