Berikut ini laporan ini praktikum persilangan tanaman Jagung. Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik pada tanaman jagung serta metode persilangan pada tanaman jagung dengan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman.
Daftar isi
Persilangan Tanaman Jagung
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu.
Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Pada tahun 2011 impor jagung mencapai 3207,657 juta ton Pada tahun 2012, impor jagung mencapai 1,7 juta ton dengan nilai US$ 501,9 juta. Negara asal jagung impor terbesar adalah India dengan total impor 1,1 juta ton dengan nilai US$ 319 juta sepanjang tahun lalu. Kemudian Argentina, dengan total impor jagung ke Indonesia sebesar 286,3 ribu ton dengan nilai US$ 89 juta. Impor jagung dari Pakistan sebesar 146,2 ribu ton dengan nilai US$ 46 juta, Brazil sebanyak 74,4 ribu ton dengan nilai US$ 23 juta, dan Amerika Serikat sebanyak 44,2 ribu ton dengan nilai US$ 15,8 juta.Meskipun produksi jagung dalam negeri mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir dan ada sedikit ekspor, tetapi kita masih melakukan impor jagung dalam waktu yang bersamaan. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara tahun 2005 dan 2001 Indonesia mengimpor sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pakan ternak.
Produksi jagung pada tahun 2012 (ATAP) sebesar 19,39 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar 1,74 juta ton (9,88 persen) dibandingkan tahun 2011. Produksi jagung pada tahun 2013 (ARAM I) diperkirakan 18,84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton (2,83 persen) dibandingkan tahun 2012. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,62 ribu hektar (1,68 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,57 kuintal/hektar (1,16 persen).
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah: Kalori : 355 Kalori, Protein : 9,2 gr, Lemak : 3,9 gr, Karbohidrat : 73,7 gr, Kalsium : 10 mg, Fosfor : 256 mg, Ferrum : 2,4 mg, Vitamin A : 510 SI,Vitamin B1 : 0,38 mg, Air : 12 gr. Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat. Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji jagung. (Mubyarto, 2002).
Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat jagung sebagai berikut (1) Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia. (2) Sebagai salah satu sumber pangan pokok. (3) Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau. (4) Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar. (5) Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.
1.1. Tujuan dan kegunaan
1.1.1. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik pada tanaman jagung serta metode persilangan pada tanaman jagung dengan perlakuan yang diberikan terhadap tanaman.
1.1.2. Kegunaan
Adapun kegunaan dari makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana morfologi dan karakteristik tanaman jagung dan maengetahui metode persilangan pada tanaman jagung di lapangan.
Bab II. Kajian Pustaka
A. Morfologi Tanaman Jagung
Kingdom | Plantae |
Divisi | Spermatophyta |
Subdivisi | Angiospermae |
Kelas | Monocotyledoneae |
Ordo | Graminales |
Famili | Gramineae |
Genus | Zea |
Spesies | Zea mays |
Varietas | Golden Boy |
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan, pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini (Nasir, 2006).
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar tanaman jagung seperti tanaman rumput-rumputan, akar tanaman jagung tumbuh dengan baik.Akar yang pertama muncul disebut sebagai akar seminal yang pemanjangannya diikuti oleh akar-akar samping. Akar seminal ini termasuk dalam akar sementara yang tumbuh dari embrio, setelah akar utama yaitu akar adventif muncul yaitu sekitar umur 6 hingga 10 hst maka selanjutnya yang berkembang adalah akar adventif. Akar adventif tumbuh di pangkal ujungbawah batang ( Nasir, 2006).
Selain akar adventif, tumbuh juga akar udara atau akar tunjang yang tumbuh di pangkal atas ruas batang bagian bawah atau sekitar 2,5-3 cm dari permukaan tanah yang memanjang hingga akhirnya menembus tanah, akar inilah yang membedakan jagung dari jenis rumput yang lain. Akar tunjang ini dimanfaatkan tanaman jagung untuk memperkokoh tegak tanaman dan memperluas wilayah serapan air dan mineral. Akar tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan subur, sementara pada tanah yang padat akan menyebabkan akar tanaman jagung tumbuh dalam jumlah lebih sedikit. cara umum akar tanaman berperan dalam menyokong tubuh tanaman, mengabsorbsi air dan mineral tanah, melakukan metabolisme yang penting untuk tanaman dan menyimpan cadangan makanan ( Nasir, 2006 ).
Batang tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100 cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm Daun sangat penting perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga 48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm (Rukmana, 2007 ).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Batang tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100 cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm (Rukmana, 2007 ).
Daun sangat penting perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga 48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm. Daun jagung adalah daun sempurna. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Daun jagung tumbuh dari ruas-ruas batang dan terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Ligula adalah lidah daun yang letaknya diantara kelopak dan helaian daun. Terkadang, kelopak daun juga membungkus batang sehingga seluruh ruas tanaman tertutupi. Tulang daun jagung tersusun secara linier memanjang dengan satu ibu tulang daun yang diikuti dengan anak tulang daun yang sejajar (Rukmana, 2007).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan (Allard, 2008)
Jagung termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam satu bunga yang sama. Bunga jantan atau tassel atau staminate berada di bagian ujung tanaman sementara bunga betina atau tongkol berada di ruas samping tanaman atau di ketiak daun.bunga betina jagung memiliki pemanjangan kepala putik yang disebut sebagai carpel. Dalam carpel terdapat sel telur atau ovary. Kepala putik atau carpel ini akan muncul dan keluar dari klobot ketika jagung siap untuk diserbuki. Setiap satu carvel mewakili satu bakal biji. Sementara itu, pada bunga jantan terdapat poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah terdiri atas empat pasang spiket atau lebih, dan untuk cabang lateral terdiri atas dua baris spiket. Penyerbukan dimulai dengan jatuhnya polen pada carpel secara open pollinated. Setelah pembuahan terjadi, biji akan terbentuk pada tongkol. Biji yang terbentuk terlindungi oleh klobot jagung (Allard,2008)
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun, meskipun memiliki sejumlah bunga betina, Pada umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif, Buah Jagung yang siap panen Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Dan bunga jantan jagung memerlukan waktu 2-5 hari untuk penyerbukan lebih cepat daripada bunga betinanya (Allard,2008)
2.2 Pemulian Tanaman Jagung
Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi alam lingkungan yang cenderung berubah, sebagai contoh strain patogen yang selalu berkembang, selera ataupun preferensi konsumen terhadap pangan yang juga berkembang, oleh karenanya, kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang sinambung, berlanjut dari satu tahapan menuju pada tahapan berikutnya. Lebih lanjut, pemuliaan merupakan ilmu terapan yang multidisiplin, dengan menggunakan beragam ilmu lainnya, seperti genetika, sitogenetik, agronomi, botani, fisiologi, patologi, entomologi, genetika molekuler, biokimia, statistika dan bioinformatika. Sedangkan, dilihat dari metode yang digunakan, dibagi menjadi dua: pendekatan pemuliaan konvensional (contohnya melalui persilangan, seleksi dan mutasi) dan inkonvensional (kloning gen, marka molekuler dan transfer gen) (Gepts and Hancock, 2006).
Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru (Wijaya, 2007)
Peran pemuliaan dalam upaya peningkatan kualitas komoditas tanaman adalah perakitan kultivar yang memiliki kualitas tinggi seperti perbaikan terhadap warna, rasa, aroma, daya simpan, kandungan protein, dll. Perbaikan kualitas juga berarti perbaikan ke arah preferensi konsumen (market/ client). Karakter kualitas target pemuliaan, sebagai contoh pada tanaman mangga adalah karakter (diantaranya): daging buah tebal, rasa manis, tekstur daging buah baik, kadar serat rendah, biji tipis, kulit buah tebal dengan warna menarik serta memiliki daya simpan yang panjang (Wijaya, 2007)
Menurut Alfikri (2011) metode seleksi dalam pemuliaan tanaman jagung adalah sebagai berikut :
1. Seleksi Massa (Mass Selection)
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa tidak berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi massa merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani sejak dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa adalah dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman yaitu:
a. Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang berbunga bersamaan pada jarak tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil biji. Pilih tanaman yang mempunyai karakter yang diinginkan.Pemilihan dapat dilakukan bertahap, yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada waktu panen hanya dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih menunjukkan karakter yang diinginkan.Biji hasil tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih menyumbangkan frekuensi gamit sama (Muhammad, 2005 ).
b. Musim II
Prosedur pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim, sampai populasi mempunyai karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi massa efektif untuk karakter yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena pemilihan hanya berdasarkan satu individu pada satu lokasi dan satu musim. Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua. Pada tanaman jagung dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua betinanya diketahui d engan pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua jantan yaitu asal tepungsari yang menyerbuki tanaman terpilih tidak diketahui.Untuk karakter yang dapat dipilih sebelum berbunga, seleksi dapat dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan maupun tetua betina.Tanaman yang tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan terjadi antara tanaman terpilih atau dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Pada seleksi ini pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila lahannya mempunyai kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman yang terpilih belum tentu karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk mengurangi faktor lingkungan ini telah berhasil menaikkan hasil biji jagung varietas Hays-Golden dengan total respon kenaikan 23% dari populasi asal selama 10 generasi seleksi massa (di atas 10 tahun), dan respon tiap generasi adalah 2.8% ( Alfikri, 2011 ).
Menurut Rukmana (2007), Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi massa terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
- Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih teliti pada biji-biji yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
- Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan pemberian pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil keragaman lingkungan.
- Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil dengan ukuran ± 4 x 5 m.
- Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10 tanaman.
- Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 – 5000 tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil yang terdiri dari 40 tanaman.
2. Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection” Bagan pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (2009) dalam Dahlan, (2004) di Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman ( Subandi, 2008 ).
Menurut Zuber (2005), Langkah-langkah pelaksanaan seleksi ear-to-row:
Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen terpisah.
Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol ditanam dalam barisan-barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan. Seleksi setiap individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan dengan membandingkan baris-baris keturunan.
Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang keturunannya superior dicampur untuk ditanam di tempat yang terisolasi dan terjadi perkawinan acak.
Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi fenotip-fenotip individu tanaman yang baik untuk diteruskan ke siklus berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan adalah saudara tiri (half sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih satu tongkol satu baris, maka kelemahannya terjadinya inbreeding cukup besar. Karena satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu merupakan satu famili. Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan genetik pada proses seleksinya (Zuber, 2005).
Menurut Allard (2008), Secara umum, ada empat tahap dalam pembentukan galur unggul yaitu :
- membentuk galur murni yang stabil dan vigor
- pengujian daya gabung dan pengujian penampilan galur murni
- penggunaan galur murni terseleksi untuk membentuk hibrida produksitf
- perbaikan daya hasil dan ketahanan hama penyakit
Plasma nutfah yang digunakan dalam pembentukan populasi dasar harus memiliki sifat superior yang memiliki karakter agronomis yang baik dengan daya gabung khusus dan umum yang tinggi, oleh karena itu plasma nutfah sangat penting dalam kegiatan pemuliaan.Dalam pembentukan suatu hibrida, paling tidak dibutuhkan dua populasi dengan latar belakang keragaman genetik luas, hasil persilangan menunjukkan heterosis tinggi dengan toleransi yang tinggi terhadap cekaman silang dalam sehingga mampu menghasilkan inbrida berdaya hasil tinggi. Keberadaan gen dalam frekuensi yang berbeda dari kedua populasi inbrida menjadi bahan penting untuk membentuk populasi yang heterosis, karena makin kontras sumber plasma nutfah yang digunakan maka semakin heterosis. Kemampuan populasi untuk menghasilkan vigor tinggi sangat mempengaruhi efektifitas dalam pemilihan populasi sumber genetik inbrida.Karakter yang diharapkan untuk muncul sebagai karakter vigor adalah karakter ideotipe stabil, produktif, berpenampilan baik dan berdaya gabung tinggi.agar seleksi yang dilakukan efektif maka karakter-karakter tersebut harus ada dalam populasi, jika gen-gen yang membawa karakter tersebut tidak ada maka tidak ada jaminan pemuliaan tanaman akan berhasil ( Alfikri, 2011 ).
a. Pembentukan Galur Hibrida
Pembentukan hibrida dapat dilakukan melalui silang ganda, silang tunggal, ataupun three way cross. Pada dasarnya, hasil persilangan silang tunggal yang berasal dari dua populasi galur murni superior yang tidak berhubungan satu dengan lainnya akan menghasilkan hibrida yang vigor dan produktif dibandingkan dengan tetuanya. Selain lebih vigor, hibrida silang tunggal juga lebih seragam dan mudan dilakukan untuk proses produksi benih jika dibandingkan dengan silang tiga galur dan dilang ganda.Dalam pembentukan hibrida, daya gabung galur murni sangat penting, daya gabung umum dan daya gabung khusus diharapkan tinggi. Daya gabung umum menunjukkan rata-rata penampilan galur murni dalam berbagai kombinasi persilangan membentuk hibrida, sementara daya gabung khusus menunjukkan penampilan galur murni dalam kombinasi hibrida tertentu terhadap kombinasi hibrida lainnya( Wijaya, 2007).
Tanaman yang membiak melalui penyerbukan silang seperti jagung, efek heterosis sangat penting hingga dijadikan dasar pembentukan hibrida.Heterosis adalah peningkatan ukuran atau vigor suatu hibrida melebihi rerata kedua tetuanya. Heterosis terbentuk karena adanya gen-gen dominan yang memunculkan karakter baik. Asumsi yang dimunculkan adalah bahwa gen baik dibawa oleh gen dominan sementara gen buruk dibawa oleh gen resesif. Jika kedua tetua memiliki gen-gen dominan, maka hibridanya akan memiliki gen-gen dominan dari masing-masing tetuanya, sehingga akan menunjukkan kombinasi yang melebihi tetuanya. Semisal untuk membentuk hibrida, terbentuk galur inbrida H dan K. Galur H mengandung genotip AAbbccDD (AD dominan) sementara galur K mengandung genotip aaBBCCdd (BC dominan). Dari hasil persilangan tersebut akan didapatkan hibrida bergenotip AaBbCcDdEe (ABCDE dominan). Nantinya, galur ini diharapkan akan memperlihatkan vigor yang lebih baik dari kedua galur tetuanya sebelum dilakukan persilangan ( Rukmana, 2007).
Setelah dilakukan persilangan, maka perlu dilakukan perbaikan populasi secara berleanjut baik dalam populasi maupun antar populasi. Perbaikan dalam populasi dilakukan untukmemperbaiki populasi secara langsung, sementara perbaikan antara populasi bertujuan untuk memperbaiki persilangan yang dilakukan antar populasi yang digunakan membentuk hibrida ( Allard, 2008 ).
b. Pembentukan Galur Inbrida
Galur murni atau inbrida dibentuk melalui penyerbukan sendiri sampai diperoleh tanaman yang homozigot. Untuk mendapatkan hasil yang homozigot paling tidak membutuhkan waktu lima generasi S5 hingga tujuh generasi S7 dalam penyerbukan sendiri yang terkontrol.Mulanya, kegiatan pembentukan hibrida dimulai dengan mengumpulkan bahan pemuliaan yang heterozigot yang kemudian dilakukan penyerbukan sendiri sehingga menyebabkan penurunan vigor dan kemampuan bereproduksi, hal ini terjadi karena terjadinya segregasi. Terjadinya penurunan vigor ini sangat terlihat pada generasi pertama dan kemudian mengalami penurunan menjadi setengahnya dalam setiap generasi selanjutnya, jadi penurunan vigor dapat dilihat dari generasi ke generasi selanjutnya sampai didapatkan galur homozigot.Untuk tanaman seperti jagung yang mengalami persilangan secara terbuka, jika dilakukan penyerbukan sendiri akan menyebabkan depresi silang dalam yang selain menurunkan vigor tanaman juga menyebabkan munculnya sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti pendek, rebah, peka penyakit ( Broertjes,2008).
Dari sifat yang muncul tersebut, diambil tanaman yang menunjukkan vigor paling baik dan selanjutnya digunakan untuk penyerbukan sendiri pada senerasi selanjutnya. Secara umum tujuan pembentukan inbrida adalah untuk mengumpulkan karakter yang diinginkan dalam bentuk homozigot. Ketika tanaman inbrida dihasilkan maka sifat-sifat yang terbawa oleh gen resesif yang buruk akan muncul, namun selanjutnya setelah dilakukan hibridisasi untuk membentuk hibrida akan didapatkan hibrida yang memiliki sifat yang diinginkan yang berasal dari genotip inbrida.Untuk membentuk inbrida, kemajuan seleksi dan pencapaian heterozigositas harus diperhatikan untuk memaksimalkan efisiensi dalam seleksi. Jika dilihat dari laju inbriding, persilangan sendiri menunjukkan kemajuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan teknik inbreed lainnya. Untuk pembentukan inbrida melalui persilangan saudara sekandung (fullsib) memerlukan tiga generasi untuk mementuk inbrida yang setara dengan satu kali silang dalam, dan memerlukan enam generasi untuk pembentukan inbrida dari persilangan saudara tiri (Muhammad, 2005).
2.3 Persilangan Tanaman Jagung
]Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et. al., 2010).
Banyak sifat pada tanaman,binatang,mikrobia yang diatur oleh suatu gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan alele dari pasangan gen tadi diwariskan kepada keturunannya secara genetik disebut Hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi serta bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 2006).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek xenia. Efek xenia itu sendiri dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua jantan dari persilangan jantan dengan betina yang berkembang pada biji. Persilangan buatan dilakukan dengan cara menyerbuki tongkol tanaman sesuai dengan perlakuan-perlakuan tertentu yang sudah ditentukan. Kemudian tongkol yang telah diserbuki ditutup dengan kantong khusus untuk melindungi dari penyerbukan oleh tepung sari bunga lain. Efek xenia berpengaruh terhadap kadar protein, warna dan bentuk biji tetapi tidak berpengaruh yerhadap karakter biji yang lain. Hasil persilangan dengan jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa kedua tetua persilangan tersebut mempunyai tingkat kompatibilitas yang baik. Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang mengendalikan kadar protein. Kandungan protein terbesar pada biji jagung terdapat pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus endosperm. Endosperm biji jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada jagung yang mengandung lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).
Penelitian Shull dan East di USA, membuktikan sebuah revolusi pada persilangan jagung dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang 50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 2008).
Hubungan antara hasil biji dengan karakter agronomis selain ukuran malai, telah banyak dilaporkan. Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan antara hasil biji dengan tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak adalah nyata pada diameter batang dan diameter tongkol konstan. Ini berarti bahwa tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi (Soebagio, 2010).
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga. Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu: Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, Memperluas keragaman genetic, Memanfaatkan vigor hibrida; atau Menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas (Muhammad, 2005).
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop). Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya Stuktur bunga, Waktu berbunga, Saat bunga mekar, Kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari), dan Tipe penyerbukan yang terjadi pada tanaman jagung ( Tim, 2013).
Hibridisasi adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya.Pada tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua.Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida ( Nasir, 2006).
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.Varietas hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur inbrida.Varietas hibrida dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dapat menghasilkan varietas hibrida secara komersial atau secara lebih meluas (Allard,2008).
Menurut Tim ( 2013 ), Tahapan Persilangan Tanaman jagung adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan bunga sebagai induk betina
Satu hal yang harus diketahui bersama adalah tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri sehigga tanpa penyerbukan bantuan, secara alami bunga akan terserbuki. saabunga yang dipilih pada adalah bunga yag masih kuncup sehingga dapat diyakini putik bunga belum terserbuki.
2. Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan.
3. Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil.
4. Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan.
5. Pengumpulan Serbuk Sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.
6. Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi. Cara melakukan penyerbukan :
- Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke alkohol pekat, biarkan kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
- Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga tetua betina yang telah diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk persilangan padi dan jagung.
Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan faktor penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk penyerbukan kacang panjang adalah jam 06.00 (sebelum bunga mekar, karena jika bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga yang dijadikan induk jantan. Selain itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya jangan sampai kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang tidak dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah polinasi bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuku bunga lain dan tidak rusak (Widyastuti, 2004 ).
Menurut Allard ( 2008 ), Penyerbukan dapat dibedakan atas dua cara yaitu:
1. Penyerbukan sendiri
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin terjadi pada 5 tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%.
2. Penyerbukan silang
Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain. Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh gangguan mekanis terhadap penyerbukan sendiri, Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik, Sterilitas dan inkompatibilitas, Adanya bunga monocious dan diocious. Jagung adalah tipe monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang.Serbuk sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih.Ada perbedaan besar dalam hal penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan polinasi silang oleh pemulia tanaman.
Bab III. Metode Praktikum
A. Tempat dan waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada hari jumat, 12 september 2014, pukul 16.00 WITA-selesai.
B. Bahan dan alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benh jagung jnatan dan betina,pupuk kompos, pupuk urea, pupuk NPK, serta furadan.
Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, patok, tali rapiah, sabit, dan ember untuk menyiram tanaman.
C. Metode percobaan
Adapun metodepercobaan dalam praktikum ini yaitu :
- Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
- Mengolah tanah yakni mencangkul dan menggemburkannya
- Membuat bedengan sebanyak 6 lajur
- Membuat lubang tanam sebanyak 20 lubang setiap bedengan dengan jarang 20cm setiap lubang
- Mengisi lubang tanam dengan benih jagung lalu tutup dengan pupuk kompos, benih jagung ditanam terlebih dahulu dibandingkan jagung betina
- Menyiram dan membumbun bedengan setiap minggu
- Melakukan pemupukan sat tanaman berumur 4 minggu dengan urea dan NPK
- Melakukan perawatan setiap hari
- Mengukur tinggi tanaman dan jumlah daun.
3.4. Komponen pengamatana
Adapun komponen pengamatan yang diamati dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman dan jumlah duan yang dilakukan setiap minggu mulai dari minggu pertama setelah tanaman tumbuh.
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel 4.1. Pengukuran pada Tanaman Jagung
No | Bedengan 1 | Bedengan 2 | Bedengan 3 | Bedengan 4 | Bedengan 5 | Bedengan 6 | ||||||
TT (cm) | JD | TT (cm) | JD | TT (cm) | JD | TT (cm) | JD | TT (cm) | JD | TT (cm) | JD | |
1 | 70 | 9 | 60 | 9 | 59 | 8 | 53 | 7 | 30 | 5 | 19 | 4 |
2 | 58 | 8 | 67 | 9 | 62 | 10 | 68 | 9 | 65 | 9 | 19 | 4 |
3 | 34 | 4 | 45 | 7 | 59 | 10 | 62 | 8 | 59 | 9 | 51 | 9 |
4 | 32 | 4 | 40 | 8 | 48 | 9 | 45 | 7 | 45 | 8 | 28 | 6 |
5 | 23 | 3 | 53 | 7 | 38 | 8 | 43 | 6 | 15 | 3 | 20 | 3 |
6 | 31 | 4 | 52 | 8 | 56 | 10 | 38 | 6 | 23 | 2 | 20 | 5 |
7 | 18 | 2 | 42 | 11 | 62 | 11 | 42 | 7 | 59 | 10 | 30 | 4 |
8 | 26 | 3 | 33 | 5 | 62 | 9 | 32 | 8 | 47 | 8 | 15 | 4 |
9 | 16 | 2 | 63 | 9 | 66 | 11 | 19 | 4 | 48 | 8 | 31 | 6 |
10 | 30 | 4 | 64 | 9 | 69 | 12 | 20 | 8 | 36 | 7 | 11 | 5 |
11 | 31 | 3 | 65 | 10 | 64 | 9 | 81 | 9 | 61 | 9 | 22 | 4 |
12 | 32 | 2 | 78 | 12 | 71 | 11 | 90 | 12 | 47 | 8 | 22 | 5 |
13 | 73 | 8 | 85 | 12 | 66 | 9 | 94 | 10 | 54 | 5 | 16 | 3 |
14 | 62 | 8 | 60 | 11 | 60 | 7 | 65 | 7 | 25 | 6 | 29 | 5 |
15 | 39 | 6 | 64 | 10 | 41 | 9 | 71 | 9 | 30 | 6 | 24 | 5 |
16 | 104 | 10 | 12 | 5 | 65 | 9 | 92 | 11 | 32 | 8 | 19 | 4 |
17 | 99 | 12 | 78 | 10 | 71 | 11 | 63 | 7 | 42 | 8 | 18 | 4 |
18 | 110 | 12 | 68 | 9 | 62 | 8 | 49 | 7 | 40 | 5 | 73 | 10 |
19 | 108 | 10 | 65 | 10 | 47 | 8 | 66 | 9 | 21 | 7 | 18 | 3 |
20 | 69 | 5 | 70 | 10 | 62 | 9 | 67 | 7 | 42 | 8 | 50 | 7 |
21 | 21 | 3 | ||||||||||
22 |
Sumber: Data olahan primer, 2014
Keterangan:
TT = Tinggi Tanaman
JD = Jumlah Daun
Bedengan 1 = Benih Jantan Bedengan 4 = Benih jantan
Bedengan 2 = Benih Betina Bedengan 5 = Benih Betina
Bedengan 3 = Benih betina Bedengan 6 = Benih Betina
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat diliat tinggi dan jumlah daun yang berpariasitabel diatas menunjukkan hasil pada bedengan satu, rata-rata tinggi tanaman yaitu 39,62 cm dengan rata-rata jumlah daun yaitu 5,50. Pada bedengan dua rata-rata tinggi tanaman adalah 36,95 dan rata-rata jumlah daun adalah 6,5. Pada bedengan tiga, rata-rata tinggi tanaman yaitu 36.45 dan jumlah daun yaitu 6.95. Pada bedengan ke empat diperoleh rata-rata tinggi tanaman adalah 40 dengan jumlah daun adalah 5.39. Pada bedengan ke lima diperoleh tinggi tanaman 35.44 dengan rata-rata jumlah daun 5.94. Dan bedengan terakhir memiliki rata-rata tinggi tanaman 38.09 dengan jumlah daun 6.14.
Pengamatan yang dilakukan dua varietas yang digunakan dalam pertanaman jagung ini. Jagung pada bedengan 2,3,5 dan 6 merupakan jagung dengan tetua betina yang unggul sedangkan jagung pada bedengan 1 dan 4 merupakan jagung dengan tetua jantan yang unggul. Jagung betina memiliki batang tanaman berwarna putih dan umumnya tinggi tanaman dibawah tinggi tanaman jagung jantan. Tinggi tanaman betina tidak lebih dari 35 cm dengan rata-rata daun 6,9. Sedangkan pada tanaman rata-ratanya menghampiri 100 cm dengan rata-rata jumlah daun 6,06. Hal ini sesuai dengan menurut Nasir (2006) tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini
Bab V. Penutup
A. Kesimpulan
- Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret.
- Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
- Jagung termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam satu bunga yang sama.
- Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi berikutnya.
- Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga.
B. Saran
Sebaiknya untuk praktikum pemuliaan tanaman kedepannya lebih memperhatikan kondisi tempat praktikum agar tanaman yang di uji tidak mendapatkan gangguan dari hewan atau sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W, 2008. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta: Jakarta.
Alfikri, 2011. Metode Hibridasi Buatan. Gramedia. Jakarta.
Broertjes and van Harten, 2008. Applied Mutation breeding for vegetatively
propagated crops. Bloom bolen culture. 95(25):566-567.
Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gepts, P and Hancock, J. 2006. The future of plant breeding. Crop Sci. 46:1630-1634.
Muhammad. 2005. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Dan Hortikultura: Fakultas Pertanian.
Nasir.M, 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rukamana, 2007. Usaha tani Jagung.Kanisius. Jakarta
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index.php?option=com content &task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 30 November 2011.
Sinnot, E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book ;Company Inc., New York.
Soebagio, H. 2010. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman jagung. Riset Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.
Subandi, M. Ibrahim, dan A. Blumenshein. 1988. Koordinasi Program Penelitian Nasional : JAGUNG. Puslitbangtan, Bogor.
Tim.2013. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. UNIB: Bengkulu.
Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung
di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.
Zuber, M.S., W.H. Skrdla, and B.H. Choe. 2005. Survey of maize selections for
endosperm lysine content. Crop Sci. 15: 93-94.