Daftar isi
Perbedaan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
A. Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
B. Paradigma Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
1. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif dibangun berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857). Metode ini lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.
Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul. (Sumanto, 1995)
2. Paradigma Penelitian Kualitatif
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif. (Sumanto, 1995)
Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial.
Paradigma kualitatif berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif diartikan mencatat secara teliti segala gejala atau fenomena yang dilihat dan didengar serta dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan lapangan, foto, video, tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi atau bukan dan lain-lain) dan peneliti harus membandig-bandingkan, mengkombinasikan, mengabstaksikan dan menarik kesimpulan. (Nawawi, 2001)
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen), penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. (Sarwono, 2006)
Khusus dalam proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrpolation). Induksi analitis artinya simbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi, yang ditempuh dengan cara merubah data ke formulasi. Sedangkan ekstrapolasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian –dari proses analisis itu–dirumuskan suatu pernyataan teoritis.
C. Perbedaan Paradigma Kuantitatif-Kualitatif
Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai perbedaan paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif.
Paradigma Positivistik | Paradigma Naturalistik |
Disebut juga penelitian kuantitatif | Disebut juga penelitian kualitatif |
Melibatkan responden yang memberikan respon | Melibatkan subjek penelitian sebagai emik yang memberikan penjelasan atau deskripsi |
Pengambilan sampel | Penentuan sampel |
Menggunakan kuesioner, tes, komputer | Menggunakan pedoman wawancara |
Rentan terjadi manipulasi | Tidak dapat dimanipulasi |
Paradigma Kuantitatif
- Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk dalam penarikan sampel.
- Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
- Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
- Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
- Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
- Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
- Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
- Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada pembuatan generalisasi.
- Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
Paradigma Kualitatif
- Cenderung menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam proses analisisnya.
- Lebih mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala (fenomenologis).
- Pendekatannya wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
- Lebih mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
- Bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
- Berorientasi pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
- Keriteria data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
- Ruang lingkup penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
- Fokus penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi pada variabel tertentu).
Aksioma Dasar | Kuantitatif | Kualitatif |
Bersifat realitas | Tunggal, konkrit, teramati | Ganda, holistik, hasil konstruksi dan pemahaman |
Hubungan peneliti dengan yang diteliti | Independen | Interaktif tidak dapat dipisahkan |
Hubungan variabel | Sebab-akibat | Timbal balik/interaktif |
Kemungkinan generalisasi | Cenderung membuat generalisasi | Transferability |
Peranan nilai | Cenderung bebas nilai | Terikat nilai |
Perbedaan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif menurut Fraenkel dan Wallen (1993)
Penelitian Kuantitatif | Penelitian Kualitatif |
Menekankan hipotesis jadi yang dirumuskan sebelumnya | Menekankan hipotesis yang berkembang dalampelaksanaan penelitian. |
Menekankan definisi operasional yangdirumuskan sebelumnya | Menekankan definisi dalam konteks atau perkembangan penelitian |
Data diubah menjadi skor numeric | Menekankan deskripsi naratif |
Menekankan pengukuran dan penyempurnaankeajegan skor yang diperoleh dari instrument | Menekankan pada asumsi bahwa keajegan inferensi cukup kuat. |
Pengukuran validitas melalui rangkaianperhitungan statistic | Pengukuran validitas melalui cek silang dari sumber informasi |
Menekankan tekik acak untuk mendapatkansampel representatif. | Menekankan informan ekspert untuk mendapatkan sampel purposif |
Menekankan prosedur penelitian yang baku | Menekankan prosedur penelitian deskriptif naratif |
Menekankan desain untuk pengontrolan variable ekstranus | Menekankan analisis logis dalam pengontrolan variable ekstranus |
Menekankan desain untuk pengontrolan khusus untuk menjaga bias dalam prosedur penelitian. | Menekankan kejujuran peneliti dalam pengontrolan prosedur bias |
Menekankan rangkuman statistik dalam hasil penelitian | Menekankan rangkuman naratif dalam hasil penelitian. |
Menekankan penguraian fenomena | Menekankan deskripsi holistic |
Perbedaan karateristik kuantitatif dan kualitatif menurut Alwasilah (2011)
Aspek | Kuantitatif | Kualitatif |
Fokus Penelitian | Kuantitas (berapa banyak) | Kualitas (hakikat dan esensi) |
Frase Terkait | Eksperimen, emipiris, statistik | Kerja lapangan, etnografi, naturalistik, grounded, subjektif |
Akar filsafat | Positivisme, empirisme logis | Fenomonologi, interaksi simbolik |
Tujuan | Prediksi, kontrol, deskripsi, konfirmasi, pembuktian, hipotesis | Pemahaman, deskripsi, temuan, pemunculan, hipotesis |
Desain | Ditentukan, terstruktur | Kenyal, berevolusi, mencuat |
Latar | Tidak akrab, buatan | Akrab, alami |
Sampel | Besar, acak, representatif | Kecil, tidak acak, teoritis |
Pengumpulan data | Bukan manusia (skala, tes survey, kuesioner, computer) | Peneliti sebagai instrument inti, interview, observasi |
Modus analisis | Deduktif (oleh metode statistik) | Induktif (oleh peneliti) |
Temuan | Persis, sempit, reduksionis | Komprehensif, holistik, ekspansif |
Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Pokoknya Kualitatif (Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Fraenkel, Jack R. dan Norman E.Wallen. 1993. How to Design and Evalute Researche in Education. Singapore: Mc Graw-Hill Inc.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumanto, 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Aplikasi Metode Kuantitatif dan Statistika dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset