Hakikat Filsafat dan Filsafat Ilmu

14 min read

Hakikat Filsafat Ilmu Pengetahuan

Makalah Filsafat

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Filsafat sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran telah memberikan banyak pelajaran, misalnya tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan posisinya sebagai makhluk Tuhan untuk dipublikasikan dalam kehidupan.Manusia dianugrahi oleh Allah swt berupa akal, daya pikir, yang tidak diberikan kepada makhluk lain, maka sudah sepantasnya akal ini dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemampuan berpikir tersebut, dan kemampuan berpikir inilah yang membedakan manusia dengan hewan.

Allah swt sangat menganjurkan hambanya untuk senantiasa berpikir.Ada begitu banyak ayat-ayat yang menyatakan tentang pentingnya berpikir, misalnya dengan kata ‘afala ta’qilun, apala tatafakkarun, la ayatin liulil albab, dan lain sebagainya. Dari perintah-perintah Allah swt yang tersurat tersebut mengisyaratkan agar manusia mengoptimalkan proses berpikirnya, sehingga memungkinkan manusia bias memperoleh banyak pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya.

Setelah menyadari betapa pentingnya berpikir, rasanya mempelajari filsafat menjadi sangat perlu adanya. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk memahami bagaimana cara berpikir tersebut. Dalam makalah ini akan difokuskan membahas tentang hakekat filsafat, hakekat filsafat ilmu, dan juga menjelaskan mengenai perbedaan dan persamaan antara filsafat dengan filsafat ilmu.

Bab II. Pembahasan

A. Filsafat

1. Pengertian Filsafat

Kata filsafat berasal dari kata ‘philosophia’ (bahasa yunani), diartikan dengan ‘mencintai kebijaksanaan’. Sedangkan dalam bahasa inggris kata filsafat disebut dengan istilah ‘philosohy’, dan dalam bahasa arab disebut dengan istilah ‘falsafah’, yang biasa diterjemahkan dengan ‘cinta kearifan’.Istiah philoshofia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan shopos yang berarti bijaksana. Jadi istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal yang bersifat bijaksana. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan.Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini akal dan kalbu manusia yang sehat dan berusaha keras dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya memperoleh kebenaran.

Untuk memahami apa sebenarnya filsafat itu, tentu saja tidak cukup hanya dengan mengetahui asal usul dan arti istilah yang digunakan, melainkan juga harus memperhatikan konsep dan devinisi yang diberikan oleh para filsuf menurut pemahaman meraka masing-masing dan konsep beserta divinisi yang diberikan para filsuf tersebut bias dikatakan tidak sama. Bahkan, setiap filsuf memiliki konsep dan membuat definisi yang berbeda dengan filsuf lainnya.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa konsep dan definisi yang bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apakah filsafat itu.

Pythagoras (572-497 SM).

Dalam tradisi filsafat zaman yunani kuno Pythagoras adalah orang yang pertama-tama memperkenalkan istilah phylosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat.Pythagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love of wisdom.Menurutnya, manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom), sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan tentang Tuhan.Pythagoras sendiri menganggap kebijakan yang sesungguhnya hanya dimiliki Tuhan semata-mata.

Socrates (469-399 SM).Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the just and happy life).

Plato (427-347 SM). Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (sophia) yang semula berkaitan dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam Republika, Plato menegaskan bahwa para filosof adalah pecinta pandangan tentang kebenaran (vision of the truth). Dalam pencarian terhadap kebenaran tersebut, filosof yang dapat menemukan dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak pernah berubah.Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap keseluruhan kebenaran. Maka filsafat Plato kemudian dikenal dengan nama Filsafat spekulatif.

Aristoteles (384-332 SM).Aristoteles adalah seorang murid Plato yang terkemuka.Dalam pandangannya, seringkali Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun pada prinsipnya, Aristoteles mengembalikan paham-paham yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles mengemukakan bahwa sophia (kearifan) merupakan kebajikan intelektual tertinggi. Sedangkan philosophia merupakan padanan kata dari episteme dalam arti suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai.Adapun pengertian filsafat menurut Aristoteles, adalah ilmupengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. 

Al-Kindi (801-873 M). ia adalah seorang filosof muslim pertama. Menurutnya filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filosif dalam berteori adalah mencari kebenaran, maka dalam praktiknya pun harus menyesuaikan dengan kebenaran pula..

Al-Farabi (870-890 M) menurutnya filsafat adalah ilmu yang menyelididki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-maujuda). 

Sebenarnya masih banyak definisi, konsepsi, dan interpretasi mengenai filsafat dari berbagai ahli yang merumuskan bahwa filsafat berhubungan dengan bentuk kalimat yang logis dari bahasa keilmuan, dengan penilaian, dengan perbincangan kritis, pra anggapan ilmu, atau dengan ukuran baku tindakan. Setiap filosof dari suatu aliran filsafat membuat perumusannya masing-masing agar cocok dengan kesimpulannya sendiri dan dari berbagai perumusan itu tidak dapat dikatakan bahwa yang satu salah dan lainnya benar. Nampaknya semua perumusan itu sama benarnya karena masing-masing melihat dari salah satu pokok persoalan, permasalahan, titik berat. Segi, tujuan atau metode yang dianut oleh seorang filosof atau suatu filsafat.Perbedaan definisi dan rumusan tentang filsafat itu disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat para tokoh-tokoh itu sendiri, karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut oleh mereka pun berbeda-beda.Perbedaan itu dapat juga muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. (Abu Bakar Atceh dan ahmad tafsir 2002:11) 

Menurut susanto filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu , baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk  membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, filsafat tersebut bukan hanya sebuah kajian sebatas pada ilmu saja (science for science), tetapi filsafat dapat dipergunakan untuk memberikan inspirasi dan aspirasi dalam mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi manusia. Dengan bantuan ilmu filsafat akan ditemukan cara atau solusi yang paling elegan guna dapat memecahkan persoalan yang rumit, yang mungkin tidak bisa diselesaikan dengan bantuan disiplin lain. 

Banyak persoalan yang bisa didekati melalui bantuan ilmu filsafat ini, terutama berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teoritis, paradigma, dan pandang (view), perkembangan ilmu pengetahuan (knowledge), perkembangan pemikiran (ratio), kajian ilmiah (scientific), masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan (policy), peraturan (rules), keputusan (judgement), perundang-undangan, dan lain-lain. Kesemuanya sangat membutuhkan pandangan dan bantuan dari ilmu filsafat. Dengan bantuan ilmu filsafat, segala persoalan yang muncul dapat dikaji lebih mendalam, utuh, sistematis, dan fleksibel, karena memang pada dasarnya filsafat ingin menyelesaikan permasalahan secara lebih mendalam, kritis, rasional, logis, dan tuntas sampai ke akar-akarnya (radikal).

2. Kegunaan filsafat

Kegunaan belajar filsafat pada peradaban dunia mutakhir adalah karena dunia sedang dilanda krisis pradaban dan krisis ilmu pengetahuan.Dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus.Jadi filsafat membantu manusia mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.Kemampuan itu dipelajari melalui dua jalur, yaitu secara sistematik dan secara historis.

Menurut A. Susanto dalam bukunya filsafat ilmu, ada tiga hal yang dapat diambil pelajaran dari filsafat.Pertama, filsafat telah mengajarkan seseorang untuk lebih mengenal diri sendiri secara totalitas, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya.Filsafat mengajarkan seseorang agar terlatih untuk berpikir serius, berpikir secara radikal, mengkaji sesuatu sampai ke akar-akarnya.Kedua, filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta.Pada dasarnya berpikir filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu system pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu, termasuk dari diri manusia itu sendiri.Ketiga, filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan.Studi filsafat seyogyanya dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Dengan pemahaman yang mendalam dan dengan daya nalar yang tajam, maka akan sampailah pada kekuasaan mutlak, yaitu Yuhan. Maka dengan filsafat, nash atau ajaran-ajaran agama dapat dijadikan sebagai bukti untuk membenarkan akal. 

3. Objek filsafat

Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan.Objek adalah sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan.Dan setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, baik yang bersifat materiil maupun objek formal.Objek yang dipikirkan oleh filosof adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.Objek yang diselidiki oleh filsafat ini meliputi objek materiil dan objek formal.Objek materiil dari filsafat ini adalah suatu kajian penelaahan atau pembentukan pengetahuan itu, yaitu segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.Objek materil filsafat ini mencakup segala hal, baik hal-hal yang abstrak atau tidak tampak.

Objek materiil filsafat ini banyak yang sama dengan objek materiil sains, namun bedanya dalam dua hal, yaitu pertama, sains menyelidiki objek materil yang empiris, sementara filsafat menyelidiki bagian objek yang abstraknya. Kedua, ada objek materiil filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materiil yang selamanya tidak empiris.

Adapun objek formal filsafat yaitu bersifat penelitian.Objek formal adalah penyelidikan yang mendalam.Kata mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu dapat diteliti secara empiris. Objek penelitian sains adalah pada batas yang dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat ada pada daerah yang tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. 

4. Ciri berfikir filsafat

Ciri berpikir filsafat memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari bidang ilmu lain. Diantaranya adalah:

  1. Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan.
  2. Universal, artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan berfikir kefilsafatan menurut Jaspers terletak pada aspek keumumannya.
  3. Konseptual, artinya merupakan hasil dari generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya: apakah kebebasan itu?
  4. Koheren dan konsisten (runtut). Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
  5. Sistematik, artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
  6. Komprehenshif, artinya mencakup atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
  7. Bebas, sampai batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan relijius.
  8.  Bertanggung jawab, artinya orang yang berpikir filsafat adalah orang yang berpikir sekaligus bertanggung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.

Kedelapan ciri berpikir tersebut menjadikan filsafat cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmu-ilu lainnya, sekaligus menempatkan kedudukan filsafat sebagai bidang keilmuan yang netral, terutama ciri ketujuh. 

5. Sistematika Filsafat 

Sebagaimana pengetahuan yang lain, filsafat telah mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai dengan bermacam-macam aliran dan cabang.

a.    Cabang-cabang filsafat.

Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan, sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang memiliki cakupan yag sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang kecil lagi. Meskipun demikian dalam hal pembagian lapangan-lapangan atau cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan pembicaraan kefilsafatan.

Plato membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam yaitu dialektika, fisika dan etika.Dialektika adalah cabang filsafat yang membicarakan persoalan ide-ide atau pengertian umum.Adapun fisika merupakan cabang filsafat yang didalamnya mengandung atau membicarakan persoalan materi.Sedangkan etika adalah cabang filsafat yang di dalamnya mengandung atau membicarakan persoalan baik dan buruk.

Adapun menurut aristoteles, pembagian filsafat dibagi kedalam empat cabang, yaitu logika, filsafat teorotis, filsafat praktis, dan filsafat poetika.

  1. Logika adalah ilmu pendahuluan bagi filsafat, atau ilmu yang mendasari dalam memahami filsafat.
  2. Filsafat teoritis atau filsafat nazariah, di dalamnya tercakup ilmu-ilmu lainyang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu metafisika. Bagi aristotelesilmu matematika inilah yang menjadi inti atau menjadi bagian yang paling utama dalam filsafat.
  3. Filsafat praktis atau filsafat alamiah, di dalamnya tercakup tiga macam ilmu yang tidak kalah pentingnya, yaitu ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam perorangan. Ilmu ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga). Ilmu politik, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam Negara.
  4. Filsafat poetika, merupakan filsafat kesenian, yakni filsafat yang membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni, dan teori penciptaan dalam seni.

Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Louis O. Kattsoff (1996:73) menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih terperinci, sehingga bagian cabang ini dapat dikategorikan ke dalam urutan-urutan yang umum menjadi semakin menurun kepada yang lebih khusus.Diantaranya adalah 1).Logika. 2). Metodologi. 3). Metafisika. 4). Ontology dan Kosmologi. 5). Epietemologi. 6). Biologi kefilsafatan. 7). Psikologi kefilsafatan. 8). Antropologi kefilsafatan. 9). Sosiologi kefilsafatan. 10). Etika. 11) estetika. 12). Filsafat agama.

Ahmad Tafsir di dalam buku filsafat ilmu menguraikan bahwa ada tiga cabang besar dari filsafat yaitu: ontology, epistemology, dan aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan.Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu) yang berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu.Ontology mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk di sini, misalnya logika, metafisika, kosmologi, teologi, antropologi, etika, estetika, filsafat pendidikan, filsafat hukum dan lain-lainnya. Adapun epistemologi adalah cara memperoleh pengetahuan itu, epistemologi hanya mencakup satu bidang saja yaitu epistemologi, ini berlaku bagi setiap cabang filsafat. Sedangkan aksiologi hanya mencakup satu cabang filsafat yaitu aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat dan inipun berlaku bagi semua cabang filsafat. 

b.    Aliran-aliran dalam filsafat

Menurut pengkajian Juhaya S. Praja (2003), aliran-aliran filsafat yang cukup berpengaruh diantaranya adalah:

  1. Rasionalisme, aliran rasional ini sangat mementingkan rasio dalam memutuskan atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam aliran rasional ini sangat mendamba-dambakan otak atau rasio sebagai satu-satunya yag menjadi alat untuk menyelesaikan masalah.
  2. Empirisme, yaitu aliran yang memberikan tekanan pada empiris atau pengalaman sebagai sumber pengetahuan.
  3. Kritisisme, yaitu aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme. Menurut aliran ini, baik rasionalisme maupun empirisme keduanya berat sebelah. Pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur apriori (terlepas dari pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari pengalaman).
  4. Materialisme, yaitu aliran yang mengutamakan materi. Di dalam aliran ini dikatakan bahwa materi itu ada sebelum jiwa (self), dan duia materi adalah yang pertama, sedangkan pemikiran tentang dunia ini adalah nomor dua.
  5. Idealisme, yaitu aliran yang menekankan pada akal (mind) sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi, bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan.
  6. Positivisme, yaitu berasal dari kata “positif” yang berarti faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta. Menurut positivisme, pengetahuan manusia tidak boleh melebihi fakta-fakta.
  7. Pragmatisme, yaitu aliran yag mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
  8. Sekularisme, yaitu system etika plus filsafat yang bertujuan memberi interpretasi atau pengertian terhadap kehidupan mausia tanpa percaya kepada Tuhan, kitab suci, dan hari kemudian.
  9. Filsafat Islam, yaitu perkembangan pemikiran umat Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam semesta yang disinari ajaran Islam. Filsafat Islam cakupannya sangat luas, bukan hanya masalah alam semesta dan isinya saja, tapi juga yang berkaitan dengan masalah-masalah ketuhanan dan kenabian.

B. Filsafat ilmu

1. Pengertian filsafat ilmu

Ada berbagai definisi filsafat ilmu yang dihipun oleh The Liang Gie, di sini hanya akan dikemukakan empat pendapat yang dianggap paling reprsentatif, diantaranya adalah:

  1. Robert Ackermann, filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yag telah dibuktikan.
  2. Lewis White Beck, filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
  3. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya, dan peranggapan-peranggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
  4. May Brodbeck, filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai andasan-landasan ilmu.

Kempat definisi tersebut memperlihatkan ruang lingkup dan cakupan yang dibahas dalam filsafat ilmu, meliputi antara lain: (1) komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu, (2) sifat dasar ilmu pengetahuan, (3) metode ilmiah, (4) peranggapan-peranggapan ilmiah, (5) sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Adapun yang paling banyak dibicarakan terutama adalah sejarah perkembangan ilmu, metode ilmiah, dan sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan. 

2. Objek filsafat ilmu

Menurut jujun S. Suriasumantri (1986:2) tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya.Komponen tersebut adalah ontology, epistemology, dan aksiologi. Ontology menjelaskan atau untuk menjawab mengenai pertanyaan apa, epistemology menjelaskan dan menjawab mengenai pertanyaan bagaimana, dan aksiologi menjelakan dan menjawab mengenai pertanyaan untuk apa? 

Filsafat ilmu sebagaimana dengan halnya dengan bidang ilmu yang lain, juga memiliki objek material dan objek formal tersendiri. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Di sini  terlihat jelas perbedaan yang hakiki antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu lebih bersifat umum dan didasarkan atas pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri sistematis, metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji kebenarannya.

Adapun objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apahakikat imu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran yang ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

3. Pendekatan Dalam Filsafat Ilmu

Beberapa penulis yang mengomentari tentang pendekatan filsafat ilmu ini seperti dikemukakan oleh Muhadjir dan PParson. Muhadjir dalam Ismaun  (2004) menjelaskan tentang pendekatan filsafat ilmu sebagai berikut: pendekatan sistematis agar mencapai materi yang sahih dan valid sebagai filsafat ilmu, pendekatan mutakhir dam fungsional dalam pengembangan teori. Mutakhir dalam arti identic dengan kontemporer dan identic dengan hasil pengujian lebih akhir dan valid bagi suatu aliran atau pendekatan ataupun model disajikan sedemikian rupa agar kita dapat membuat komparasi untuk akhirnya mau memilih.

Sedangkan Parsons (Ismaun :2004) dalam studinya melakukan lima pendekatan sebagai berikut:

  1. Pendekatan received view yang secara klasik bertumpu pada aliran positivism yang berdasar kepada fakta-fakta.
  2. Pendekatan menampilkan diri dari sosok rasionality yang membuat kombinasi antara berpikir empiris dengan berpikir structural dalam matematika.
  3. Pendekatan fenomenologik yang tidak hanya sekedar pengalaman lansung, melainkan pengalaman yang mengimplikasikan penafsiran dan klasifikasi.
  4. Pendekatan metafisik yang bersifat intrasenden. Moral berupa sesuatu yag objektif universal.
  5. Pragmmatisme, walaupun memang bukan pendekatan tetapi menarik disajikan, karena dapat menyatukan antara teori dan praktik.

Dengan memahami pendekatan-pendekatan sebagaimana yang disebutkan dalam kutipan di atas untuk melakukan studi filsafat dalam memilih salah satu pendekatan yang tepat sehingga dalam melakukan generalisasinya dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.Cara untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah, yaitu dengan menggunakan metode ilmiah, berpikir secara rasional dan bertumpu pada data empiris.

4. Tujuan dan implikasi filsafat ilmu

a. Tujuan filsafat ilmu

Filsafat ilmu sebagai cabang khusus filsafat yang membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus dikembangkan para ilmuan secara umum mengandung tujuan-tujuan sebagai berikut:

  1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
  2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecendrungan yang terjadi dikalangan para ilmuan modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri.
  3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

b. Implikasi memperlajari filsafat ilmu.

  1. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam mapun ilmu social. Supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak yang kuat.
  2. Menyadarkan seorang ilmuan agar tidak terjebak ke dalam pola piker “menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada diluar dirinya. 
5. Ruang lingkup filsafat ilmu

Seteleah memperhatikan beberapa pendapat para ahli diantaranya (Peter Angeles, A. Cornelius Benjamin, Edward Madden, dan Ernest Nagel), maka ruang lingkup filsafat ilmu pada dasarnya mencakup dua pokok bahasan utama, yaitu membahas sifat-sifat pengetahuan ilmiah (epistemologi) dan menelaah cara-cara mengusahakan pengetahuan ilmiah (metodologi). Sehingga filsafat ilmu pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu sebagai berikut:

  1. Filsafat ilmu umum, yang mencakup kajian tentang persoalan kesatuan, keseragaman, serta hubugan di antara segenap ilmu. Kajian ini terkait dengan masalah hubungan antara ilmu dengan kenyataan, kesatuan perjenjangan,susunan kenyataan, dan sebagainya.
  2. Filsafat ilmu khusus, yaitu kajian filsafat ilmu yang mmbicarakan kategori-kategori serta metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu tertentu atau dalam kelompok-kelompok ilmu tertentu, seperti dalam kelompok ilmu alam, serta kelompok ilmu kemasyarakatan, kelompok ilmu teknik dan lain sebagainya.

Bab III. Penutup

1. Hakekat filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu , baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk  membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan manusia.

Objek filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.

2.    Hakekat filsafat ilmu

Merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metode, konsep-konsep, dan peranggapan-peranggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.

Filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan yang kedudukannya di atas ilmu lainnya.Dalam menyelesaikan kajiannya pada konsep ontologis, secara epistemologis, dan tinjauan ilmu secara aksiologis.


3.    Perbedaan dan Persamaan antara filsafat, Ilmu, dan filsafat ilmu.


Hubungan filsafat dengan ilmu

Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari berpikir berpikir manusia secara sadar, sedangkan dilihat dari segi prosesnya, filsafat dan ilmu menuunjukkan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (untuk memperoleh kebenaran dan pengertahuan, dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.

Filsafat dan ilmu memiliki hubungan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan antara kedua kegiatan manusia itu, bukan untuk mempertentangkan, melainkan untuk saling mengisi, saling melengkapi, karena pada hakikatnya, perbedaan itu terjadi disebabkan cara pendekatan yang berbeda.
Handerson  memberikan gambaran hubungan (dalam hal ini perbedaan) antara filsafat dan filsafat ilmu sebagai berikut:

Ilmu (science)    

Anak filsafat  

  1. Analitis: memriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagaian-bagiannya.   
  2. Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya, netral dan mengabstrakkan factor keinginan dari penilaian manusia.  
  3. Memulai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi.   
  4. Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol sebagai cara kerja dan sifat terpenting, menguji sesuatu dengan menggunakan pengindraan.   

Filsafat

Induk Ilmu

  1. Sinoptis, memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan, untuk dapat menerangkannya, menafsirkannya dan memahaminya secara keseluruhan.
  2. Bukan saja menekankan keadaan yang sebenarnya dari objek itu. Manusia dan Nilai merupakan faktor penting.
  3. Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi.
  4. Menggunakan semua penemuan ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan memakai pikiran.

Selanjutnya Prof Sikun Pribadi yang dikutip oleh Burhanuddin salam mengemukakan perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan sebagai berikut: jelaslah bahwa perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, ialah bahwa ilmu pengetahuan bertolak dari dunia fakta, sedangkan filsafat bertolak dari dunia nilai, artinya selalu menghubungkan masalah dengan makna keseluruhan hidup, walaupun kedua bidang aktivitas manusia itu bersifat kognitif. 

Ilmu berhubungan dengan mempersoalkan fakta-fakta yang factual, yang diperoleh dengan eksperimen, observasi, dan verifikasi, hanya berhubungan sebagian dari aspek kehidupan atau kejadian yang ada di dunia ini, sedangkan keseluruhan yang bermana mengemukakan perbedaan antara filsafat dan ilmu sebagai berikut.

  1. Ilmu berhubungan dengan lapangan yang terbatas, filsafat mencoba menghubungkan dengan keseluruhan pengalaman, untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih komprehenshif tentang sesuatu.
  2. Ilmu menggunakan pendeatan analitis dan deskriptip, sedangkan filsafat sintesis dan sinoptis, berhubungan dengan sifat-sifat dan kualitas alam dan hidup secara keseluruhan.
  3. Ilmu menganalisis keseluruhan menjadi bagian-bagian dari organisme yang menjadi organ-orgn. Filsafat mencoba membedakan sesuatu dalam bentuk sintetis yang menjelaskan dan mencari makna sesuatu secara keseluruhan.
  4. Ilmu menghilangkan faktor-faktor pribadi yang subyektif, sedangkan filsafat tertarik kepada personalitas, nilai-nilai dan semua pengalaman.
  5. Ilmu tertarik pada hakikat sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan filsafat tidak hanya tertarik pada bagian-bagian yang nyata melainkan juga kepada kemungkinannya yang ideal dari suatu benda, dan nilai dan maknanya.
  6. Ilmu meneliti alam, mengontrol proses alam sedangkan tugas filsafat mengadakan kritik, menilai, dan mengkoordinasikan tujaun.
  7. Ilmu lebih menekankan pada deskripsi hukun-hukum fenomenal dan hubungan kausal. Felsafat tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan “why” dan “how”

Titik temu filsafat dan ilmu (persamaan)

  1. Banyak ahli filsafat yang termasyhur, telah memberikan sumbangannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya Leibniz menemukan “Diferensial Kalkulus”, White head dan Bertrand Russel dengan teori matematikanya yang terkenal.
  2. Filsafat dan ilmu pengetahuan keduanya menggunakan metode-metode reflective thinking didalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup ini.
  3. Filsafat dan ilmu keduanya menunjukkan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan perhatian yang tidak berat sebelah terhadap kebenaran.
  4. Keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis.
  5. Ilmu memberi filsafat sejumlah bahan-bahan deskriptif dan factual serta esensial bagi pemikiran filsafat.
  6. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan yang ilmiah.
  7. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong yang menjadikan bermacam-macam ilmu yang berbeda-beda, dan menyusun bahan-bahan tersebut ke dalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia yang lebih menyeluruh dan terpadu.


Perbedaan dan persamaan filsafat dengan filsafat ilmu

Filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah), biasa juga dikatakan filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.

Hakikat filsafat ilmu dapat dibedakan dengan filsafat, antara lain dapat dibedakan dari tujuannya, filsafat ilmu melakukan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan ilmiah itu diperoleh, dan di sisi lain filsafat bertugas sebagai peletak dasar utama pada setiap ilmu. Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya yang masih banyak belum dicantumkan pada tulisan ini, dapat ditarik benang merah antara filsafat dan filsafat ilmu sebagai berikut:

  1. Filsafat adalah proses berpikir dalam melakukan penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya secara benar sampai pada hakikatnya.
  2. Filsafat ilmu bukan hanya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.

 Daftar Pustaka

Hasan, Erliana, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011)
Rizal Mustansyir & Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)
Salam, Burhanuddin, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Susanto, A, Filsafat Ilmu, Suatu kajian dalam Dimensi Ontologis Epistemologis, dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)
Tafsir , Ahmad, Filsafat Ilmu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)