Problem Based Learning atau PBL merupakan pembelajaran yang menitikan beratka
Daftar isi
Konsep Problem Based Learning
Berbagai metode pembelajaran dikembangkan guru untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Salah satu yang telah banyak diterapkan adalah metode pembelajaran berbasis masalah atau yang lebih sering disebut Problem-Based Learning (PBL). PBL merupakan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dan pengetahuan terkait masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari (Levin, 2001). Penerapan Problem-Based Learning (PBL) dalam pembelajaran menekankan pada pembelajaran aktif pada siswa. Siswa bertanggung-jawab atas pembelajarannya dengan mengatasi dan mengevaluasi masalah sebagai dasar pada pembelajaran.
Penggunaan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Bahasa
Penerapan Problem-Based Learning (PBL) mendukung siswa belajar secara mandiri untuk menemukan solusi dari permasalahan yang ditemui. Hal tersebut
MODUL
didukung oleh Erdogan & Senemoglu (2014) yang menyatakan bahwa Problem Based Learning menciptakan suasana belajar yang bermakna, aktif dan mandiri untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan oleh siswa sendiri. Selain membuat siswa memiliki kemandirian dalam belajar, Problem-Based Learning (PBL) menekankan siswa dalam berkomunikasi dengan teman sebaya maupun dengan lingkungan belajar siswa. Sehingga siswa menjadi lebih mandiri dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan real keadaan mereka, karena model pembelajaran ini berfokus pada masalah dan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.
Problem-Based Learning (PBL) juga dapat meningkatkan motivasi diri siswa dan keterampilan memecahkan masalah dengan berkolaborasi seperti diskusi kelompok. Dalam memecahkan masalah siswa diarahkan untuk membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari empat hingga delapan siswa dimana pembentukan kelompok tersebut untuk mendorong siswa agar dapat saling bertukar ide dan gagasan sehingga mempermudah siswa dalam proses pembelajaran (Ju & Choi, 2018). Diskusi kelompok juga mengajarkan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat dengan teman untuk kemudian menentukan menyamakan persepsi.
Pada Problem-Based Learning (PBL), siswa dibebaskan untuk memperoleh isu-isu kunci dari masalah yang mereka hadapi, mendefinisikan kesenjangan pengetahuan mereka, dan mengejar pengetahuan yang hilang (Hmleo-Silver & Barrows, 2006). Dengan alasan inilah Problem Based Learning (PBL) dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau kemampuan berpikir kritis karena pada kegiatan memecahkan masalah inilah siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai langkah pemecahan permasalahan yang dibahas serta dapat mengambil kesimpulan berdasarkan pemahaman mereka. Selain itu, siswa juga harus mampu memberikan argumen berdasarkan bukti yang valid dan secara rasional dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah (R. Belland, D. Glazewski & Richardson, 2010). Jadi siswa dituntut mampu memecahkan dan memberikan argumentasi terhadap masalah yang sedang diselidiki. Rangkaian manfaat dari model
MODUL
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) ini mendukung untuk terus mengembangkan dan menerapkan PBL pada proses pembelajaran kita.
Penerapan Problem Based Learning
Penggunaan problem pada penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) adalah sebagai dasar pembelajaran yang berfungsi untuk menstimulasi, mengaitkan dengan keadaan real dan mengintegrasikan pembelajaran. Dengan problem tersebut siswa dituntut untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Problem yang masih banyak menjadi PR bagi pendidikan di Indonesia salah satunya adalah kurang maksimalnya pemanfaatan media atau sumber belajar yang menarik dan kekinian yang bisa meningkatkan semangat belajar siswa. Seperti kita ketahui saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan informasi atau apapun melalui teknologi dan internet. Namun pada kenyataannya dalam pembelajaran masih banyak dari kita yang enggan untuk memanfaatkan kemudahan tersebut untuk membantu proses pembelajaran di kelas. Menjadi tugas kita bersama untuk mencari solusi dari permasalahan diatas, dan melalui penerapan metode pembelajaran PBL yang diintegrasikan dengan teknologi diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Lebih rinci integrasi PBL dengan teknologi memungkinkan siswa untuk lebih mudah memahami permasalahan yang muncul, misalnya dalam pembelajaran bahasa inggris menggunakan sumber belajar berupa video atau gambar akan membantu siswa untuk memahami isi dari teks bacaan. Selain itu siswa juga akan mampu mengenali bagian mana yang mereka masih menemui kesulitan. Dengan mengetahui permasalahan pembelajaran mereka sendiri, mereka dituntut untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut melalui kerja kelompok (diskusi) dan presentasi.
Karakteristik Problem Based Learning
Problem-Based Learning (PBL) dibentuk oleh 4 elemen, yaitu:
1) Menganalisa masalah
Pada penerapan PBL problem bisa didapatkan melalui dua cara yaitu guru menyediakan masalah tersebut dan atau siswa mendapatkan masalah tersebut dari observasi yang dilakukan. Pada tahapan menganalisa masalah, siswa diminta menganalisis masalah tersebut, menentukan apa masalah yang sedang terjadi,siapa yang terlibat dalam masalah tersebut, penyebab masalah tersebut terjadi, dan sebagainya.
2) Belajar mandiri
PBL menuntut siswa aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya. Guru sebagai fasilitator membimbing siswa untuk secara mandiri menemukan solusi dari permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran mereka,
3) Proses Brainstorming
Brainstorming adalah metode untuk memunculkan solusi dari masalah yang telah ditemui. Melalui brainstorming, siswa dapat berpikir secara kritis mencari solusi apa yang tepat atau sesuai dengan masalah tersebut. Berpikir kritis adalah salah satu poin penting dalam metode PBL ini.
4) Pengujian solusi
Disinilah peran guru sebagai fasilitator dibutuhkan pada proses pembelajaran PBL. Setelah siswa mengidentifikasi masalah dan mencari solusinya, guru memeriksa apakah pekerjaan siswa tersebut sudah benar atau belum. Pada tahap ini guru memberikan masukan dan koreksi pada hasil pekerjaan siswa tersebut.
Tahapan Problem Based Learning
Proses Problem-Based Learning terdiri dari beberapa langkah (Newman 2005) , yaitu:
- Siswa di fasilitasi untuk mendapatkan masalah. Masalah yang digunakan adalah masalah yang nyata dan dekat dengan kehidupan siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berpikir secara realistis dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut.
- Siswa mengidentifikasi masalah berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Siswa diharapkan diharapkan mampu berpikir kritis memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki.
- Pada PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pembelajarannya dan belajar secara mandiri.
- Kerjasama merupakan faktor penting pada penerapan PBL. Pada proses pembelajaran PBL siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Dalam kelompok tersebut, siswa saling bertukar pendapat tentang apa solusi yang tepat dari permasalahan yang ditemui. Pendapat yang berbeda didiskusikan bersama untuk penyamaan persepsi.
- Setelah berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil pemikiran dari kelompoknya kepada guru dan teman-teman yang lain, Guru sebagai fasilitator memberikan review atau feedback terhadap pekerjaan siswa. Apakah pekerjaan siswa sudah benar atau belum, memberikan masukan jika ada kekurangan, dan memberikan kemungkinan solusi lain yang lebih efektif. Setelah itu, siswa menyempurnakan pekerjaannya dari review dan feedback yang telah diberikan.