Daftar isi
Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah studi yang dilakukan dengan pendekatan induktif yang bersifat memberikan deskripsi pada objek penelitian. Proses dan makna digali secara subjektif dari peneliti sehingga penelitian kualitatif akan meninggalkan perspektif. Dalam upaya mengurangi subjektifitas penelitian, dilakukan pendekatan kerangka konspetual dalam mendeksrissikan fenomena. Kerangkan ini selanjutnya disebut sebagai Teori Pendukung Penelitian Kualitatif.
1. Fenomenologi
Perpestif fenomenologi menempati kedudukan sentral dalam perkembangan metodologi penelitian kualitatif. Perpektif ini mengarahkan apa yang dicari peneliti dalam kegiatan penelirtiannya, bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian dan bagaimana peneliti menafsirkan beragam informasi yang telah digali dan dicatat semuanya sangat tergantung pada perpektif teoritis yang digunakan. Fenomenologi memandang perilaku manuasia , apa yang mereka katakan dan apa yang mereka lakukan adalah sebagai suatu produk dari bagaimana orang melakukan tafsir terhadap dunia mereka sendiri. Dengan demikian perspektif fenomenologis adalah dalam rangka menangkap perilaku seorang peneliti yang berusaha untuk melihat segalanya dari pandangan orang yang terlibat dalam situasi yang menjadi sasaran studinya tersebut (paticipant’s point of view). Ibaratnya untuk memahami perilaku seoarang anak yang menurut pandangan orang dewasa dianggap aneh dan kita akan bisa paham bila kita memposisikan diri kita sebagai anak tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti memulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa prasangka artinya tidak menganggap dirinya mengetahui makna dari berbagai hal yang terjadi dan ada pada orang – orang yang dipelajarinya. Sikap diam dan terbuka ini adalah usaha untuk bisa menangkap segala kemungkinan dengan pikiran tanpa prasangka dan tidak berpikir prediktif.
2. Hermeneutik
Hermeneutik adalah suatu teori yang mengarah pada penafsiran ekpresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Menurut Gadamer (1976) di dalam menciptakan karya seni bahwa setiap karya akan selalu diciptakan kembali oleh pengamatnya atau dengan kata lain mendapatkan makna baru yang diciptakan oleh pengamatnya tersebut. Untuk memahami suatu ekspresi suatu ekspresi orang harus memahami konteksnya, orang harus memahami ekspresi-ekspresi individual.
Hermeneutik mempersyaratkan suatu aktivitas konstan dari interprestasi antara bagian dengan keseluruhannya, yang merupakan suatu proses tanpa awal dan juga tanpa akhir. Peneliti yang sedang melakukan kegiatannya berusaha mengggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan makna dari yang ditelitinya. Ia tidak pernah menganggap bahwa setiap diskripsi bersifat definitif. Cara tafsir hermeneutik ini telah tumbuh di sepanjang jaman kehidupan budaya manusia. Pada jaman dahulu hermeneutik digunakan oleh para tokoh masyarakat untuk menafsirkan gejala alam dan menyatakan apa yang terjadi agar dipahami oleh warga masyarakat kebanyakan dan bila diperlukan bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Hermeneutik juga digunakan untuk menafsirkan kitab suci yang menggunakan bahasa tinggi dan metaforsis dan saat ini juga digunakan untuk menafsirkan ilmu pengetahuan yang semakin bersifat terbuka perkembangannya.
3. Interaksi Simbolik
Aliran ini menunjang dan mewarnai kegiatan penelitian kualitatif. Dasar pandangan atas interaksi simbolik adalah asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh lewat interpretasi. Obyek, situasi orang dan peristiwa tidak memiliki maknanya sendiri. Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi berdasarkan interpretasi dari orang yang terlibat. Interpretasi bukanlah kerja otonom dan juga tidak ditentukan oleh suatu kekuatan khusus manusia ataupun yang lain.
Dari perpektif interaksi simbolik ini semua organisasi sosial terdiri para pelaku yang mengembangkan definisi tentang suatu situasi atau perpektif lewat proses interpertasi dan merekan bertindak dalam atau sesuai dengan makna definisi tersebut. Misalnya suatu universitas mungkin memiliki suatu sistem penilaian, jadwal kuliah, kurikulum dan visi maupun misi yang semuanya bahwa universitas tersebut merupakan tempat belajar dan pendidikan sarjana. Namun ada sebagian orang yang berperilaku berdasarkan makna organisasi menurut dirinya, dan bukan yang dipikirkan oleh para pejabat universitas mengenai makna yang seharusnya. Beberapa mahasiswa memberi arti universitas sebagai tempat mendapat modal ketrampilan kerja atau untuk mendapatkan pasangan hidup atau bahkan sebagai pengisi waktu senggang. Bagi sebagian yang lain mungkin universitas sebagai tempatt mendapatkan nilai yang tinggi atau sebagian pendukung karir.
4. Etnometodologi
Etnometodologi lebih menekankan pada subyek pokok yang diteliti dan biasanya kurang menyatakan atau menjelaskan metode yang digunakan oleh para penelitinya. Ini merupakan studi bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-harinya atau metode yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Subyek penelitiannya adalah orang atau kelompok dalam berbagai situasi khusus di dalam masyarakat. Contoh : kelompok pemuda pengangguran, daerah kumuh, daerah-daerah tempat hiburan di kota besar, yang menjadi satu dalam kehidupan masyarakat modern.
5. Teori Budaya
Budaya merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang dan digunakan untuk menginterpertasikan pengalaman yang menghasilkan perilaku (Spradley, 1980). Perilaku selalu didasarkan pada makna sebagai hasil persepsi terhadap kehidupan para pelakunya. Apa yang dilakukan dan mengapa orang melakukan berbagai hal dalam kehidupannya selalu didasarkan pada definisi menurut pendapatnya sendiri yang dipengaruhi secara kuat oleh latar belakang budayanya yang yang khusus.
Budaya yang berbeda melatih orang secara berbeda pula di dalam menangkap makna persepsi (Knobler, 1971), karena kebudayaan merupakan cara khusus dalam membentuk pikiran dan pandangan manusia. Kondisi kehidupan budaya seseorang sangat mempengaruhi persepsi dan penciptaan makna pada setiap peristiwa sosial yang dalam setiap kehidupan sosial selalu melibatkan hubungan antar subyektif dan pembentukan makna.
B. Penyusunan Kerangkan Konseptual
Pada paparan di atas kita melihat bahwa metodologi penelitian memiliki landasan paradigma yang menekankan keyakinannya dan didukung oleh berbagai ragam teori yang sejalan. Paradigma dan teori penunjangnya tersebut secara kuat mendasari dan membentuk metodologi penelitian dengan beragam karakteristiknya yang pasti berbeda dengan karakteristik metodologi penelitian yang memiliki landasan paradigma dengan teori pendukungnya yang berbeda pula. Dengan memahami karakteristik metodologi tersebut secara jelas mewarnai setiap langkah kegiatan dalam proses pelaksanaan penelitian. Kurangnya pemahaman dan karakteristik metodologi tersebut akan sangat mudah membawa pada terjadinya ketersesatan berpikir secara konseptual.
Peneliti diharapkan mampu memahami setiap karakteristik dari teori-teori pendukung metodologi penelitian kualitatif di atas sehingga peneliti mampu menerapkan secar tepat pada ranah penelitian yang luas sesuai dengan ranah penelitian yang dihadapi sehingga hasil penelitian tidak melenceng dari konsep yang sudah digariskan.
V. Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian kualitatif didukung oleh beberapa teori penunjang yaitu sebagai berikut :
1. Fenomenologi
Dalam teori ini seseorang akan bisa memahami sesuatu yang dilakukan oleh seseorang jika dia mampu memposisikan dirinya sebagai orang tersebut. Penelitian dengan pendekatan fenomenologi berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasi yang khusus.
2. Hermeneutik
Pendekatan teori ini mengarah pada penafsiran ekspresi yang penuh makna dan dilakukan dengan sengaja oleh manusia. Setiap karya akan selalu diciptakan kembali oleh pengamatnya atau dengan kata lain mendapatkan makna baru yang diciptakan oleh pengamatnya. Hermeneutik digunakan untuk pendekatan tafsir kitab suci dan juga tafsir pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Interaksi Simbolik
Teori ini berasumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh lewat interpertasi. Sebuah simbol atau obyek akan mempunyai interpertasi yang berbeda-beda tergantung siapa yang melihat.
4. Etnometodologi
Teori ini merupakan kajian bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-hari atau metode pencapaian yang digunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
5. Teori Budaya
Kondisi kehidupan budaya seseorang sangant mempengaruhi persepsi dan penciptaan makna pada setiap peristiwa sosial yang dalam setiap kehidupan sosial selalu melibatkan hubungan antar subyektif dan pembentukan makna. Setiap orang sudah dibentuk dalam lingkungan budayanya yang khusus sejak dalam kandungan sampai hari tuanya.
Dari lima teori penunjang metodologi penelitian kualitatif tersebut kita bisa memilih satu atau lebih teori yang akan kita gunakan untuk mendapatkan hasil optimal dari penelitian yang kita lakukan sehingga terbentuk kerangka konseptual.
VI. Daftar Pustaka
Bigge, M.L (1984). Learning Theory For Teacher(4 th ed), New York, N.Y. : Harper and Row, Publiser.
Bogdan, R.C. & Bikllen, S.K.(1984). Qualitative Research For Education : An Introduction To Theory And Methods. Boston, Mass : Allyn and Bacon, Inc.
Cohen, Y.A ( 1987). The Shaping of Men’s Mind : Adaption of Imperative of Culture. Dakam M.L Wax et al. (Eds). Anthropological Perspective On Education. New York, N.Y : Academic Press, Inc.
Miles, M.B, & Huberman, A.M (1984). Qualitative Data Analysis : A. Sourche Book of New Methods. Beverly hills, CA : Sage Publications.
Sutopo HB (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta. Sebelas maret University Press.