Daftar isi
Menulis Paragraf Ilmiah
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Secara universal kesulitan dalam membuat karya tulis ilmiah yang paling utama adalah bagaimana cara penulis mengungkapkan ide, gagasan atau pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Kalimat dalam karya tulis ilmiah tidak dapat berdiri sendiri. Akan tetapi saling terkait antara kalimat satu dengan kalimat yang lain. Kemudian dari kalimat-kalimat tersebut digabungkan dalam bentuk paragraf yang padu. Paragraf yang memberikan pembahasan yang efektif dan efisien serta memberikan pemahaman bagi pembacanya.
Berdasar pada pendapat seorang ahli, Uti Darmawati dan Anton Suprayanto paragraf merupakan bagian dalam suatu karangan yang memiliki gagasan pokok. Dan menurut Arifin seorang ahli bahasa bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan, dan topik pokok dari sebuah pembahasan. Gagasan pokok merupakan kalimat yang menjadi pokok permasalahan dalam paragraf selanjutnya diikuti gagasan penjelas. Kalimat dalam paragraf harus runtut dan saling berkaitan.
Pengertian paragraf secara luas adalah gabungan kalimat yang terdiri dari kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat lain yang menjelaskan topik atau kalimat utama. Kalimat topik merupakan kalimat utama yang mengandung gagasan pokok. Sedangkan kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjelaskan topik tersebut. Kadang kala dalam kenyataannya tak jarang ditemukan alinea atau paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat saja. Dan hal tersebut memang dimungkinkan. Namun dalam pembahasan makalah kali ini¸ tipikal paragraf yang seperti itu dijadikan sebagai pengecualian atau disingkirkan, karena dianggap kurang ideal. Selain dari segi bentuk yang kuranmg ideal, jika ditelaah dari segi komposisi atau penyusun paragrafnya, alinea semacam itu jarang dijumpai dalam bentuk karya tulis ilmiah. Alinea sesederhana itu seringkali dipergunakan dalam karya tulis sastra.
Agar karya tulis dapat disajikan dengan menawan, maka penulis atau penyaji karya tulis harus menguasai materi mengenai paragraf. Materi tersebut meliputi: pengertian, jenis jenis, syarat pembuatan paragraf dan sebagainya. Berikut beberapa yang dapat dijabarkan mengenai paragraf.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan paragraf?
- Apakah syarat, fungsi, ciri-ciri dan jenis-jenis paragaraf?
- Apakah pengertian penalaran dan jenis-jenisnya?
- Bagaimana menentukan topic, mengembangkan topik dan menyimpulkan topic dalam sebuah karangan?
C. Tujuan Rumusan Masalah
- Mengetahui pengertian paragraph
- Mengertahui syarat-syarat, fungsi, cirri-ciri dan jenis-jenis dalam sebuah paragraf.
- Mengetahui pengertian penalaran dan jenis-jenisnya.
- Mengertahui bagaimana cara menentukan, mengembangkan, dan menyimpulkan topik dalam sebuah karangan.
Bab II. Pembahasan
A. Pengertian Paragraf
Paragraf atau alinea ialah sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antar kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topik pembicaraan yang baik dan benar.
Menurut salah satu pakar bahasa, yaitu Finoza (2007) mengartikan paragraf sebagai satuan bentuk bahasa yang merupakan gabungan dari beberapa kalimat[2]. Dalam 1 paragraf terdapat beberapa kalimat, kalimat-kalimat itu merupakan kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas, serta kalimat penutup. Kalimat tersebut terangkai menjadi 1 kesatuan yang membentuk sebuah gagasan. Panjang pendeknya sebuah paragraf menjadi suatu penentu seberapa banyaknya ide pokok paragraf yang diungkapkan.
Dengan adanya sebuah paragraf, kita dapat membedakan yang mana gagasan mulai dan berakhir. Kita akan kesusahan dalam membaca sebuah tulisan atau buku jika tidak ada paragraf, karena seolah-olah terasa disuruh untuk membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita pun susah dalam memusatkan pikiran pada satu gagasan ke gagasan lainnya.
Gagasan utama dapat tersurat pada suatu kalimat ataupun tersirat pada keseluruhan paragraf. Kalimat yang memuat gagasan utama dapat disebut sebagai kalimat utama yang dapat terdapat di awal, akhir, ataupun di awal dan akhir paragraf. Selain itu, paragraf juga merupakan bagian dari satuan bahasa yang lebih besar disebut wacana. Suatu wacana umumnya dibentuk dengan lebih dari satu paragraf.
B. Syarat-Syarat Paragraf
Paragraf yang baik ialah paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan baik kepada para pembaca. Adapun syarat dari sebuah paragraf yaitu: mempunyai kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.
1. Kesatuan
Kesatuan yaitu sebuah paragraf harus dapat dibangun dengan satu pikiran yang jelas. Pikiran tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pikiran pokok serta beberapa pikiran jelas. Hubungan pikran satu dengan pikiran lainnya mengindikasikan bahwa paragraf tersebut mempunyai kesatuan.
2. Kepaduan
Kepaduan terwujud dari adanya hubungan kompak pada antarkalimat pembentuk paragraf. Kepaduan yang baik dapat terjadi apabila terdapat hubungan timbal balik antara kalimat wajar serta dapat dengan mudah dipahami. Ada berbagai cara agar paragraf mempunyai kepaduan yang kompak, yaitu dengan memakai kata ganti, kata penghubung, dan perincian, serta urutan pikiran.
3. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan sudah lengkap apabila terdapat beberapa kalimat penjelas yang dapat menunjang kalimat pokok.
C. Ciri-Ciri Paragraf Ada Empat, yaitu :
1. Peletakan kata dalam kalimat pertama ke dalam sebanyak 5 spasi bagi jenis karangan yang biasa.
2. Menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama atau kalimat topik.
3. Setiap paragraf menggunakan suatu kalimat topik dan selebihnya adalah sebuah kalimat pengembang yang memiliki fungsi untuk menjelaskan, mendeskripsikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat utama.
4. Menggunakan pikiran penjelas yang dituangkan dalam kalimat penjelas. Kalimat penjelas tersebut mempunyai isi tentang detail-detail dari kalimat utama. Paragraf bukanlah sekumpulan dari kalimat topik. Paragraf hanya berisikan 1 kalimat topik dan terdapat beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas tersebut berisi tentang detail yang spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas yang lainnya.
D. Fungsi-fungsi paragraf ada lima[3] yaitu :
1. Dapat mengekspresikan gagasan yang dituangkan dalam tulisan dengan memberikan bentuk sebuah pikiran dan perasaan ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun dengan logis dalam suatu kesatuan.
2. Menandai peralihan gagasan baru untuk sebuah karangan yang terdapat beberapa paragraf, ganti paragraf dapat berarti juga ganti pikiran.
3. Memudahkan pengorganisasian gagasan untuk yang menulis serta memudahkan dalam pemahaman bagi pembaca.
4. Memudahkan pengembangan topik sebuah karangan ke dalam satuan unit pemikiran yang lebih kecil.
5. Memudahkan pengendalian variabel, terlebih pada suatu karangan yang mempunyai beberapa variabel.
E. Jenis-jenis paragaraf
Paragraf dibagi menjadi beberapa macam dan bentuknya. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan[4].
1. Pembagian paragraf berdasarkan pada letak kalimat topik dapat dibagi :
a. Paragraf deduksi
Kalimat topik pada awal paragraf pada umumnya berisi pikiran utama yang bersifat umum. Kalimat selanjutnya berisi kalimat pikiran penjelas. Isi kalimat ini berupa: penjelas, uraian, analis, contoh-contoh, keterangan, atau rincian topik.
Contoh paragraf deduksi:
Pemuda warga desa Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib. Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka. Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul – kumpul di pinggir jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul 18.00 sampai pukul 20.00.Kalimat utama dalam paragraf di atas adalah kalimat yang pertama yaitu , Pemuda warga desa tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib.
b. Paragraf induksi
Paragraf diakhiri kalimat topik dan diawali kalimat penjelas. Artinya paragraf ini menyajikan kasus khusus, contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu, barulah ditutup dengan kalimat topik. Dengan demikian paragraf ini menggunakan penalaran induktif.
Contoh paragraf induksi:
Asap rokok sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Hal ini dikarenakan asap rokok mengandung zat-zat beracun, seperti karbon monoksida. Selain itu, di dalam batang rokok juga ditemukan berbagai macam racun yang sangat berbahaya, diantaranya adalah nikotin, merkuri, bahkan ada juga bahan racun yang sejatinya digunakan sebagai bahan baku roket. Apabila zat-zat beracun ini terhirup dan masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan membuat kerusakan pada bagian paru-paru bahkan menyebabkan kematian. Terlebih lagi, rokok juga memiliki zat lain yang tak kalah mengerikan, yaitu, Tar. Bahan ini merupakan abu sisa pembakaran rokok. Jika Tar masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan menyebabkan penyakit yang disebut dengan kanker paru-paru. Oleh karena itu, rokok sangat membahayakan kesehatan manusia bahkan bisa juga menyebabkan kematian.
c. Paragraf kombinasi
Kalimat topik dalam sebuah paragraf pada hakikatnya hanya satu. Penempatan kalimat topik yang kedua berfungsi untuk menegaskan kembali pikiran utama kalimat tersebut. Namun demikian, penempatan kalimat topik pada awal dan akhir paragraf berpengaruh pada penalaran. Kalimat topik pada awal paragraf menimbulkan sifat deduktif, pada akhir bersifat induktif, pada awal dan akhir menyebabkan paragraf bersifat deduktif-induktif.
Contoh paragraf kombinasi:
Saat ini mencari pekerjaan sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan minimnya jumlah lapangan pekerjaan dibandingkan dengan jumlah para pencari kerja. Jumlah orang-orang yang mencari kerja ini meningkat setiap tahunnya akibat dari meledaknya jumlah penduduk, sayang
nya peningkatan ini tidak diikuti dengan bertambahnya jumlah lapangan kerja. Akibatnya pengangguran terjadi di mana-mana. Bahkan kini tidak hanya mereka yang tidak memiliki pendidikan tinggi saja, tetapi para sarjana pun mulai kesulitan untuk mencari sebuah pekerjaan yang layak dikarenakan minimnya lapangan pekerjaan. Oleh karena itu, banyak sekali para pencari kerja yang menjadi pengangguran.
d. Paragraf penuh
Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf penuh:
Tiang bendera yang berdiri tegak di pinggir lapangan upacara itu terbuat dari besi. Tinggi tiang itu sekitar 7 meter. Tiang tersebut dicat putih. Di ujung tiang terlihat sang merah putih berkibar. Bendera tersebut baru saja dikibarkan pada upacara Senin pagi.
2. Pembagian paragraf berdasarkan pada sifat isinya atau bentuk pengembangannya :
a. Paragraf argumentasi
Merupakan salah satu bentuk paragraf yang berisi gagasan, pikiran, atau pendapat dengan membahas suatu masalah yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau meyakinkan pihak lain dengan argumen-argumen yang disajikan secara logis dan dan obyektif. Dengan menunjukkan kebenaran ilmiah berdasarkan data atau bukti dan fakta. Paragraf ini dipakai dalam karya ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.
Contoh paragraf argumentasi
Saat ini sampah berserakan di mana – mana. Hal ini bisa kita lihat di sekeliling kita. Sampah – sampah tersebut biasanya berasal dari orang – orang yang tidak bertanggung jawab dan malas membuang sampah pada tempatnya. Sampah – sampah yang berkumpul itu menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mencemarkan udara. Selain itu, tumpukan sampah tersebut menjadi sarang berbagai macam penyakit yang sangat berbahaya. Sumber penyakit tersebut akan terbawa dengan udara sehingga akan terhirup oleh kita. Akibatnya, kita akan menjadi sakit dan tentunya juga akan menular kepada orang lain yang menghirup udara yang sama tersebut.
b. Paragraf persuasi
Paragraf yang isinya berupa ajakan dengan mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Tujuan utamanya adalah membujuk, merayu, mengajak dan meyakinkan pihak lain untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Bentuk tulisan yang menggunakan paragraf ini antara lain iklan di majalah, surat kabar, radio selebaran, kampanye dan sebagainya.
Contoh paragraf persuasi:
Rumah yang menjadi tempat tinggal kita bersama keluarga adalah tempat yang paling memiliki peran penting bagi kita. Bagaimana tidak? Di sanalah kita bersama Ayah, ibu, adik, kakak, dan keluarga lainnya berkumpul. Di rumahlah kita memiliki waktu terbanyak untuk bercengkerama dengan keluarga. Agar selalu nyaman bersama keluarga, rumah haruslah selalu bersih dan sedap dipandang. Oleh karena itu, janganlah kita malas untuk selalu membersihkan rumah setiap hari.
c. Paragraf deskripsi
Merupakan paragragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa tentang suatu hal atau peristiwa secara obyektif. Dengan harapan pembaca seolah-olah melihat keadaan dan peristiwa tersebut secara langsung. Paragraf deskripsi biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi seseorang.
Contoh paragraf deskripsi:
Kali kecil di depan rumah temanku terlihat sangat kotor. Warna airnya hitam pekat dan berminyak. Di pinggir kali, tampak pula tumpukan sampah yang umumnya berupa kantong plastik dan botol plastik bekas. Kotoran-kotoran itu terlihat menghambat laju air mengalir dan membuat air tergenang. Dari genangan air itu, tercium bau busuk yang menyengat hidung.
d. Paragraf eksposisi
Merupakan paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu yang berisi pemaparan pikiran atau pendapat dengan harapan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan dan pandangan orang lain. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu, cara kerja sebuah mesin, cara mengonsumsi obat-obatan dan sebagainya.
Contoh paragraf eksposisi:
Kekuatan persaudaraan sangatlah kuat. Kekuatan yang dimiliki persaudaran sama halnya dengan sebuah sapu lidi. Sapu lidi yang terikat dengan baik dengan lidi lidi yang dimilikinya akan memiliki ketahanan yang sangat kuat. Sama halnya dengan kekuatan persaudaran yang tidak akan goyah bila mereka semua saling terikat dan tidak tercerai berai. Sama halnya dengan sapu lidi yang tercerai berai hingga tinggal lidi lidinya saja yang sangat lemah dan mudah patah, kekuatan persaudaran pun akan seperti itu, bila mereka tercerai berai, mereka akan lemah dan bahkan menjadi kelemahan buat mereka. Oleh karena itulah, jagalah persaudaran kalian dengan erat dan jangan biarkan dia melonggar.
e. Paragraf narasi
Merupakan paragraf yang menuturkan rangkaian peristiwa atau keadaan yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk penceritaan. Sehingga narasi lebih dikenal dengan cerita yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang obyektif maupun imajenatif. Bentuk paragraf ini biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup, novel, cerpen dan roman.
Contoh paragraf narasi:
Di sebuah hutan, hiduplah 2 orang anak kembar yatim-piatu yang bernama Safira dan Safria. mereka tinggal di sebuah gubuk dan keseharian mereka selalu berburu binatang untuk dimakan. Setelah beberapa lama kemudian, kedua anak tersebut ditemukan oleh saudagar kaya yang kebetulan sedang ingin berburu juga. Safira dan Safria pun di bawa ke rumah sang saudagar dan dijadikan sebagai aanak angkatnya.
3. Pembagian paragraf berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan
a. Paragraf pembuka
Merupakan paragraf yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dijelaskan atau dibicarakan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk mengantar pokok pembicaraan, menarik minat dan perhatian pembaca, menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menawan pembaca. Untuk itu bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, Yaitu:
1) Kutipan, peribahasa, anekdot
2) Uraian mengenai pokok pembicaraan
3) Sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang
4) Uraian mengenai maksud dan tujuan penulis
5) Uraian tentang pengalaman pribadi
6) Sebuah pertanyaan
7) Memberikan latar belakang, suasana atau watak
8) Melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang
9) Membuka karangan dengan satu definisi istilah
10) Memulai karangan dengan percakapan yang menarik
11) menyentak pembaca dengan suatu pertanyaan
12) memberikan ringakasan isi karangan
contoh paragraf pembuka:
Saudara mengira sudah menjadi orang yang baik di negeri ini. Padahal, belum tentu. Pernahkah Saudara naik jembatan penyeberangan kalau melintas di jalan? Mungkin tak pernah sama sekali. Saudara tergolong punya disiplin yang, maaf, sangat kurang.
b. Paragraf penghubung atau pengembang
Merupakan paragraf yang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskandalam paragraf pembuka yang berisi contoh-contoh dalam ilustrasi inti permasalahan dan uraian permasalahan.
Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan untuk:
1) mengemukakan inti persoalan
2) memberi ilustrasi dan contoh
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4) meringkas paragraf sebelumnya
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan
contoh paragraf pengembang:
Tiba-tiba dari kamar dekat dapur terdengar suara tangisan seorang wanita, semua anak muda itu pun kaget. Kobil dan Jamal berniat untuk menyelidikinya. Sesampainya di depan kamar dekat dapur itu, suaranya semakin keras terdengar. Tiba-tiba nenek penghuni rumah tua itu muncul di belakang mereka dan tangisan seorang cewek itu pun menghilang.
c. Paragraf penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri bagian karangan (sub bab, bab) atau seluruh karangan. Paragraf ini berisi simpulan yang dipaparkan dalam paeagrafpenghubung, tetapi dapat juga berisi penegasan kembali tentang maksud penulis dalam paragraf penghubung.
Penyajian paragraf penutup untuk mengakhiri karangan bagian karangan bagian akhir harus memperhatikan:
1) sebagai bahan penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, untuk menyeimbangkan antaraparagraf pembuka, penghubung dan penutup
2) isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan sementsrs atau simpulan akhir sebagai cerminan inti uraian.
3) hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
Contoh paragraf penutup:
Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
F. Teknik atau pola pengembangkan paragraf
Yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf ialah cara penulisan yang merangkai informasi yang dihimpunnya menurut kerangka dan runtutan tertentu, dimana informasi dituangkan dalam kalimat kemudian kalimat dirangkai secara berurutan dengan wajar dan tertip serta sesuai dengan pola atau teknik pengembangan paragraf[5].
Di dalam sebuah paragraf, biasanya terdapat lebih dari satu pola susunan pernyataan atau rincian. Dalam pola pengembangan paragraf terdapat Sembilan pola pengembangan yang sering dilakukan oleh seorang penulis[6], yaitu :
1. Pola alamiah, yakni pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Penyampaian informasi ini dilakukan secara runtut dengan harapan dapat membantu memudahkan pemahaman pembaca.
Contohnya : cara menggunakan kosmetik Mawar Terurai untuk memelihara kesehatan rambut yang tersusun dengan runtuta waktu.
“Cara merawat kesehatan rambut dengan kosmetik Mawar Terurai sangat mudah. Mula-mula keramaslah dengan sempurna. Ambillah sedikit Mawar Terurai, lalu usapkanlah pada rambut dengan lembut dan perlahan seta diamkan sebentar. Selanjutnya bilaslah rambut sampai bersih, keringkan dan akhirnya tatalah”.
Biasanya urutan langkah itu ditandai dengan ‘rambu’ yang menyatakan runtutan waktu dan ruang, seperti : pertama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, setelah itu dll[7].
2. Pola klimaks dan anti klimaks. Pola klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari hal yang kurang penting menuju ke hal yang sangat penting, sedangkan pola anti-klimaks yakni teknik pengembangan paragraf yang dimulai dari informasi yang sangat penting menuju informasi yang kurang penting.
Berikut ini contoh paragraf dengan pola klimaks :
“Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang, dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara sesame. Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah mampu.
Sedangkan contoh paragraf dengan pola anti-klimaks adalah :
“Membayar zakat wajib hukumnya bagi mereka yang sudah mampu. Dengan zakat, tidak akan muncul kecemburuan sosial antara yang kaya dengan yang miskin. Selain itu, zakat dapat menciptakan hubungan kasih sayang, dan dapat menghilangkan rasa saling benci diantara sesama”[8].
3. Pola Deduksi (umum-khusus) dan Induksi (khusus umum). Pengembangan paragraf dengan model Deduksi dimulai dari sesuatu gagsan yang sifatnya umum dan diikuti dengan perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci. Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan paragraf dalam model induksi adalah pengembangan yan dimulai dari hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke hal-hal yang sifatnya umum.
Contoh paragraf Deduktif (letak kalimat utama diawal) :
“(1) Semua isi alam ini ciptaan Tuhan. (2) Ciptaan Tuhan yang paling berkuasa di dunia ini adalah manusia. (3) Manusia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan isi alam ini sebaik-baiknya. (4) Akan tetapi, tidak diizinkan menyiksa, mengabaikan, dan menyia-nyiakan”.
Contoh paragraph Induktif (letak kalimat utama diakhir)
“(1) Sudah beberapa kali Pancasila dirongrong bahkan hendak diubah dan dipecah-pecah. (2) Namun, setiap usaha yang hendak mengubah, merongrong, dan memecah-mecah itu ternyata gagal. (3) Betapa pun usaha itu dipersiapkan dengan cara yang teliti dan matang, semuanya dapat dihancurleburkan. (4) Oleh karena itu menegaskan bahwa Pancasila benar-benar sakti, tidak dapat diubah dan dipecah-pecah”.
4. Pola perbandingan dan pertentangan, yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan dan mepertentangkannya sehingga menunjukkan persamaan danperbedaan antara kedua hal.
Contoh pola perbandingan da pertentangan :
“Watak dan nasib para tokoh wayang sudah ditentukan oleh dalang, ada yang ditentukan berwatak jahat dan ada yang berwatak baik. Dalang memainkan wayang menurut keinginannya. Bahkan setiap gerakan gerakan para wayang itu ditentukan oleh dayang”
“Banyak orang yang berpendapat bahwa kita seperti wayang , ada yang menguasai kita, ada yang menggerakkan setiap gerak kita, dan kita harus pasrah pada apa yang terjadi pada diri kita. Benarkah demikian? Jelas pendapat ini tidak sepenunya benar, kita adalah manusia bukan wayang. Jadi kita bebas menentukan apa yang kita lakukan”.
5. Pola analogi, yakni pola pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara membandingkan atau menyamakan sesuatu yang sudah dikenal dengan sesuatu yang kurang dikenal, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.
Contohnya : “ Manusia dan tumbuhan adalah sama-sama makhluk ciptaan tuhan. Bedanya manusia adalah mahluk yang dikarunia akal sedangkan tumbuhan tidak. Dengan akal budi manusia dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Akan tetapi tidak dengan tumbuhan. Tumbuhan adalah mahluk ciptaan Allah yang tidak berakal… (diuraikan dengan detail, sehingga penjelasan tentang tumbuhan mendominasi isi karangan)”.[9]
6. Pola contoh-contoh (Generalisasi), yakni pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara menyajikan hal-hal konkret (contoh-contoh) yang dapat memberikan bukti (penjelasan) secara lebih umum kepada pembaca. Contohnya sebagai berikut :
“Hewan yang umumnya tergolong buas umumnya bertaring dan berkuku tajam. Sebagai contoh harimau yang memiliki kuku tajam dan bertaring. Begitupula srigala, hewan ini juga tergolong buas karena memang mempunayi taring dan kuku yang tajam”.
7. Pola sebab akibat, yakni teknik pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara menjadikan sebab sebagai ide pokok, sementara akibat sebagai penjelas. Contohnya adalah : “Dia adalah mahasiswa yang malas belajar (sebab), oleh karena itu dia tidak dapat mengerjakan tugasnya (akibat 1) dan dinilai kurang baik oleh gurunya (akibat 2) sehingga nilainya rendah (akibat 3)”.
8. Pola definisi luas, yakni pola pengembangan paragraf yang didalamnya berisi pemberian penjelasan tentang sesuatu dengan kalimat untuk memperjelas definisi. Contohnya adalah “Perbuatan wajib adalah perbuatan yang jika dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Ada tiga jenis perbuatan antara perintah dan laranga n yaitu : sunnah, mubah, dan makruh. Perbuatan mubah adalah…..(dan seterusnya hingga tuntas dan terperinci)”[10].
9. Pola Klasifikasi yaitu pola pengembangan paragraph yang dilakukan dengan cara mengelompokkan hal-hal yang sama untuk memperjelas kalimat utama. Contoh “harimau tergolong hewan yang buas karena bertaring dan mempunyai kuku tajam, begitupula singa yang memiliki gigi taring dan kuku tajam. Dengan demikian hewan yang bertaring dan berkuku tajam tergolong hewan buas”.
G. Pengertian penalaran dan jenis-jenisnya
1. Pengertian
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian penalaran adalah :
a. Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan.
b. Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
c. Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare.
d. Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan.
e. Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru
2. Metode penalaran ada dua macam yaitu :
a. Penalaran Induktif,
yaitu adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif:
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
1) Generalisasi
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.
Contoh generalisasi :
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
2) Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik
3) Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a. Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
b. Penalaran Deduktif,
Penalaran deduktif yaitu adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untukmenarik kesimpulan. Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam-macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.
1) Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus remis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
2) Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
3) Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4) Silogisme Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
(a). Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
(b) Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya. namun silogisme kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan silogisme tersusun.
H. Cara-cara membuat karangan dengan baik, dan benar dalam aturan.
1. Merumuskan tema dan menetukan judul suatu karangan.
Sebelum membuat karangan, tentukanlah dahulu tema karangan yang akan dibuat. Tema ini yang akan mempengaruhi seluruh isi dari karangan yang akan dibuat. Pilihlah tema-tema yang sedang hangat atau tema yang menjadi kesenangan Anda. Hal ini akan sangat membatu untuk mengembangkan karangan untuk dapat menghasilkan karya yag baik.
Setelah mendaptkan tema, tentukan juga judul karangan yang akan dibuat. Usahakan membuat judul yang singkat dan menarik pembaca untuk membaca karangan tersebut agar tidak mudah bosan atau jenuh.
2. Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber terpecaya.
Setelah mendapatkan tema, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan bahan pendukung yang berupa topik-topik yang berhubungan dengan tema untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan. Topik-topik tersebut antara lain, pengertian, tujuan, jenis, contoh, dan lain-lain. Catatlah semua topik untuk memudahkan penseleksian bahan atau topik.
3. Menseleksi bahan-bahan yang telah ada agar teepercaya dan baik
Setelah mendapatkan topik, seleksilah topik-topik tersebut yang sesuai dengan tema karangan dan penting. Hindari membahas topik-topik yang tidak penting untuk di bahas yang membuat karangan tidak menarik.
4. Mengembangkan kerangka karangan sesuai permasalahan dengan baik.
Jika sudah mendapatkan tema, judul dan topik, buatlah karangan yang utuh dengan cara mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat. Perluas topik-topik yang telah ditentukan pada kerangka dan usahakan jangan membahas topik yang tidak ada di dalam kerangka karangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Paragraf atau alenia ialah sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antar kalimat satu dengan kalimat lainnya. Paragraf dapat disebut juga sebagai karangan singkat, hal ini karena dalam bentuk tersebut penulis dapat menuangkan ide-ide sehingga membentuk suatu topik pembicaraan yang sesuai dengan syarat, fungsi dan tujuan tertentu yang sesuai dengan tata aturan dalam kaidah bahasa Indonesia.
Dalam paragraf , jenis paragraf terbagi menjadi tiga macam. Pertama dibagi berdasarkan letak kalimat topik atau kalimat utama, kemudian berdasarkan sifat isinya atau bentuk pengembangannya dan berdasarkan posisi dan fungsinya dalam karangan
Penalaran adalah merupakan suatu corak atau cara seseorang mengunakan nalarnya dalam menarik kesimpulan sebelum akhirnya orang tersebut berpendapat dan dikemukakannya kepada orang lain.
Dimana penalaran dibagi dua macam yaitu penalaran induktif dan deduktif. Kedua jenis penalaran tersebut mempunyai maksud dan Silogisme yang berbeda. penalaran deduktif adalah proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum atau universal.sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Oleh karena itu dalam pembuatan karangan ilmiah haruslah menggunakan cara-cara diatas agar pembaca mengerti tentang isi yang ada dalam buku.