Daftar isi
Praktikum Morfometri Das
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang cenderung topografinya dibatasi oleh punggung – punggung gunung (batas topografi) sebagai tempat penampungan dan penyiraman air hujan yang kemudian menyalurkannya (air, sendimen, dan unsur hara) ke muara (laut) melalui sungai utama (outlet).
DAS merupakan bentuk dari kumpulan berbagai jenis sungai pada suatu tempat tertentu pada kurun waktu tertentu pula. Penamaan DAS biasanya memakai nama sungai utama atu sungai yang memiliki lebar dan panjang yang lebih dibandingkan sungai lainnya. Wilayah daratannya disebut daerah tangkapan air (DTA atau Catchnebt Area) yang merupakan suatu ekosistem dengan sumberdaya alam (air, tanah, dan vegetasi) dan ada semberdaya manusia sebgai pemanfaat sumberdaya alam. (Slamet, 2013)
DAS berfungsi sebagai satu kesatuan bentang lahan, sebagai tempat berlangsungnya proses hidrologi untuk mengubah input menjadi output, sebagai tempat interaksi atau interelasi antara komponen – komponen ekosistem.
Pola aliran sutau sungai besar dapat terbentuk oleh sungai – sungai yang lainnya secara bersama-sama mengalirkan atau mengeringkan air membuat jaringan kerja drainase. Dalam suatu DAS, sungai-sungai (baik utama maupun cabang) secar keseluruhan membentuk suatu pola jaringan. Umumnya dipengaruhi oleh struktur geologi daerah. Pola aliran DAS tidak selalu sama antara DAS yang satu dengan DAS lainnya, bahkan dalam satu DAS dapat terbentuk beberapa pola aliran yang dikendalikan oleh struktur geologi seperti kekar, jenis kemiringan lapisan, lipatan dan lain sebagainya. (Nugroho, S. 2013)
Menurut penelitian yang dilakukan dalam skala DAS, pola aliran berpengaruh terhadap kerapatan dalam menentukan besar debit puncak dan waktu lamanya. Arthur D.Howard telah mengklasifikasikan pola aliran sungai dalam beberapa kategori yaitu, pola dasar, modifikasi pola dasar, dam gabungan modifikasi pola dasar. Dengan demikian setiap pola mencerminkan struktur dan proses yang mengontrolnya.
Morfometri DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait dengan proses pengarusan (drainase) air hujan yang jatuh di dalam DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai< kerapatan aliran, pola aliran, dan gradient kecuraman sungai.
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan menganalisis Morfometri DAS.
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu peta jaringan sungai, peta rupa bumi bakosurtanal skala 1:25.000 , kertas kalkir, penggaris, kalkulator, dan alat tulis lainnya.
D. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
- Langkah awal yaitu mengambarkan peta jaringan
- Menentukan orde sungai dari peta jaringan berdasarkan metode
- Penentuan dan perhitungan panjang sungai tiap-tiap orde dengan peta jaringan sungai
- Menetukan panjang rata-rata tiap orde dan menetukan panjang maksimum sungai
- Penentuan luas DAS tiap-tiap orde dengan Map Algebra
- Menghitung rasio percabangan, rasio panjang dan rasio luas
- Menentukan dimensi fraktannya.
E. Hasil
Tabel 1. Penentuan Orde Sungai Peta Jaringan.
NO | PEUBAH | SATUAN | DAS |
1 | Orde 1 | Buah | 10 |
Panjang total (Km) | 4,825 | ||
Orde 2 | Buah | 5 | |
Panjang total (Km) | 5,4 | ||
Orde 3 | Buah | 4 | |
Panjang total (Km) | 1,7 | ||
dst | – | ||
2 | Rasio percabangan (Rb) 1 | 2 | |
Rasio percabangan (Rb) 2 | 1,25 | ||
3 | Rasio panjang (RL) 1 | 1,12 | |
Rasio panjang (RL) 2 | 0,31 | ||
4 | Luas (A) | Km2 | 13,01 |
5 | Dimensi fractal (d1) | Km | 6,12 |
Dimensi fractal (d2) | Km | -0,19 | |
6 | Panjang sungai utama | Km | 15,3685 |
7 | Kerapatan sungai | Km/km2 | 0,5183 |
F. Pembahasan
Penentuan morfometri DAS terlebih dulu harus mengetahui orde sungai mulai dari orde satu sampai orde satu sampai selanjutnya, kerana jika dilihat dari pengertian morfometri DAS itu sendiri adalah pengembangan atau melakukan analisi terhadap orde sungai. Seperti yang disebutkan oleh chow (1964) bahwa penetapan orde sungai diklasifikasi oleh Horton dan dimodifikasi oleh Strahler yaitu aliran sungai yang paling ujung tidak mempunyai anak sungai yang paling ujung tidak mempunyai anak sungai disebut orde pertama, jika dua aliran dari orde yang sama bergabung akan membentuk orde setingkat lebih tinggi, dan jika dua orde yang berbeda bergabung akan membentuk aliran yang mempunyai ordr paling besar.
Setelah orde sungai didapat panjang sungai diukur menggunakan benang. Benang digunakan dalam pengukuran karena sifatnya yang dapat duibah-ubah bentuknya memudahkan dalam mengukur alur sungai, tidak seperti penggrais yang kaku. selanjutnya hasil pengukuran dikonversi ke dalam satuan Km dengan skala yang pada peta sekitar 1:25000. Hasil yang didapat dari pengukuran panjang tiap-tiap orde yaitu 4,825 km (orde 1) , 5,4 km (orde 2), dan 1,7 (orde 3). Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa orde 2 memiliki nilai yang paling besar hal ini berarti anak sungai yang ada lebih panjang dan banyak. Sedangkan nilai paling kecil adalah pada orde 3.
Berdasarkan hasil yang didapat nilai Rb (1) dengan nilai 2, Rb (2) dengan nilai 1,25, kemudian nilai RL (1) senilai 1,12dan RL (2) senilai 0,31. Dari nilai yang diperoleh Rb (1) dan Rb(2) juga RL(1) dengan RL (2) memiliki nilai yang berbeda – beda. Hal ini disebabkan karena percabangan dan panjang antara orde 1 dan orde lainnya berbeda. Rasio panjang dan rasio percabangan mengikuti geometri sungai tersebut. Chow (1904) menyebutkan bahwa nilai Rb tidak sama dari tiap-tiap orde saru dengan yang lainnya dikarenakan adanya variasi dari bentuk atau geometri sungai tersebut. Nilai Rb dalam kondisi normal adalah 3-5, rasio panjang 1,12 – 0,31 sedangkan luas 13,01.
Dimensi fractal dihitung untuk mengetahui pengaruhi karakteristik DAS terhadap debit puncak dan waktu mencapai debit puncak. Dimensi fractal yang digunakan untuk perhitungan panjang sungai utama (L) adalah nilai dari dimensi fractal sungai utama. Dimensi fractal yang digunakan pada aliran DAS ini adalah dimensi fractal orde 2, karena orde terakhir adalah orde 3.
Bentuk DAS dari hasil yang diperoleh memiliki bentuk bulu burung. Sedangkan kerapatan untuk mengetahui daya penampungan sementara dari DAS. kerapatan jaringan sungai yang didapat yaitu sebesar 0,5183 km/km2. Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) nilai kerapatan sungai sekitar 0,30 – 0,50 dan dianggap sebagai indeks yang menunjukan keadaan topografi dan geologi dalam daerah aliran.
Karakteristik dari sungai Cipamingkis yaitu ditinjau dari kualitas perairannya, perbedaan karakteristik kualitas air pada musim kemarau dan musim hujan sangat tinggi, karena dipengaruhi oleh besarnya perbedaan debit air yang mengalir. Konsentrasi BOD pada musim kemarau dan musim hujan mempunyai perbedaan yang sangat tinggi , karena pada musim kemarau konsentrasi BOD meningkat dan konsentrasi suspended solid (SS) turun.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa morfometri DAS yang diamati memiliki panjang orde sungai rata -rata sekitar 3,975 km, luas DAS 13,01 km2, dimensi fractal rata-rata 2,965 dengan kerapatan DAS 0,5183 km/km2 dan panjang sungai utama 15,3685 km2. Daerah yang terukur merupakan daerah yang permeable.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T. 1964. Handbook of applied Hydorology. Mcgraw-Hill. New York.
Horton, R.E. 1945. Erosional Development of streams and their drainage basic : Am.Bull
Nugroho, S. (2013, 18 oktober). Respon morfomtri dan penggunaan lahan DAS terhadap
banjir bandang (studi kasus bencana banjir disunagi bohorok). Diambil kembali dari http://sirrma.bppt.go.id
Slamet, (2013) model hidrologi satuan sintetik menggunakan parameter morfometri
(studi kasus di sungai ciliwung). Diambil kembali dari http://repository.usu.ac.id
Sosrodarsono suyono, Takeda kensaku. 1993. Bendungan Type urugan. Jakarta : pradnya