Daftar isi
Askep Tifoid
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam tifoid
b. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
Bab II. Kajian Pustaka
A. KONSEP DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya (Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10-14 hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai berikut :
Ø Demam > 1 minggu terutama pada malam hari
Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Ø Nyeri kepala
Ø Malaise
Ø Letargi
Ø Lidah kotor
Ø Bibir kering pecah-pecah (regaden)
Ø Mual, muntah
Ø Nyeri perut
Ø Nyeri otot
Ø Anoreksia
Ø Hepatomegali, splenomegali
Ø Konstipasi, diare
Ø Penurunan kesadaran
Ø Macular rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Ø Epistaksis
Ø Bradikardi
Ø Mengigau (delirium)
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet
1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
c. Obat-obatan
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4) Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6) Golongan Fluorokuinolon
a) Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b) Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c) Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d) Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e) Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f) Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi lingkungan yang kurang.
c. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu minggu.
e. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
g. Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta terjadi kecemasan.
h. Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek biasa
i. Activity Daily Life
1) Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual, muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
4) Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.
5) Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.
j. Pemeriksaan fisik
1) Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat kadang di dapat anemia ringan.
2) Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
3) Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
4) Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi abdomen, bising usus meningkat
5) Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypi.
b. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e. Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya
3. Intervensi Keperawatan
No | Diagnosa Keperawatan | Tujuan | Intervensi | Rasional |
1 | Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi. | Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, suhu tubuh normal.Kriteria hasil :– TTV dalam batas normal– TD : 80-120/60-80 mmhg– N : 120-140 x/i (bayi), 100-120 (anak)– S : 36,5-370C– P : 30-60 x/i (bayi), 15-30 x/i (anak) | ü Observasi tanda-tanda vitalü Beri kompres pada daerah dahiü Anjurkan untuk banyak minum air putihü Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik | ü Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnyaü Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan terhadap panasü Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyakü Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri |
2 | Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia. | Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kekurangan nutrisi tidak terjadi.Kriteria hasil :- Nafsu makan meningkat,- Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,- Porsi makan dihabiskan | ü Kaji kemampuan makan klienü Berikan makanan dalam porsi kecil tapi seringü Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi proteinü Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukaiü Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedasü Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi | ü Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator intervensi selanjutnyaü Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan muntahü Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuatü Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang dibutuhkan klienü dapat meningkatkan asam lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisiü Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah |
3 | Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare. | Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, tidak terjadi defisit volume cairan Kriteria hasil :- Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,- Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam konsentrasi jumlah | ü Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulitü Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemahü Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhanü Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan asupan cairan secara dekuatü Kolaborasi pemberian cairan intravena | ü Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek dari kehilangan cairanü Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syokü Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairanü Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuhü Pemberian intravena sangat penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan |
4 | Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi | Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola eliminasi kembali normal. Kriteria hasil :- Klien melaporkan BAB lancar- Konsistensi lunak | ü Kaji pola eliminasi klienü Auskultasi bising ususü Selidiki keluhan nyeri abdomenü Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesü Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABü Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasi | ü Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi selanjutnyaü Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalitü Berhubungan dengan distensi gasü Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensiü Mengatasi konstipasi yang terjadiü Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan |
5 | Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya | Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan teratasi Kriteria hasil :- Ekspresi tenang- Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya | ü Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klienü Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknyaü Beri kesempatan pada orang tua klien untuk mengungkap kan perasaan nyaü Libatkan orang tua klien dalam rencana keperawatan terhadap anaknya | ü Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua klienü Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit anaknyaü Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurangü Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi kecemasan |
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama Ayah/ibu : Tn. N/Ny. I
Pekerjaan Ayah : TNI-AD
Pekerjaan Ibu : IRT
Alamat : Asrama 122, Dolok Masihule
Suku : Mandailing
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal
Ibu klien mengatakan kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran An. D
4. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Orang tua klien mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.
b. Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c. Obat-obat yang digunakan
Ibu klien selalu menyediakan obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan (operasi)
Tidak ada
e. Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.
5. Riwayat Keluarga
Genogram :
6. Riwayat Sosial
a. Yang mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.
e. Lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.
7. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.
3) Alat makan yang dipakai
Piring, sendok, dan cangkir.
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari itupun tidak dihabiskan.
b. Pola tidur
1) Kebiasaan sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur siang
Ibu klien mengatakan bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari, sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas bermain
Ibu klien mengatakan bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4 x/hari selama di rawat.
8. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan operasi : Tidak ada
c. Status cairan : Ringer Laktat
d. Status nutrisi : Diet M2 TKTP
e. Obat-obatan :
– Cotrimoxazole 2 x cth I
– PCT 3 x1 tab
– Lactulosa 3 x cth I
f. Aktivitas : An. D terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki kanan.
g. Tindakan keperawatan :
– Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
– Menganjurkan orang tua klien melakukan kompres hangat
– Menjelaskan pentingnya memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
– Menganjurkan An. D untuk banyak istirahat selama fase akut
h. Hasil lab : Tanggal 28 April 2013
– Haemoglobin : 15.6 g/dl
– Hematokrit : 46,9 %
– Leukosit : 9.800/ml
– Trombosit : 189.000/ml
– LED : 5 mm
– Widal :
· O : 1/80 1/80 1/40 1/80
· H : 1/40 1/40 1/80 1/80
i. Foto roentgen : Tidak ada
j. Lain-lain : Tidak ada
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, tingkat kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 118 cm, 27 Kg
c. Lingkar kepala : 49 cm
d. Kepala
Tulang kepala normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e. Mata
Ketajaman penglihatan baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-), refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk (-)
h. Hidung
Septum digaris tengah, pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri tekan.
i. Mulut
Bibir kering, caries gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.
j. Dada
Thorak simetris, ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-), fraktur iga (-), nyeri tekan (-).
k. Paru- paru
Suara napas vesikuler, RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l. Jantung
Bunyi S1 dan S2 terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.
m. Perut
Umbilikus simetris, acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
n. Punggung
Massa (-), luka (-), nyeri tekan (-)
o. Genetalia
Bentuk normal, skrotum (+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p. Ektremitas
1) Ekstremitas atas : Edema (-), ekstremitas hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap, kekuatan otot (+)
a. Ekstremitas bawah : Tidak ada varises, nyeri tekan (-), kekuatan otot (+)
5 5
4 4
q. Tanda vital
a. RR : 32 x/menit
b. HR : 130 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg
d. Temp : 38,1 0C
10. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan
a. Kemandirian bergaul
An. D mudah berinteraksi dengan orang lain
b. Motorik halus
An. D sudah bisa menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya
c. Motorik kasar
An. D dapat menangkap bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki
d. Kognitif
An. D dapat mengingat nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1 + 1 = 2)
e. Bahasa :
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan mudah dimengerti.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboraturium (terlampir dihalaman 39)
12. Ringkasan Riwayat Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh 38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.
13. Masalah Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh
b. Gangguan pola eliminasi
c. Intoleransi aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA DATA
No | Data | Etiologi | Masalah |
1 | Ds :ü Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas tetapi tidak membaikDo :ü Teraba panasü An.D rewelü T : 38.1 0cü RR : 32 x/iü HR : 120 x/iü Pct 3×1 tab | Invasi bakteri salmonela typhi melalui makanan atau minuman Terjadi peradangan pada saluran cerna Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang Demam tipoid Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) | Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) |
2 | Ds :ü Ibu klien mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BABü Ibu klien mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan. Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang sukaDo :ü Makan nasi + telur + kecapü Makan apel (+)ü Peristaltik usus (8 x/i)ü BAB (-)ü Mual, muntah (-)ü Abdomen : Suepelü Suara abdomen : Tympani | Terjadi peradangan pada saluran cerna Penurunan kerja motilitas usus Konstipasi Gangguan pola eliminasi (BAB) | Gangguan pola eliminasi (BAB) |
3 | Ds :ü Ibu klien mengatakan badan anaknya lemasDo :ü k/u : lemahü Kekuatan otot (+4)ü Terbaring di tempat tidurü Terpasang infusü Aktivitas dibantu Ny. I | Proses infeksi virus Salmonella Typhi Penurunan sistem metabolisme tubuh Kelemahan fisik Imobilisasi Intoleransi aktivitas | Intoleransi aktivitas |
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No | Diagnosa Keperawatan | Rencana Tindakan Keperawatan | ||
Tujuan | Intervensi | Rasional | ||
1 | Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi | Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.KH :1. Suhu tubuh dalam batas normal (36-37 0C)2. Membran mukosa lembab3. Pengisian kapiler < 2 detik4. An. D tidak rewel (rileks)- | 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 2/4 jam2. Observasi membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit3. Anjurkan untuk minum ± 2-2,5 L/menit4. Anjurkan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha5. Anjurkan untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut6. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat7. Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi8. Observasi hasil pemeriksaan darah dan feses9. Observasi adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen | 1. Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2. Untuk identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam3. Kebutuhan cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam4. Kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan panas5. Menurunkan kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas6. Pakaian tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak mengeluarkan keringat7. Untuk menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh8. Untuk mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi9. Peningkatan suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan terjadinya komplikasi perforasi usus. |
2 | Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi | Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi klien kembali normal.KH :1. BAB 1 x/hari2. Konstipasi lunak3. Warna feces kuning4. Tidak berlendir | 1. Kaji pola eliminasi klien2. Asukultasi bunyi usus3. Kaji adanya keluhan nyeri abdomen4. Anjurkan makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB5. Kolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasi | 1. Sebagai data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya2. Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit3. Menandakan adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen4. Makanan lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi5. Dapat merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi teratasi |
3 | Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring | Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.KH :1. TTV dalam batas normal2. Tidak ada keluhan lelah3. Kekuatan otot meningkat | 1. Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas2. Kaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari3. Anjurkan klien untuk tidah baring selama fase akut4. Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan5. Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari7. Berikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien | 1. Sebagai dasar untuk menentukan intervensi2. Untuk mengidentifikasi intake nutrisi klien3. Untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus4. Untuk mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus5. Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi peristaltik usus6. Partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan7. Meningkatkan partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi aktivitas |
D. IMPLEMENTASI
No | Hari/Tgl | DiagnosaKeperawatan | Implementasi | Evaluasi |
1 | SELA S A30A P R I L2013 | Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi | 1. Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§ T : 38,1 0C§ RR : 28 x/i§ HR : 128 x/iR : An. D rewel (menangis), dan tidak tenang2. Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit pada An. DH :· Bibir kering· CRT & turgor kulit < 2 detik3. Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hariH : Minum (+)R : An. D tidak sulit minum4. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat pahaH : Ibu melakukan kompres hangat di dahiR : Ny. I mengambil handuk kecil dan air hangat dan melakukan kompres hangat5. Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akutH : Ibu memahami manfaat tirah baring selama fase akut (demam)R : Ibu dan An. D memperhatikan penjelasan yang diberikan6. Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. DH : Baju An. D tipis dan menyerap keringatR : Ibu sudah memahami pentingnya pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :· IVFD RL 30 gtt/i· Cotrimoxazole 2 x cth II· Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi8. Melihat hasil pemeriksaan darah dan fesesH :· Hb : 15,6 g/dl· Ht : 46,9 %· Leu : 9.103/ml· Tromb : 189. 103/ml· LED : 5 mm· Widal :ü O : 1/80 1/80 1/40 1/80ü H : 1/40 1/40 1/80 1/809. Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomenH : Suhu masih 38,1 0C, distensi abdomen (-), suepel (+)R : An. D mengatakan tidak merasakan sakit dibagian perut | S :ü Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompresü Ibu mengatakan An. D sudah diberikan banyak minumü Ibu klien mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat tidurü Ibu klien mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringatü Ibu klien mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikanO :ü Teraba panas di dahiü T : 38 0C, RR : 130 x/i, HR : 30 x/iü Kompres (+)ü Minum (+)ü Terbaring di tempat tidurü Bibir lembabü Memakai baju tipis dan menyerap keringatü Abdomen : suepelü Paracetamolü IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan :ü Kaji TTVü Anjurkan banyak minumü Anjurkan untuk kompres hangatü Kolaborasi dalam pemberian terapi |
2 | Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi | 1. Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. DH : ibu klien mengatakan An. D belum BAB ± 1 mingguR : An. D mengatakan tidak sesak BAB, Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu2. Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik usus3. Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomenH : abdomen : suepel, nyeri (-)R : An. D mengatakan tidak ada sakit dibagian perut4. Menganjurkan ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah apelR : Ibu klien mengatakan memberikan makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D hanya mau makan buah apel5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Lactulosa 3 x cth IR : An. D mengatakan belum ada BAB | S :ü Ibu klien mengatakan bahwa An. D belum ada BABü An. D mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnyaü An. D mengatakan tidak ada sesak BABü An. D mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisangü An. D mengatakan sudah minum obatO :ü BAB (-)ü Abdomen : suepelü M2 TKTP + telur rebusü Makan apel (+)ü Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü Kaji eliminasi klienü Auskultasi bunyi ususü Anjurkan makan-makanan lunak dan buahü Kolaborasi dalam pemberian terapi | |
3 | Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring | 1. Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Hanya bisa duduk dan terbaringR : An. D mengatakan badanya lemah2. Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klienH : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti (+), makan buah (+)R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3 x/hari tetapi tidak dihabiskan3. Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D agar tidak banyak bergerakH : An. D hanya terbaring di tempat tidurR : Ibu klien mengatakan akan membatasi aktivitas An. D4. Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : Membantu An. D dudukR : An. D mengatakan senang bisa duduk5. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Ibu klien bekerja sama dengan baikR : Ibu klien mengatakan mau membantu perawat6. Memberikan kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai indikasiH : Bermain handphoneR : An. D senang bermain bola di HP | S :ü Ibu klien mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidurü Ibu klien mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah kananO :ü Berbaring di tempat tidurü Terpasang infus di kaki sebelah kananü k/u : lemahA :Masalah aktivitas belum teratasiP : Intervensi dilanjutkan :ü Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitasü Bantu melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhanü Anjurkan untuk tiraj baring selama fase akutü Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari | |
1 | RABUO1M E I2013 | Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi | 1. Mengukur tanda-tanda vital An. DH :§ T : 36,2 0C§ RR : 28 x/i§ HR : 92 x/iR : An. D sudah membaik dan terlihat lebih segar2. Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak minum apabila demamH : Minum (+)R : Ibu klien akan memberikan banyak minum apabila An. D demam3. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila demam terulang kembaliH : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila demam lagiR : Ibu klien mengucapkan terima kasih atas anjuran yang diberikan4. Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH :· IVFD RL 30 gtt/i· Cotrimoxazole 2 x cth II· Paracetamol 3 x 1 tabR : An. D mau meminum obat yang telah diberikan | S :ü Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagiü Ibu mengatakan akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagiü Ibu klien mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang lagiü Ibu klien berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanyaO :ü Ekspresi wajah ibu klien terlihat senangü k/u : membaikü T : 36,5 0C, RR : 28 x/i, HR : 92 x/iü Minum (+)ü Bibir lembabü Paracetamol 3 x 1 tabü IVFD RL 30 gtt/iA :Masalah peningkatan suhu tubuh sudah teratasiP : Intervensi dihentikan. |
2 | Gangguan pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi | 1. Menanyakan eliminasi kepada An. DH : BAB (-)R : An. D mengatakan belum ada BAB, Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.2. Mendengarkan suara peristaltik ususH : Terdengar peristaltik ususR : An. D mengatakan tidak ada sesak BAB3. Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang (+)R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening4. Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai indikasiH : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I | S :ü Ibu klien mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikitü Ibu klien mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuningü Ibu klien mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahuluü Ibu klien mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan pakai telurO :ü Peristaltik usus (+) 12 x/iü M2 TKTP + telur rebusü Makan pisang (+) ¼ bagianü Lactulosa 3 x cth IA :Masalah pola eliminasi teratasiP : Intervensi dihentikan | |
3 | Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring | 1. Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap aktivitasH : Duduk dan berbaringR : An. D mengatakan badanya sudah tidak lemas lagi dan ingin berjalan2. Membantu klien melakukan aktivitas sesuai kebutuhanH : hanya bisa duduk karena terpasang infus di kaki kananR : An. D mengatakan minta dilepaskan infusnya3. Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih lemahH : k/u : membaikR : An. D mengatakan ya4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hariH : Makan dibantu, kencing dibantu, dan duduk mandiriR : Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya masih harus dibantu | S :ü Ibu klien mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wibü Ibu klien mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain bersama teman 1 ruanganü Ibu klien mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulangü Ibu klien mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum sembuh betulü Ibu klien mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknyaO :ü Ekspresi ibu klien senangü An. D terlihat senang dan bermain bersama teman 1 ruanganü k/u : baikü tampak lebih segarA :Masalah aktivitas teratasiP : Intervensi dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan |
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC