Nabi Zakariyya AS
Nabi Zakaria ‘alaihissalam adalah nabi dan rasul yang diutus di kalangan Bani Israil. Kepada kaumnya, Zakaria mengajarkan isi Kitab Taurat. Ia merupakan keturunan Nabi Sulaiman a.s. Zakaria juga diberi tugas oleh Allah Swt. untuk memelihara dan mendidik keponakannya, Maryam binti Imran. Kisah Nabi Zakaria cukup banyak diceritakan dalam Al- Qur’an. Nama Zakaria disebut sebanyak tiga belas kali.
Nabi Zakaria ‘alaihissalam merawat Maryam binti Imran
Zakaria ditunjuk menjadi wali yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mendidik Maryam. Sejak Maryam lahir, ayahnya sudah meninggal dan Maryam diserahkan ke Baitulmakdis untuk mengabdi kepada Allah Swt., sebagai nazar dari ibunya. Zakaria menempatkannya di sebuah kamar di Baitulmakdis. Di situlah Zakaria merasakan bahwa Maryam memiliki keistimewaan setelah menemukan makanan di mihrab tempat Maryam beribadah.
Do’a nabi Zakaria alaihissalam agar diberi keturunan
Zakaria sangat menginginkan seorang anak untuk melanjutkan tugas dakwahnya. Namun hingga berusia 90 tahun, ia dan istrinya, Isya, belum juga dikaruniai seorang anak yang diharapkan. Hasrat untuk memiliki anak semakin kuat, ketika saudara perempuan Isya, Hannah, yang merupakan istri Imran, melahirkan anak perempuan bernama Maryam.
Setiap hari Zakaria tekun beribadah dan berdoa agar Allah Swt. memberinya seorang anak yang kemudian dinamai Yahya. Zakaria berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut. seperti yang dikisahkan dalam Al Qur’an surat Maryam, yang artinya,
- Zakaria berkata, Hai Tuhanku, sesungguhnya telah lemah tulangku dan telah penuh uban di kepalaku, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau ya Tuhanku.
- Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawali (pewaris) di belakangku padahal isteriku mandul, maka berilah aku keturunan seorang pewaris (anak-anak laki- laki) dari sisi-Mu.
- Yang akan mewarisiku dan mewarisi keluarga Yaqub dan jadikanlah dia, ya Tuhanku seorang yang diridhai.
- (Allah berfirman), Hai Zakaria, sesungguhnya Kami menggembirakan engkau dengan seorang anak namanya Yahya. Belum pernah Kami memberikan nama seperti itu sebelumnya.
Allah Swt. mengabulkan doa Zakaria. Namun ia masih bertanya, bagaimana ia bisa mempunyai seorang anak, sedangkan ia sudah tua dan istrinya mandul. Zakaria kemudian memohon agar Allah memberi suatu tanda.
- Berkata (Zakaria), Hai Tuhanku, bagaimana aku bisa memperoleh seorang anak, sedang isteriku mandul dan sungguh aku sudah mencapai usia yang sangat tua.
- Allah berfirman, Demikianlah. Tuhanmu berfirman, Hal itu mudah bagi-Ku sungguh Aku telah menciptakanmu dahulu, sedang engkau belum jadi sesuatu.
Tanda kelahiran Yahya
- Zakaria berkata, Hai Tuhanku, adakanlah bagiku suatu tanda. Allah berfirman, Tanda untukmu ialah bahwa engkau tidak berbicara kepada manusia tiga malam, sedang engkau dalam keadaan sehat.
Kelahiran Yahya juga tercantum dalam Al Qur’an surat Ali Imran berikut ini:
Sebelum kelahiran Yahya, Zakaria sudah diberitahu mengenai putranya yang akan membenarkan firman Allah Swt. mengenai kedatangan Nabi Isa. Di kemudian hari Yahya membenarkan risalah yang dibawa nabi Isa.
Qur’an Surat Ali Imran
- Di sinilah Zakaria berdo’a kepada Tuhannya, katanya: “Wahai Tuhanku! Aku mohon Karunia-Mu, berilah aku seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a “
- Kemudian Malaikat memanggil Zakaria, ketika ia sedang berdiri Shalat dimihrab itu. Katanya: “Sungguh Allah menyampaikan berita gembira kepadamu dengan dikarunia-Nya kamu dengan seorang anak yang bernama Yahya, yang akan mengakui kerasulan Isa yang dilahirkan dengan kalimat-Cipta”
maksud dari Kalimat Cipta pada ayat 39 ialah: Nabi Isa yang dilahirkan dengan firman-Nya: “Kun! Jadilah!” Tanpa bapak. Sedangkan Orang Suci adalah orang yang dapat menahan hawa nafsu yang menjurus kepada kejahatan.
- Kata Zakaria: “Wahai Tuhanku! bagaimana aku akan memperoleh anak. Sedang aku sudah tua begin, lagipula isteriku mandul?” Firman-Nya: “Begitulah Allah berbuat menurut kehendak-Nya.”
- Kata Zakaria: “Wahai Tuhanku! Aku Mohon diberi tandanya! Allah berfirman: “Tandanya Ialah engkau tidak akan dapat bercakap-cakap dengan manusia lain selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Karena itu hendaklah engkau banyak-banyak memuja Tuhanmu dan bertasbihlah pagi dan petang!”
Zakaria dan istrinya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Yahya. Nama tersebut merupakan pemberian langsung dari Allah Swt. dan sebelumnya Allah Swt. belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Yahya (Al Qur’an surat Maryam:7). Kelak anak Zakaria inilah yang akan membenarkan firman Allah tentang kedatangan Nabi Isa alaihissalam.
Akhir hidup Nabi Zakaria ‘alaihissalam
Banyak yang mengisahkan kematian nabi Zakaria yang tragis, yakni mati dengan digergaji, cerita tersebut adalah karangan orang-orang di luar islam, mana mungkin seorang nabi berakhir seperti itu.
Cara kematian tersebut adalah sesuatu yang mustahil, karena Zakaria adalah seorang Nabi yang dijaga dan dilindungi Allah swt dan berita tersebut adalah berasal dari israiliyat dan sebagaimana kebiasaan orang-orang israil adalah ingin merendahkan dan mengecilkan para nabi Allah swt.
Namun demikian yang pasti bahwa didalam kisah-kisah para Nabi dengan segala keunikan dan kesabaran mereka semua—termasuk kisah Nabi Zakaria—didalam memikul beban kenabian sebagai pelita umat-umatnya ada banyak pelajaran yang bisa diambil oleh manusia, sebagaimana firman Allah swt :
Atinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Diantara hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari mereka adalah kesabaran mereka dalam mengemban amanah risalah dan da’wah, kesabaran terhadap perlakuan buruk kaumnya ketika mendengar da’wah mereka, kesabaran untuk tidak tergoda oleh berbagai tarikan-tarikan dunia yang dapat menyimpangkan mereka dari jalan risalah dan da’wah serta sifat-sifat mulia lainnya yang ada didalam diri orang-orang mulia itu.
Tentunya Allah swt juga senantiasa memberikan pertolongan dan bantuan-Nya kepada mereka semua ketika mendapatkan kesulitan didalam menyampaikan risalah-risalah-Nya yang hal itu sudah menjadi janji-Nya kepada mereka sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (QS. Ghofir : 51 – 52)
Bagaimana Allah menolong para Rasul dan Nabi-Nya serta orang-orang yang bersamanya? tentunya Allah swt lebih mengetahui hal ini, karena ditangan-Nya lah segala kebaikan dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sementara manusia hanya dituntut untuk bisa mengambil pelajaran dari kisah-kisah kepahlawanan mereka dan menghiasi kehidupannya dengan itu semua.