Keberhasilan Revolusi Hijau dan Swasembada Pangan di Indonesia Era Orde Baru

4 min read

Salah satu keberhasilan pemerintahan Orde Baru adalah program Revolusi Hijau. Dengan munculnya Revolusi Hijau maka Indonesia telah mampu melaksanakan swasembada pangan sampai saat ini. Bahkan, Indonesia pernah mengirimkan bantuan pangan bagi negara negara luar. Nah mari kita bahas Revolusi Hijau secara mendalam.

1. Pegertian Revolusi Hijau

Revolusi Hijau adalah revolusi biji-bijian dari hasil penemuan-penemuan ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara berkembang. Revolusi Hijau dilatarbelakangi oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat di negara-negara berkembang. Hal ini membuat pemerintah berupaya untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk dengan meningkatkan hasil pangan. Oleh karena itu yang di tempuh oleh pemerintahan Orde Baru adalah melakukan Revolusi Hijau di Indonesia.

  Perang Dunia II telah banyak menghancurkan lahan pertanian di Eropa. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka para pengusaha asal Amerika berupaya melakukan penelitian mengenai pengembangan hasil pertanian. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan produksi dan varietas produk pertanian di dunia, khususnya Eropa. Salah satu hasilnya adalah Revolusi Hijau.

    Dengan melaksanakannya Revolusi Hijau, maka banyak negara-negara berkembang tidak perlu lagi mengantungkan impor makanan pokok dari negara-negara maju. Di negara maju sendiri program Revolusi Hijau telah dilakukan sebelum negara-negara berkembang memulainya. Program Revolusi Hijau ini sangat cocok bagi negara-negara yang beriklim agraris seperti di Indonesia, yang mana sektor pertanian menjadi mata pencaharian pokok bagi kebanyakan rakyat Indonesia.

    Dengan Revolusi Hijau tentu dapat mengatasi kasus-kasus kekurangan pangan yang ada, khususnya di negara berkembang yang tingkat pertumbuhannya begitu tinggi, sebaliknya pertumbuhan ekonominya rendah. Hal ini dimungkinkan karena program ini membutuhkan biaya yang tidak banyak, tetapi dengan hasil yang maksimal. Pada dasarnya, Program Revolusi Hijau bertujuan untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian, diantaranya dengan cara perkawinan secara silang.

2. Pelaksanaan Revolusi Hijau di Indonesia 

    Indonesia merupakan negara yang bercirikan agraris. Oleh karena itu, pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal tersebut di dasari oleh:

  • Kebutuhan penduduk yang meningkat dengan cepat
  • Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah.
  • Produksi pertanian belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk

  Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian dengan berbagai cara, baik melalui usaha ekstensifikasi maupun intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan cara memperluas areal pertanian. Sedangkan intensifikasi di bidang pertanian dilakukan dengan cara penyuluhan, penelitian, untuk pencarian bibit unggul. Berbagai macam penelitian yang dilakukan di Indonesia bertujuan untuk mendapatkan varietas tanaman pertanian yang unggul dan sesuai dengan kondisi alam di Indonesia.

    Di samping melakukan penelitian dengan penanaman varietas-varietas unggul, penelitian juga di ikuti dengan pengolahan lahan-lahan pertanian atau perluasan lahan pertanian. Perluasan lahan pertanian dilakukan dengan program pembukaan lahan-lahan baru yang di ikuti dengan program transmigrasi dari pulau-pulau yang padat ke pulau-pulau yang masih jarang penduduknya. Sejak tahun 1950, pemerintah Indonesia berupaya untuk memindahkan penduduk dari pulau Jawa ke daerah-daerah yang masih jarang penduduknya seperti pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya (Papua). Pemindahan penduduk ini masih berlangsung hingga sekarang dan merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, selain untuk meningkatkan produksi pertanian.

    Revolusi Hijau adalah proses keberhasilan dari teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding) antar jenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan jenis tradisional), dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara berikut:

  • Tersedia cukup air
  • Pemupukan teratur
  • Tersedia bahan kimia pemberantas hama dan penyakit
  • Tersedia bahan kimia pemberantas rerumputan pengganggu

    Revolusi Hijau dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan umat manusia. Keuntungan Revolusi Hijau bagi umat manusia adalah sebagai berikut:

  • Revolusi Hijau menyebabkan munculnya tanaman jenis unggul berumur pendek ssehingga intensitas penanaman pertahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, akan menambah kebutuhan tenaga kerja.
  • Revolusi Hijau dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah. Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.
  • Revolusi Hijau dapat merangsang kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam hal ini, terkandung harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi sejahtera.
  • Revolusi Hijau merangsang dinamika ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa negara, misalnya Indonesia.

Revolusi di Indonesia diformulasikan dalam konsep Pancausaha Tani, yaitu:

  • Pemilihan dan penggunaan bibit unggul atau varietas unggul
  • Pemupukan yang teratur
  • Pengairan yang cukup
  • Pemberantasan hama secara intensif
  • Teknik penanaman yang lebih teratur

    Untuk meningkatkan produksi pangan dan produksi pertanian umumnya di lakukan dengan empat usaha pokok, yaitu sebagai berikut:

  • Intensifikasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan Pancausaha Tani
  • Ekstensifikasi petanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
  • Diversifikasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan keanekaragaman usaha tani
  • Rehabilitasi pertanian, usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.

    Dampak negatif menculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai berikut:

  • Sistem bagi hasil mengalami perubahan. Sistem panen bersama-sama pada masa sebelumnya mulai di geser dengan sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi berkurang
  • Pengaruh ekonomi uang di dalam berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat
  • Ketergantungan terhadap pupuk kimia dan zat kimia pembasmi hama juga berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus di tanggung petani
  • Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.

    Pelaksanaan Revolusi Hijau di Indonesia mengalami pasang surut. Hal ini di karenakan faktor ekologi alam yang sering mengalami perubahan. Pasang surut ini secara langsung mempengaruhi produksi pangan dalam negeri. Misalnya pada tahun 1972, Indonesia terancam puso karena mengalami musim kemarau yang bekepanjangan. 

    Hal ini mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan. Pada tahun 1984, pemerintah mulai menggalakkan program intensifikasi pertanian. Hasilnya, produksi pangan mengalami kenaikan. Bahkan, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras dan menghentikan impor dari negeri luar. Padahal, pada tahun 1977 dan 1979, Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia.

    Keberhasilan palaksanaan Revolusi Hijau sangat mengembirakan kehidupan para petani. Para petani dapat meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Daerah-daerah yang sebelumnya memproduksi hasil pertanian secara terbatas, kini dapat menikmati hasil yang lebih baik berkat adanya program Revolusi Hijau. Kekurangan bahan pangan yang selama ini dialami bangsa Indonesia telah berhasil diatasi. 

    Bahkan ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga hampir semua sektor ekonomi mengalami kelumpuhan, sektor pertanianlah yang menjadi pilar penyangga pertumbuhan ekonomi sehingga cukup banyak pengusaha yang beralih ke sektor agrobisnis. Keberhasilan Indonesia dalam swasembada pangan ini dibuktikan dengan adanya penghargaan dari FAO (Food and Agricultuur Organization) pada tahun 1988.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply