Skala merupakan alat yang digunakan untuk membedakan variabel satu dan lainya dalam penelitian (Bryman dan Bell, 2007: 732). Pengukuran merupakan angka atau simbol yang dipilih untuk karakteristik tertentu dari objek yang diukur sesuai dengan aturan yang telah ditentukan (Malhotra, 2012: 278). Menurut Sugiyono (2009: 92), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Ada empat tipe skala pengukuran, yaitu skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio (Malhotra, 2012: 282).
Skala nominal digunakan untuk memberikan angka. Skala ordinal digunakan untuk memberikan angka dan tingkatan. Skala interval merupakan skala yang digunakan untuk memberi angka, memiliki tingkatan, dan memiliki jarak. Skala rasio adalah skala yang bertujuan untuk memberi angka,memiliki jarak, tingkatan dan titik nol (Malhotra, 2012: 283). Selanjutnya, Tabel 3.5 menggambarkan perbandingan antar pengukuran skala (Malhotra, 2012: 283).
Jenis skala interval yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang menunjukkan seberapa kuat tingkat setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan (McDaniel dan Gates, 2013: 315). Ada tiga alasan peneliti menggunakan skala Likert. Alasan pertama adalah karena memudahkan responden untuk menjawab kuisioner apakah setuju atau tidak setuju (Malhotra, 2012: 308). Alasan kedua adalah mudah digunakan dan mudah dipahami oleh responden (McDaniel dan Gates, 2013: 307). Alasan ketiga adalah secara visual menggunakan skala Likert lebih menarik dan mudah diisi oleh responden (Sugiyono, 2009: 96).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert tujuh poin yang terdiri dari “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Agak Tidak Setuju”, “Netral”, “Agak Setuju”, “Setuju”, dan “Sangat Setuju”. Ada empat alasan menggunakan skala Likert tujuhpoin. Alasan pertama karena dari skala tiga sampai sebelas, skala tujuh yang paling sering digunakan (Blerkom, 2009: 155). Skala Likert 9 poin atau 13 poin akan membuat reponden menjadi lebih sulit untuk membedakan setiap poin skala dan responden sulit dalam mengolah informasi (Hair et al., 2007: 237). Alasan kedua adalah dapat memberikan responden pilihan yang lebih banyak dan meningkatkan diferensiasi poin (Azzara, 2010: 100). Alasan ketiga, dengan menggunakan skala Likert 7 poin, pemilihan kategori dalam kuesioner akan menjadi lebih spesfik (Mustafa, 2009: 147). Hal tersebut akan memberikan kesemptaan kepada responden untuk dapat memilih keinginan mereka secara spresifik. Alasan keempat karena peneliti mengikuti penelitian sebelumnya oleh Eisingerich dan Rubera (2010) yang menggunakan skala Likert 7 poin.