Tata Kelola Ruang Kelas dan Efektifitas Pembelajaran
Pendidikan. Pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas sangat membutuhkan penataan dan pengelolaan yang benar-benar menunjang untuk proses pembelajaran. Penataan kelas yang rapih dan bersih akan mampu menumbuhkan konsentrasi dibanding dengan penataan kelas yang acak-acakan.
- jarak antara tempat duduk siswa dengan siswa lainnya;
- jarak antara tempat duduk siswa dengan tempat duduk guru;
- luas ruangan kosong di depan dan di belakang;
- lebar sekat antarkursi/meja siswa untuk jalan;
- aksesibiliti guru terhadap tempat duduk siswa dan sebaliknya;
MENUJU TATA KELOLA SEKOLAH YANG BAIK
Penerapan MIS (Management Information System) disekolah adalah keharusan agar didapat suatu tata kelola (management) sekolah yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Sekolah mempunyai Siswa dan Guru sebagai subject dari aktivitas disekolah. Setiap siswa mempunyai data siswa seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Guru disamping mempunyai data nama, alamat, dan seterusnya juga mempunyai data mulai mengajar, naik pangkat, dan seterusnya. Informasi yang didapat dari setiap siswa dan guru haruslah valid dan konsisten, untuk menjaga agar tetap valid dan konsisten haruslah dibuat suatu sistem yang mampu menjaganya.
Informasi bukan hanya terkait antara siswa dan guru tetapi juga yang berkaitan dengan sekolah, misalnya pembayaran siswa, pembukuan keuangan sekolah, pengolahan nilai siswa, absensi siswa dan guru, dan pengelolaan perpustakaan. Sumber informasi yang demikian banyak tersebut haruslah dikelola dengan rapi dan baik agar pengelolaan sekolah bisa ditingkatkan menjadi sekolah yang unggul dan profesional. Penerapan MIS di sekolah akan membuat semua informasi sekolah tetap valid dan kosisten mudah di akses, mudah dikelola sehingga management sekolah bisa menentukan yang terbaik buat sekolah.
TATA KELOLA ADMINISTRASI KELAS
Administrasi kelas atau administrasi mengajar merupakan salah satu komponen penting dalam pengelolaan sekolah. tata kelola administrasi kelas akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. hasil yang baik diawali oleh perencanaan yang baik, pengadaan, pengerjaan dan pengelolaan administrasi kelas merupakan tiga hal penting yang harus terus selalu dilaksanakan . Pada bagian lain penulis akan membahas secara rinci berkenaan dengan administrasi kelas dan pengelolaannya yang baik dan benar,
keyamanan;
hiasan dinding;
pencahayaan;
aroma/bau ruangan;
fasilitas kelas lainnya yang memadai.
Proses pembelajaran dalam kelas yang dapat mengaktifan -pesena didik, harus memungkinkan hal-hal sebagai berikut :
Aksesibilitas, peserta didik mudah menjangkau alat atau sumber yang tersedia.
Mobilitas, peserta didik dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
Interaksi, memudahkan terjadi interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar peserta didik.
Variasi kerja peserta didik, memungkinkan peserta didik bekerjasama secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas perlu dirancang yang memungkinkan peserta didik belajar secara aktif, yakni yang menyenangkan dan menantang.
Formasi kelas berikut ini tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas. Jika meubeler (meja atau kursi) yang ada di ruang kelas dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka sangat mungkin menggunakan beberapa formasi ini sesuai dengan yang diinginkan.
Formasi Tata Kelola Ruang Kelas
Formasi “U”
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru dan/ atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf “U” dan beljalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Guru dapat menyusun meja dan kursi dalam formasi U berikut : `
Selain model di atas, formasi “U” berikut ini memungkinkan kelompok kecil yang terdiri dari tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.
Formasi Corak Tim
Guru mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran di ruang kelas agar memungkinkan peserta didik untuk melakukan interaksi tim. Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika hal ini dilakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru, papan tulis atau layar.
Atau guru dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada peserta didik yang membelakangi papan tulis.
Meja Konferensi
Formasi ini paling baik dilakukan jika meja berbentuk persegi panjang. Susunan ini dapat mengurangi peran dominan guru dan lebih mengutamakan peran penting peserta didik.
Jika guru duduk di tengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup.
Guru dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong).
Lingkaran
Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk melakukan interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh.
Jika guru menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, hendaknya digunakan susunan periperal yakni meja ditempatkan di belakang peserta didik. Guru dapat menyuruh peserta didik memutar kursi-kursinya melingkar ketika guru menginginkan diskusi kelompok.
Kelompok untuk Kelompok
Susunan memungkinkan guru untuk melakukan diskusi atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi dari aktivitas kelompok. Guru dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, yang dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
Tempat Kerja (Workstation)
Susunan ini tepat Lmtuk lingkungan tipe laboratorium, dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.
Pengelompokkan Terpisah (Breakout Groupings)
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, guru dapat meletakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Guru dapat menempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim tidak saling mengganggu. Tetapi hendaknya dihindari penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara pesena didik sulit dijaga.
Susunan Chevron
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak memungkinkan untu melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya beberapa meja, barangkali guru perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan “V” mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.
Kelas Tradisional
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, guru dapat mencoba mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Guru dapat mencoba membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.
Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternatif dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk dilakukan guru guna mengurangi kebosanan peserta didik yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika sebuah kelas tempat duduk-tempat duduknya dapat dengan mudah dipindah-pindah, maka guru dapat membuat bentuk pembelajaran ala auditorium untuk membentuk hubungan lebih erat dan memudahkan peserta didik melihat guru.
Sumber:
Drs. H. Syuaeb Kurdi, M.Pd. & Abdul Aziz, M.Ag., Model Pembelajaran Efektif: Pendidiakan Agama Islam di Sekolah Dasar dan MI. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006). Cetakan Pertama.