Makalah Paradigma Penelitian Kualitatif

7 min read

Paradigma Penelitian Kualitatif

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sekitar tahun 1920-an, para ahli sosiologi dari “mazhab chicago” sudah mulai menggunakan penelitian kualitatif, yaitu menganalisis suatu fenomena dalam kehidupan manusia. Dalam waktu yang bersamaan, para ahli antropologi juga menggambarkan kerangka dari metode karya lapangan, yaitu melakukan observasi langsung ke lapangan untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat. Menyimak fokus kajian dari kedua kelompok pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan bidang penelitian tersendiri. Fungsi utama penelitian kualitatif adalah menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata – kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati.

Pada mulanya, orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah. Peneliti bersifat pasif dan hanya memberi makna dari apa yang terjadi tanpa ada usaha untuk mengubah. Masa ini disebut masa prapositvisme. Setelah itu timbul pandangan baru, yakni peneliti dapat melakukan perubahan dengan sengaja terhadap dunia sekitar melalui berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa positivisme. Pandangan ini pun dibantah oleh pendirian baru yang disebut postpositivisme. Menurut pandangan terakhir ini, kebenaran tidak hanya satu, tetapi lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.

B. Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian penelitian kualitatif ?
  2. Apa pengertian paradigma ?
  3. Bagaimana jenis – jenis paradigma dalam penelitian kualitatif ?
  4. Bagaimana paradigma positivisme dan alamiah
  5. Bagaimana perbedaan paradigma positivisme dan alamiah ?
  6. Bagaimana asumsi – asumsi dasar dalam paradigma alamiah ?
  7. Bagaimana perbandingan paradigma kualitatif dan kuantitatif ?

Bab II. Teori dan Pembahasan

A. Pengertian Penelitian Kualitatif

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu jenis penelitian yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang diteliti.(Hadi dan Haryono, 1998: 56)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode observasi, wawancara (interview), analisis isi, dan metode pengumpul data lainnya untuk menyajikan respons – respons dan perilaku subjek.(Setyosari, 2012: 40)

Sementara menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara umum digunakan untuk meneliti tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku, dan aktivitas sosial.(Hadi dan Haryono, 1998: 56)

Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa dan jenis data yang dikumpulkan berupa data deskriptif .(Arifin, 2012: 140)

Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah penelitian yang berakar pada paradigma konstruktivisme yang bermaksud menggali makna perilaku yang ada dibalik tindakan manusia. (Sukmadinata, 2001: 94)

B. Pengertian Paradigma

Pengertian paradigma menurut Patton (1978) dalam Tahir (2011:58) adalah:

“A paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down the  complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important, legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm.”

Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta – fakta  melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.(Arifin, 2012: 146)

Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Tahir (2011:59), adalah sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian yang akan diteliti.

Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir (2011:59) mendefinisikan paradigma sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan) yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu fenomena dalam rangka mencari fakta.

Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta – fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya .(Arifin, 2012: 146)      

C. Jenis-Jenis Paradigma dalam Penelitian Kualitatif

Paradigma dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :

1. Postpositivisme

Paradigma postpositivisme lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan – kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada. Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi, yaitu penggunaan bermacam – macam metode, sumber data,dan data. (Tahir, 2011: 57-58)

2. Konstruktivisme

Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau  bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti. Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)

3. Teori kritis (critical theory)

Teori kritis memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan dengan pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai – nilai yang dianut oleh pengamat tersebut turut mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori kritis ini sama dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas secara kritis. (Tahir, 2011: 58)

D. Paradigma Positivisme dan Alamiah (interpretif)

1. Paradigma positivisme (kuantitatif)

Menurut Susman dan Evered (1978) dalam Emzir (2012:243-244), paradigma positivisme merupakan paradigma yang didasarkan pada perpaduan atau kombinasi antara angka dan menggunakan logika deduktif serta menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dalam mengungkapkan suatu fenomena secara objektif. Paradigma ini berpandangan bahwa suatu ilmu dan penelitian berasal dari data – data yang diukur secara tepat yang dapat diperoleh dari survei, kusioner, serta dapat digabungkan dengan statistik dan pengujian hipotesis.

2. Paradigma alamiah (Kualitatif)

Paradigma alamiah lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi kelemahan – kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Paradigma postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada.Paradigma ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif.(Emzir, 2012: 244)

E. Perbedaan Paradigma Positivisme dan Alamiah (Interpretif)

Perbedaan paradigma positivisme dan alamiah dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Contrasting Positivism and Naturalist Axioms

Axioms AboutPositivism ParadigmNaturalist Paradigm
The nature of realityReality is single, tangible, and fragmentableRealities are multiple, constructed, and holistic
The relationship of knower to the knownKnower and known are independent, a dualismKnower and known are interactive, inseparable
The possibility of generalizationTime-and context-free generalizations (nomothetic statements) are possibleOnly time-and context bound working hypotheses (ideo-raphic statements) are possible
The possibility of casual linkagesThere are real causes, temporally precedent to or simultaneous with their effectAll entities are in a state of mutual simultaneous shaping, so that it is impossible to distinguish causes from effects
The role of valuesInquiry is value-freeInquiry is value-bound

Sumber : Lincoln dan Guba, (1985 dalam Tahir, 2011:59)

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat perbedaan aksioma paradigma positivisme dan alamiah. Paradigma positivisme pada umumnya melahirkan metode penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah melahirkan metode kualitatif.(Tahir, 2011: 60)

F. Asumsi-Asumsi Dasar Dalam Paradigma Alamiah

“Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titk tolak dalam suatu penelitian.”(Arifin, 2012: 196)

Menurut Lincoln dan Guba dalam, asumsi-asumsi dasar pada paradigma alamiah dapat dipahami hakikatnya, antara lain :

1. Asumsi tentang kenyataan

Kajian utama dalam paradigma alamiah adalah berusaha mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu fenomena yang diteliti atau berusaha mencari makna dibalik fenomena. Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mendapatkan makna di balik fenomena, untuk itu peneliti perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam dari suatu fenomena (verstehen).

Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen), tidak cukup apabila hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa dan bagaimana dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau terjadi, bagaimana suatu fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya suatu fenomena. Oleh karena itu, pengetahuan tentang apa, mengapa, dan bagaimana, harus  dikuasai oleh peneliti.(Tahir, 2011:60)

2. Asumsi tentang peneliti dan subyek

“Paradigma alamiah berasumsi bahwa fenomena bercirikan interaktivitas. Walaupun usaha penjajagan dapat mengurangi interaktivitas sampai ke tingkatan minimum, sejumlah besar kemungkinan akan tetap tersisa. Pendekatan yang baik memerlukan pengertian tentang kem ungkinan pengaruh terhadap interaktivitas, dan dengan demikian perlu memperhitungkannya.”(Tahir, 2011:61)

3. Asumsi tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’

Dalam paradigma alamiah, penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena upaya generalisasi terikat dengan konteks harus diinterpretasikan kasus perkasus. Dalam penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan hasil penelitiannya, maka penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak kasus atau subjek.

Dalam studi kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi dapat juga banyak, bahkan mungkin penduduk suatu negara. Karena dalam studi kasus yang sangat penting adalah sifatnya yang sangatspesifik. Contoh penelitian tentang “Perkembangan Demokrasi pada Negara-negara Sosialis.” Negara-negara yang menganut paham Sosialis menentang paham Demokrasi. Jadi penelitian perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis bersifat spesifik.Untuk mendeskripsikan hal tersebut, peneliti harus mengumpulkan informasi tentang kedua negara tersebut (thick description).

Sebagai contoh tidak seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah subjek minimal sebanyak  tiga puluh individu agar dapat dianalisis dengan statistik , maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok jumlah subjek yang ditelit tetapi lebih mengarah kepada kasus – kasus tertentu.(Tahir, 2011:61)

G. Perbandingan Paradigma Kualitatif dan Kuantitatif

’’Secara lebih rinci perbandingan antara paradigma penenelitian kualitatif dan kuantitatif , dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Perbandingan paradigma kualitatif dan kualitatif

Mengajurkan penggunaan metode kualitatifMenganjurkan penggunaan metode kuantitatif
Fenomelogisme dan verstehen dikaitkan dengan pemahaman perilaku manusia dari frame of reference aktor itu sendiriLogika positivisme:”Melihat fakta atau kasual fenomena sosial dengan sedikit melihat bagi pernyataan subyektif individu-individu”
Observasi tidak terkontrol dan naturalistikPengukuran terkontrol dan menonjol
SubyektifObyektif
Dekat dengan data:merupakan perspektif “insider”Jauh dari data: data merupakan perspektif “outsider”
             Paradigma Kualitatif       Paradidma Kuantitatif
Grounded, orientasi diskoveri, eksplorasi, ekspansionis, deskriptif, dan induktifTidak grounded, orientasi verifikasi, konfirmatori, reduksionis, inferensial dan deduktif-hipotetik
Orientasi prosesOrientasi hasil
Valid: data “real, “rich, dan “deep”Reliabel:data dapat direplikasi dan “hard
Tidak dapat digeneralisasi:studi kasus tunggalDapat digeneralisasi:studi multi kasus
HolistikPartikularistik
Asumsi realitas dinamikAsumsi realitis stabil’’

Fry (1981, dalam Tahir, 2011: 62)

Bab III. Penutup

A. Simpulan

  1. Penelitian kualitatif adalahjenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
  2. Paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian. Dalam suatu paradigma terkandung sejumlah pendekatan. Dalam suatu pendekatan terkandung sejumlah metode. Dalam suatu metode terkandung sejumlah teknik. Sedangkan dalam suatu teknik terkandung sejumlah cara dan piranti. 
  3. Paradigma dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
    • Postpositivisme
    • Konstruktivisme
    • Teoti Kritis (Critical Theory)
  4. Paradigma
    • Paradigma positivisme – Paradigma ini didasarkan pada sejumlah prinsip, termasuk suatu kepercayaan di dalam kenyataan objektif, pengetahuan yang hanya diperoleh dari data yang dimengerti yang dapat secara langsung dialami dan dibuktikan di antara para pengamat yang mandiri.
    • Paradigma alamiah (interpretif) – Dengan penekanannya pada hubungan yang secara sosial terjadi antara formasi konsep dan bahasa, itu dapat dikenal sebagai paradigma interpretif, yang berisi seperti pendekatan metodologis kualitatif, seperti fenomenologi, etnografi, dan hermeneutik, yang ditandai oleh kepercayaan di dalam kenyataan sosial yang dibangun berdasarkan subjektif, sesuatu yang dipengaruhi oleh kultur sejarah.
  5. Perbedaan Paradigma Positivisme Dan Alamiah – Paradigma dalam penelitian kuantitatif adalah Positivisme, yaitu suatu keyakinan dasar yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas itu ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Sedangkan  Paradigma kualitatif menyatakan pendekatan konstruktif atau naturalistis, pendekatan interpretatif, atau sudut pandang postpositivist (postmodern).
  6. Asumsi – asumsi dasar dalam paradigma alamiah, antara lain :
    • Asumsi tentang kenyataan
    • Asumsi tentang peneliti dan subyek
    • Asumsi tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’
  7. Perbandingan paradigma kualitatif dan kuantitatif – Penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1926).

B. Saran

Sebagai mahasiswa, kita harus memahami paradigma penelitian kualitatif. Karena hal ini sangat berguna jika kita ingin melakukan suatu penelitian, terutama jika kita ingin melakukan penelitian dalam bidang ilmu sosial. Sebagaimana diketahui bahwa paradigma penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola. Gejala-gejala sosial dan budaya dianalisis dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku, dan pola-pola yang ditemukan tadi dianalisis lagi dengan menggunakan teori yang objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,Zainal. 2012.Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.Bandung:Rosdakarya

Emzir.2011.Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta:Rajawali Pers.

Hadi Amirul,Haryono.1998.Metodologi Penelitian Pendidikan.Bandung:Pustaka Setia

Setyosari,Punaji.2012.Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta:Kencana

Sukmadinata,Nana Syaodih.2011.Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Rosda.

Tahir, Muh, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply