Makalah Osteoporosis

13 min read

Osteoporosis

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.

Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.

      Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

•       Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,

•        sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.

•       Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050

•       Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.

•        Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006)

            Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan   merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

  1. TUJUAN

1.         Tujuan Umum

·     Masyarakat Indonesia dapat mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis sehingga dapat dilakukan pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis.

·       Untuk memperkecil angka osteoporosis khususnya di NAD dan Indonesia umumnya.

·       Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit Osteoporosis.

·       Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan pada pasien Osteoporosis.

2.         Tujuan Khusus

·      Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mata ajar keperawatan dewasa II di semester V tahun ajaran 2009/2010 yang di bimbing oleh dosen pembimbing Ns. Imanuddin, S.Kep.

·      Untuk menambah nilai di mata ajar keperawatan dewasa II pada semester V

BAB  II

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A.                DEFENISI


            Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa  tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

B.                 KLASIFIKASI

1.         Osteoporosis Primer

Ø  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

Ø  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2.         Osteoporosis Skunder

            disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

Ø  Kelainan hepar

Ø  Kegagalan ginjal kronis

Ø  Kurang gerak

Ø  Kebiasaan minum alkohol

Ø  Pemakai obat-obatan atau corticosteroid

Ø  Kelebihan kafein

Ø  Merokok

3.         Osteoporosis Idiopatik

Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan padaUsia kanak-kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen)Pria usia pertengah.    

C. ETIOLOGI

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D.           FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

1.        Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

a.         Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut

Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi  hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya   usia.

b.         Jenis Kelamin

Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini  disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c.          Faktor Genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang osteoporosis.

d.         Riwayat Keluarga Atau Keturunan

Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama.

e.         Bentuk Tubuh

Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.

2.        Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a.         Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.

b.        Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.

c.         Estrogen

Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d.        Rokok Dan Kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

e.         Alkohol

Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu  dengan pengguna alkohol mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol.

f.          Gaya hidup.

Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

 E.  PATOFISIOLOGI

Ø  Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang

Ø  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula

Ø  Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda

Ø  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %

Ø  Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris,  dan korpus vertebra

Ø  Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

F.     MANIFESTASI KLINIS

Ø  Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:

Ø  Nyeri timbul mendadak

Ø  Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

Ø  Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

Ø  Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan  dan akan bertambah oleh karena melakukan aktivitas

Ø  Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ø  Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

Ø  Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.

Ø  Pemeriksaan absorpsiometri

Ø  Pemeriksaan komputer tomografi (CT)

Ø  Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

Ø  Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

H.    PENATALAKSANAAN

              Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.


               Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

a. Diet

b. Pemberian kalsium dosis tinggi

c. Pemberian vitamin D dosis tinggi

d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.

e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi

 konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).

f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

I.       PENCEGAHAN

Ø  Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.

Ø  Melakukan olah raga dengan beban

Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Ø  Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.

Ø  Hindari :

ü  Makanan tinggi protein

ü  Minum alkohol

ü  Merokok

ü  Minum kopi

ü  Minum antasida yang mengandung aluminium

BAB  III

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN


a. Anamnesis

1). Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis. Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis., fraktur colum femoris pada osteoporosis). Faktor lain yang diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat weight bearing.

Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis. Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.

Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
2). Pengkajian psikososial. Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri, khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.


3). Pola aktifitas sehari-hari. Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olah raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olah raga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

2. Pemeriksaan fisik


a. B1 (Breathing).

Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.


b. B2 ( Blood).

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.


c. B3 ( Brain).

Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.

a. Kepala dan wajah: ada sianosis

b. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

c. Leher: Biasanya JVP dalam normal


Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan

indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra.


d. B4 (Bladder).

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.


e. B5 ( Bowel).

Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.


f. B6 ( Bone).

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :

Data subjektif :
– os mengeluh nyeri punggung
– os mengatakan sulit BAB
– os mengatakan mudah lelah
– Adanya riwayat jatuh

Data objektif
– kekuatan otot menurun
– kekakuan sendi
– deformitas
– kifosis
– fraktur baru
– ketidakseimbangan tubuh
– keletihan

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2.      Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

3.      Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)

4.      Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang osteoporotik

  1. INTERVENSI KEPERAWATAN

      Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.

  1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
  2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
  3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti  Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
  4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
  5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
  6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
  7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.

      Meredakan Nyeri

  1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
  2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
  3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
  4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
  5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.
  6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,
  7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
  8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
  9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.

   Memperbaiki Pengosongan Usus.

      Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia.

1.      Berikan diet tinggi serat.

2.      Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu

      atau meminimalkan konstipasi.

3.      Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena  bila terjadi kolaps vertebra

      pada T10-L2, maka  pasien dapat mengalami ileus.

      Mencegah Cedera.

1.      Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.

2.      Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.

3.      Anjurkan untuk  Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.

4.      Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat  beban lama.

5.      Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.

BAB.   IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :

1.  Osteoporosis Primer

Ø  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

Ø  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2.      Osteoporosis Skunder

            disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

Ø  Cushing’s disease

Ø  Hyperthyroidism

Ø  Hyperparathyroidism

Ø  Hypogonadism

Ø  Kelainan hepar

Ø  Kegagalan ginjal kronis

Ø  Kurang gerak

Ø  Kebiasaan minum alkohol

Ø  Pemakai obat-obatan/corticosteroid

Ø  Kelebihan kafein

Ø  Merokok


      3.  Osteoporosis Idiopatik

            Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada :

1.      Usia kanak-kanak (juvenil)    

2.      Usia remaja (adolesen)

3.      Pria usia pertengah    

DAFTAR PUSTAKA

Ø  http/ wikipedia.com

Ø  Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep, proses, dan praktik, EGC. Jakarta.

Ø  K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003).  Kamus Kedokteran arti dan  keterangan istilah. Jakarta.

Ø  Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.

Laporan Hasil Praktikum – Kerja Otot Gastrocnemius

Kerja Otot Gastrocnemius Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Otot dirangsang dengan rangsangan maksimal secara beruntun (multiple) dan frekuensi ditinggikan berpotensi menimbulkan beberapa gambaran...
Ananda Dwi Putri
8 min read

Laporan Praktikum Fluida Statis dan Hukum Archiemedes

Fluida Statis dan Hukum Archiemedes Bab. Pendahuluan A. Latar Belakang Fluida adalah zat yang dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas...
Ahmad Dahlan
7 min read

Laporan Agroklimatologi – Pengukuran Kelembaban

Pengukuran Kelembaban Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam atmosfer (lautan udara) senantiasa terdapat uap air. Kadar uap air dalam udara disebut kelembaban (lengas udara)....
Ananda Dwi Putri
9 min read

Leave a Reply