3 Faktor Lahirnya Filsafat di Yunani

4 min read

Suatu pandangan dunia dan umumnya suatu pandangan teoritis tidak pernah melayang-layang di udara. Setiap pemikiran teoritis mempunyai hubungan erat dengan lingkungan dimana pemikiran itu dijalankan. Ini benar juga bagi permulaan pemikian teoritis, yaitu lahirnya filsafat di Yunani pada abad ke-6 S.M. Agar tidak ada salah faham, di sini harus ditambahkan bahwa bagi seorang Yunani, filsafat tidak merupakan suatu ilmu di samping ilmu-ilmu lain, tetapi meliputi segala pengetahuan ilmiah.

Tanah Yunani adalah tempat persemaian dimana pemikiran ilmiah mulai tumbuh. Kiranya sudah jelas bahwa lahirnya filsafat dan ilmu pengetahuan di Yunani tidak dapat dimengerti tanpa sekedar mengetahui sedikit kebudayaan Yunani. Dalam hal ini kita akan mencoba melukiskan beberapa ciri khas kebudayaan Yunani yang merupakan latar belakang bagi lahirnya filsafat di negeri itu.

Nama “filsafat” dan “filsuf” berasal dari kata-kata Yunani philosophia dan philosophos. Menurut bentuk kata, seorang philo-sophos adalah seorang “pecinta kebijaksanaan”. Ada tradisi kuno yang mengatakan bahwa nama “filsuf” (philosophos) untuk pertama kalinya dalam sejarah dipakai/dipergunakan oleh PYTHAGORAS (-). Tetapi kesaksian sejarah mengenai kehidupan dan aktivitas Pythagoras demikian tercampur dengan legenda-legenda, sehingga seringkali kebenaran tidak dapat dibedakan dari reka-rekaan saja.

Demikian juga mengenai hikayat yang mengisahkan bahwa nama “filsuf” ditemukan oleh Pythagoras. Yang pasti ialah bahwa dalam kalangan SOCRATES (470-399 S.M.) dan PLATO (427-347 S.M.), nama “filsafat” dan “filsuf” sudah lazim dipakai. Dalam dialog Plato yang berjudul Phaidros, misalnya, kita membaca: “Nama ‘orang bijaksana’ terlalu luhur untuk memanggil seorang manusia, dan lebih cocok untuk Tuhan. Lebih baik ia dipanggil philosophos, pecinta kebijaksanaan. Nama ini lebih berpatutan dengan makhluk insani”.

Perkataan Plato ini juga serentak menunjukkan suatu aspek penting dari istilah philosophia. Menurut pandangan Yunani, seorang yang mempunyai kebijaksanaan sebagai milik definitif, sudah melampaui kemampuan insani. Orang yang demikian itu sudah melangkahi batas-batas yang ditentukan untuk nasibnya sebagai manusia.

Memiliki kebijaksanaan berarti mencapai suatu status adimanusiawi. Itu sama saja dengan hybris (rasa sombong) yang selalu ditakuti dan dihindari orang-orang Yunani. Manusia harus menghormati batas-batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena ia manusia, dan bukan Tuhan, ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan. Kebijaksanaan tidak akan pernah menjadi milik manusia secara komplit dan definitif. Karena alasan-alasan itulah orang-orang Yunani lebih memilih nama “filsafat” (philosophia) dan “filsuf” (philosophos).

Bukan karena nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, tetapi isi konsep yang ditunjukkan dengan nama ini merupakan suatu penemuan Yunani yang khas. Pada abad ke-6 S.M., telah terjadi apa yang sudah pernah dinamakan sebagai peristiwa ajaib Yunani (The Greek Miracle). Lahirnya filsafat di tempat itu dan waktu itu, memang dapat disebut sebagai peristiwa ajaib, karena tidak mungkin memberi alasan-alasan yang menerangkan kejadian itu secara memuaskan. Namun demikian, ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan sudah mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Ketiga faktor itu adalah mitologisastra Yunani, dan ilmu pengetahuan.

1. Mitologi

Pertama-tama, pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Nah, mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk dimengerti. Mite-mite ini sudah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: Di mana dunia kita? Dari mana kejadian-kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi?

Melalui mite-kite ini, manusia mencari kejelasan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama, yang mencari kejelasan tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis. Sedangkan mite yeng kedua, yang yang mencari kejelasan tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis.

Yang khusus pada bangsa Yunani ialah bahwa mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yeng diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite satu sama lain, dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain. Salah satu usaha serupa itu adalah syair HESIODOS (-) yang berjudul Theogonia.

Kumpulan mite-mite lainnya ada dalam lingkungan Orfisme, suatu aliran religius yang konon katanya didirikan oleh penyair ORPHEUS (-). Dan juga di sini bisa dikatakan bahwa kumpulan mite-mite yang dikarang oleh PHEREKYDES (-) dari Syros. ARISTOTELES (-) menamai orang-orang seperti Hesiodos dan Pherekydes dengan gelar theologoi (teolog-teolog) dan membedakan mereka dengan filsuf-filsuf sebelumnya.

2. Sastra Yunani

Kesusasteraan Yunani juga dianggap sebagai persiapan yang mempengaruhi lahirnya filsafat di Yunani, asal saja kita memakai kata itu dalam arti seluas-luasnya, sehingga meliputi juga amsal-amsal, teka-teki, dongeng-dongeng, dan sebagainya. Kedua karya puisi HOMEROS (-) yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea, mempunyai kedudukan yang sangat istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair ini lama juga digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.

Dalam dialog Plato yang berjudul Politeia, Plato mengatakan bahwa Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Peranan syair-syair Homeros dalam kebudayaan Yunani kuno dapat dibandingkan dengan peranan wayang dalam kebudayaan Jawa dulu. Kareana puisi Homeros pun banyak digemari oleh rakyat Yunani, untuk mengisi waktu luang, dan memang mempunyai nilai edukatif.

Banyak berabad-abad lamanya terdapat penyanyi-penyanyi (rhapsodes) yang bepergian dari satu kota ke kota lain dalam seluruh dunia Yunani untuk mendeklamasikan syair-syair Homeros itu. Para filsuf Yunani seringkali menyebut Homeros, biarpun mereka juga sering mengemukakan kritik atas puisinya, terlebih XENOPHANES (-) dan PLATO (427-347 S.M.). Aristoteles mengutip Homeros di samping filsuf-filsuf lainnya, terutama dalam hal Metafisika, seakan-akan ia ingin menggolongkan Homeros pada filsuf-filsuf itu.

3. Ilmu Pengetahuan

Akhirnya, sebagai faktor ketiga, yang dianggap sebagai faktor lahirnya filsafat di Yunani, ialah ilmu pengetahuan yang pada waktu itu sudah ada di Timur Kuno. Bangsa Yunani tentu berhutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka.

Demikian juga ilmu ukur dan ilmu hitung, yang sebagian berasal dari Mesir. Dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Bangsa Yunani telah mengolah unsur-unsur tersebut yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani, ilmu pengetahuan bisa mendapat corak yang benar-benar ilmiah.

Sampai saat itu ilmu pengetahuan hanya dijalankan dalam konteks praktis. HERODOTOS (-), sejarawan Yunani yang sudah ternama sejak abad ke-5 S.M., menceritakan bahwa ilmu ukur memang berkembang di Mesir, karena di sana tiap tahun dirasakan keperluan untuk mengukur kembali tanah setelah banjir sungai Nil. Tidak mustahil jika Herodotos benar dengan pendapatnya itu.

Kalau begitu, gema asal usulnya masih kedengaran dalam nama yang dipakai orang Yunani untuk menunjukkan ilmu itu: geometria (pengukuran tanah). Tetapi pada orang Yunani, ilmu pengetahuan tidak dijalankan dalam suatu konteks praktis saja. Mereka mulai mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak “mencari untung” atau “tanpa pamrih” (disinterestedly).

Di negeri Yunani; ilmu pasti, astronomi, dan ilmu pengetahuan, pada umumnya mulai diprakekkan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi keuntungan yang letaknya di luar ilmu pengetahuan itu. Kita tidak boleh melupakan bahwa orang Yunani hidup dalam kemasyarakatan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan sosial dimana orang Timur Kuno hidup. Perbedaan ini mempunyai konsekuensi yang cukup besar untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada bangsa-bangsa Timur Kuno, ilmu pengetahuan dipraktekkan dalam istana-istana, atas perintah dan di bawah pengawasan raja-raja. Tetapi orang Yunani, pada abad ke-6 S.M. hidup dalam polis selaku orang merdeka, yang akan kita bahas di lain kesempatan. Baru bentuk sosial beginilah yang menciptakan suasana serasi dimana ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan semestinya.

Demikian yang dapat kami rangkum mengenai 3 Faktor Lahirnya Filsafat di Yunani. Semoga ada manfaatnya serta dapat menambah wawasan kita. Jika Anda ingin menambahkan atau sekedar mengoreksi, silahkan tuangkan di kotak komentar. Kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.

Ilmu Dalam Perspektif Moral

Konsep Ilmu dan Moral Istilah ilmu pengetahuan merupakan suatu pleonasme yakni pemakaian lebih dari pada satu perkataan yang sama artinya. Ilmu dalam Bahasa Inggris science tidak sama dengan...
Ahmad Dahlan
15 min read

Makalah Model-Model Penelitian Pengembangan

Model-Model Penelitian Pengembangan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, sesuai dengan perkembangan zaman dan...
Ahmad Dahlan
11 min read

Kumpulan Makalah Penelitian

Berikut ini adalah kumpulan makalah penelitian. Topik-topik bahasan disajikan berdasarkan jenis-jenis pendekatan penelitian. Pendekatan Penelitian A. Desain Penelitian
Ahmad Dahlan
13 sec read

Leave a Reply