Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya. Kemunculan suatu gaya atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya secara selaras atau bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses perkembangannya bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.
Daftar isi
Aliran dalam seni rupa
Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak enak dilihat (kumuh, mengerikan). Dari aliran ini berkembang aliran:
- Realisme Cahaya: Impresionisme.
- Realisme Baru/Sosial: Menggunakan objek dampak industri di perkotaan.
- Realisme Fotografis: Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuatan untuk menyamai hasil fotografi yang sangat detail dalam menangkap objek.
Tokohnya: Annibale Carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau, Thomas Couture.
Naturalisme
Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan membuai saja, secara visual seperti objek aslinya (fotografis).
Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.
Tokoh: Rembrandt, George Cole, John Constable, Luis Alvarez Catala, William Callow, Paul Alfred Curzon.
Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.
Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
Impresionisme/Realisme Cahaya/Light Painting (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukiskan berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas/tidak detail.
Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul Cezane.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi Post Impresionis. Ini bukan aliran, melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan perenungan problem cahaya dengan lebih mendalam, sehingga mencari jalan sendiri-sendiri.
Mereka menggabungkan keindahan alam dengan keindahan seni. Untuk itu harus mengubah dulu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang lebih mengena. Misalnya Henri Rosseau mengupayakan efek cahaya dengan stilasi. Paul Signac atau George Seurat dengan kesabarannya membuat titik-titik warna yang bervariasi dan berdekatan sehingga menimbulkan efek/kesan warna yang baru (Pointilisme). Vincent van Gogh mengembangkan teknik ini secara ekspresif dengan menggunakan teknik variasi garis-garis pendek berwarna.
Ekspresionisme (1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual tidak lagi menjadi pertimbangan estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlach.
Fauvisme (1900-an)
Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya, sehingga mendapat julukan Les Fauves (binatang jalang) dari kritikus Prancis Louis Vauxcelles. Julukan tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan lama.
Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.
Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain, George Rouault, Maurice de Vlaminck.
Kubisme (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi empat, lingkaran , oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan di antara bagian-bagian itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henri Moore, Fernand Leger, A. Archipenko, Juan Gris.
Selanjutnya berkembang menjadi dua konsep sebagai berikut.
- Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis atau dibentuk sekaligus.
- Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpah tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
Futurisme (1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktivitas. Tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis
Tokohnya: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla, Marchel Duchamp.
Dadaisme (1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosial dan etika akibat perang dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan.
Tokohnya: Marchel Duschamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy.
Surealisme (1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol kesadaran/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol kesadaran/terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga menampakkan kesan aneh atau fantastik. Selanjutnya terdapat dua kecenderungan, yaitu:
- Surealisme Figuratif
Penampakannya masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga penguasaan teknik masih diperlukan. Tokohnya: Carlo Carra, Gino Severini, Giorgio de Chirico, Marc Chagal, Salvador Dali.
- Surealisme Abtraktisme
Sudah digayakan mendekati abstrak.Tokohnya: Joan Miro, Paul Klee, Wilfredo Lam.
Abtrakisme (1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme, Futurisme, atau Surealisme, tapi mereka memiliki perbedaan konsep yang mendasar
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum Abtrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak lagi berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.
- Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan abstrak. Tokoh: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta.
Selanjutnya terbagi lebih spesifik menjadi:
Color Field Painting
Menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar berwarna. Tokoh: Francis Picabia, Ben Nicholson.
Action Painting
Lebih mengutamakan aksi atau cara melukis daripada bentuk. Tokoh: Jakson Pollock, Paul Klee, Therese Oulton.
- Abstrak Geometris/Abstraksionisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk non-objektif. Tokoh: Wassily Kandinsky. Selanjutnya berkembang menjadi lebih spesifik. Terbagi menjadi:
Suprematis
Lebih mengutamakan supremasi perasaan murni dengan objek yang tidak memusingkan. Tokoh: Kasimir Malevich.
Neoplastisisme
Konsepnya adalah pembebasan esensi atau unsur seni rupa seperti garis dan warna dari beban peniruan alam. Bidang datar tidak untuk memanipulasi gambaran ruang. Pemurnian dan penyederhanaan ini diusahakan untuk mencapai universalitas. Tokoh: Piet Mondrian.
Konstruktivisme
Penganut aliran ini berusaha mengonstruksi bentuk tiga dimensi/trimatra yang abstrak menggunakan bahan bangunan modern dari besi, kawat, kayu, dan plastik. Tokoh: Vladimir Tatlin, Antonie Pevner, Naum Gabo, Alexander Calder, Max Bill.
Optical Art
Unsur yang dipakai adalah bentuk geometris yang berulang. Garis, bentuk,, dan warna diatur dengan akurasi yang tepat untuk memunculkan kesan tekstur atau ruang yang dapat mengelabu penglihatan. Mengutamakan kesan ilmiah dan kurang memperhatikan ekspresi. Tokoh: Victor Vasarely, Richard Anuszkiewicz.
Pop Art (1970-an)
Pop Art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan tokoh idola, merupakan sumber inspirasi yang memotivasi gerakan ini.
Pop Art sering menggunakan media campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan dengan gaya foto, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu, logam, plastik, gibs, rongsokan, dan bahan lainnya. Pengaruh Dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat tampilan karya seninya.
Tokoh: Audrey Flack, Bill Woodrow, James Rosenquist, Klimt Gustaf, Peter Blake, Richard Hamilton, Robert Rouschenberg, Vladimir Baranov.
Post Modern/Kontemporer
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan gaya dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan konsep penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan kecenderungan praktis.
Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang berkembang sezaman dengan penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini merujuk pada waktu ketika banyak terjadi trend yang mewarnai suatu masa. Pada periode ini juga terdapat pembagian seni menurut konsumennya yaitu untuk kelas atas (high art) dan untuk kelas bawah (low art). Adapun karya seni rupa post modern/posmodern dapat dibagi menjadi sebagai berikut.
- Posmodern Terapan/Modernisme
Dalam posmodern terapan, penampilan seni murni (lukisan, patung) tetap ada. Namun, pada akhirnya keindahan motif dan desain menjadi inspirasi dan cenderung digunakan untuk karya seni pakai keperluan manusia. Misalnya berupa arsitektur bangunan, perabot rumah tangga, maupun benda-benda teknologi baru. Sementara, klasifikasi seni modernisme antara lain sebagai berikut.
Art Nouveau/Art Deco
Gaya ini berkembang didasarkan dekorasi garis lengkung meliuk baik simestris atau asimetris sebagai adaptasi bentuk ornamen dan wujud keterampilan membentuk barang dengan mesin.
Estetika Mesin
Konsepnya agak bertentangan dengan art deco. Benda atau karya yang dibentuk dengan bantuan alat atau mesin tampil apa adanya tanpa ornamen yang rumit.
Gaya Internasional
Merupakan pengembangan konsep sebelumnya yang cenderung diterapkan pada arsitektur bangunan.
Gaya Aerodinamis
Gaya ini diterapkan untuk mendesain kendaraan berkecepatan tinggi agar diperoleh tingkat aerodinamis yang maksimal. Namun, kemudian berkembang pada benda seni pakai yang lain.
Hi-Tec
Desain dengan gaya ini dirancang praktis untuk kebutuhan barang-barang teknologi tingkat tinggi agar mencapai tingkat efisiensi yang maksimal.
Bio Desain
Gaya bio desain merupakan desain hi-tec yang lebih fleksibel atau luwes karena diadaptasikan dengan bentuk yang ada di alam (hewan, tumbuhan, dan sebagainya).
- Posmodern Murni/Ekspresif
Gaya ini mungkin dapat diterapkan pada seni pakai, tetapi kecenderungannya lebih digunakan untuk berekspresi/sensasi. Berikut ini adalah contoh seni posmodern ekspresif.
Seni Instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses pembuatan seni patung yaitu teknik asembling (assemblage). Objek karya seni (biasanya tiga dimensi) dikreasikan dengan cara mengonstruksi, merakit, atau mengombinasikan berbagai media secara bersamaan. Teknik ini merupakan pengembangan dari periode Dadais yang membebaskan segala media dan cara untuk berkreasi.
Daftar Pustaka:
Nusantara, Yayat. Seni Budaya untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Bekasi, 2007.