Pembuatan Bibit Jamur Kuping

9 min read

Bibit jamur kuping diproduksi melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium. Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan dan hasil pembiakan pada tahap ini berupa benang-benang jamur (miselium) yang disebut turunan pertama (F1).

Tahap kedua adalah pembiakan miselium F1. Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil pembiakan tahap kedua ini disebut F2. Pembiakan tahap ketiga merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap kedua. Hasil pembiakan tahap ini disebut F3. Sedangkan pembiakan tahap keempat merupakan perbanyakan miselium tahap ketiga sehingga diperoleh bibit jamur siap tanam (F4).

A. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama (F1)

Langkah awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digunakan meliputi tabung reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau kantong plastik, tali karet, autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya.

Media tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alami dan bahan semi sintetis. Bahan alami yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, bawang, dll. Bahan-bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan (decoction).

Bahan-bahan semi sintetis untuk media tumbuh dalam pembiakan jamur adalah campuran kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau agar, dan pepton-glukose.

Media tumbuh yang cukup efektif untuk pembiakan miselium F jamur kuping adalah bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang). Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sedangkan bahan lain ditentukan berdasarkan coba-coba (trial error).

Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F1) jamur kuping yang telah populer adalah sebagai berikut.

  1. Sari buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan) media ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai biakan murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa.
  2. Parutan bawang bombay dan ubi kentang: Parutan bahan-bahan ini dicampur tepung aren (enau) dan dimasukkan dalam larutan agar dengan komposisi: kentang 100 gram; bawang bombay 50 gram; tepung area 150 gram, dan agar 150 gram.
  3. Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.

Penyiapan media tumbuh PDY dimulai dari pencucian dan perebusan kentang. Sebanyak 200 gram kentang segar dibersihkan (tidak dikupas kulitnya) dan dicuci dengan air bersih lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai air bekas cuciannya tampak jernih. Setelah bersih, iris-irisan kentang dibilas lagi dengan air suling (aquadest). Caranya, irisan kentang direndam dalam panci selama 10 menit, kemudian direbus dalam 700 — 1.000 ml air (aquadest) selama 1 jam sehingga airnya menyusut tinggal 500 — 600 ml. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain flanel atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditampung dalam botol.

Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air rebusan kentang) yang telah disaring tersebut sehingga volumenya mencapai 1.000 ml. Tambahkan pula 9 — 15 gram tepung agar dan 10 — 20 gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 lbs.

Selesai perebusan langsung dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah dingin dapat segera dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1 (satu) liter media tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 — 200 tabung biakan. Sebaiknya, media tumbuh buatan ini segera digunakan sehingga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar (pollutan), bakteri, atau organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak dan membusukkan media tumbuh buatan tersebut.

Jika jumlah media tumbuh buatan yang disiapkan melebihi kapasitas tabung reaksi pembiakan, maka sisa media tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin dan ruangan steril. Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode berikutnya.

Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam tabung reaksi sebanyak 1 sendok makan, kemudian disumbat dengan kapas. Sumbatan kapas di luar tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang dan diikat dengan tali keret. Ulangi pekerjaan serupa untuk pembiakan lainnya.

Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan dalam autoclave atau alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan sterilisasi pada suhu 125°C selama 1 jam. Untuk menghemat sekaligus mengefektifkan alat sterilisasi, maka posisi tabung reaksi di dalamnya diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan.

Selesai pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh steril dimasukkan ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang penutup kapas dan simpan tabung reaksi tersebut dalam rak khusus (rak penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya adalah supaya media tumbuh jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalam sekaligus supaya terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung reaksi sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media tumbuh steril menjadi dingin pada suhu kamar.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu inokulasi (penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping dewasa (umur 3 — 4 minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head) yang memiliki tubuh buah besar, tebal, dan sehat.

Tubuh buah jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu dibersihkan dan dicuci atau dicelupkan dalam alkohol 70% selama 1 — 5 menit. Bahan-bahan kimia yang lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol 70%, formalin 5%, mercurochloride 0,001%, silver nitrate 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, dan hydrogen peroxida 3%.

Tubuh buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah lain yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja pembiakan diaktifkan, lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara dihidupkan dengan menekan tombol (knop) pengontak.

Setengah jam sejak meja pembiakan diaktifkan, kemudian semua tabung reaksi berisi media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanannya diambil dan ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyumbatnya dibuka.

Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak pada bagian “ketiak”nya. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Bagian ini disayat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjangnya sekitar 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan spatula (pisau lancip bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.

Selanjutnya, sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh buah tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Kemudian, tabung reaksi tertutup yang telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak penyimpanan di dalam ruang steril (ruang pembiakan) dan pekerjaan serupa diulangi untuk pembuatan bibit F1 pada tabung reaksi lain yang telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 — 15 sayatan yang mengandung spora (basidiospora).

Spora jamur kuping disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20 hari hingga tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media tumbuh. Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan tahap kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh miselium segera dibuang supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung pembiakan yang tumbuh baik. Miselium yang rusak dapat diidentifikasi dari media yang berbau busuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Tabung reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada pembibitan (inokulasi) periode berikutnya.

B. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Kedua (F2)

Langkah-langkah pembiakan tahap kedua (F2) tidak berbeda dengan tahap sebelumnya. Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan (wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220 ml, kapas, kantong plastik, tali karet, dan autoclave. Semua peralatan harus kering, bersih, dan steril.

Media tumbuh berupa campuran serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur (CaCO3) dengan komposisi masing-masing 81%; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh lain adalah serbuk gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4), kapur (CaCO3), air, dan TSP. Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus 10 kg, gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dan TSP 0,5 kg.

Media tumbuh dalam pembiakan F2 (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur kuping. Media tumbuh harus mengandung unsur C (carbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk Amonium. Unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan asam oxalat yang dikeluarkan oleh miselium, pH antara 3 — 7, kelembaban 68%, CO2 kurang dari 1%, dan suhu sekitar 23° C — 25° C.

Langkah kedua dalam pembiakan ini adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk kayu disiram dengan air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau minyak, kemudian ditimbun di atas lantai terbuka selama 1 — 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur kuping tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil), bertajuk rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dari 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang mengandung minyak seperti pinus. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada beberapa jenis kayu tertentu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh pada pembiakan ataupun pemeliharaan jamur kuping sebaiknya dipilih dari penggergajian kayu tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur kuping adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama.

Timbunan serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi masing-masing. Dedak halus dipilih yang masih segar dan baik serta bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran lain). Dedak yang telah disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi (pembusukan). Dedak ini kurang baik untuk campuran media tumbuh pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut teraduk merata.

Langkah selanjutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam botol kaca bening sampai penuh dan pantat (dasar) botol dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas papan dan permukaan media tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari berulang-ulang agar media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya mencapai leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan lagi sehingga botol terisi penuh dan padat.

Pada permukaan media tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan diameter 1 cm. Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan ujung kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat tersebut diangkat (dicabut) kembali sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media berlubang dan memadat sampai batas leher botol.

Mulut botol disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kantong plastik, kemudian diikat dengan tali karet. Pekerjaan serupa diulangi pada botol-botol yang lain.

Botol-botol yang telah berisi media tumbuh disterilsasi dalam autoclave selama kurang lebih 1 jam pada suhu 100° C — 125° C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit). Posisi botol dalam autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1. Tujuan penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta pelaksanaan sterilisasi lebih efektif dan efisien.

Setelah sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan dimasukkan ke dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi media tumbuh dibiarkon selama 12 — 24 jam agar media tumbuh jamur yang telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah dingin, botol-botol tersebut diletakkan pada meja pembiakan.

Ambil tabung reaksi hasil pembiakan F1 dan letakkan di atas meja pembiakan. Dalam keadaan tertutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama 10 — 15 detik. Selanjutnya, dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan terbakar, lalu mulut tabung reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama 5 detik.

Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan F2. Caranya, buka sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan pungut (ambil) miselium biakan F1 dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada lubang media tumbuh dalam botol pembiakan F2. Setiap biakan F1 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15 — 20 botol. Botol pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja pembiakan ataupun di ruangan lain

Botol-botol yang telah diisi dengan miselium jamur kuping disimpan dan ditumbuhkan selama 1 bulan agar miselium jamur kuping tersebut berkembang memenuhi seluruh celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang tumbuh dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan berwarna coklat busuk.

Botol-botol pembiakan yang rusak disingkirkan dan seluruh isi media tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian, dinding botol bagian dalam disikat dengan spon atau sikat bertangkai dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam keadaan kering.

C. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Ketiga (F3)

Prinsip dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pembiakan tahap kedua. Bibit pembiakan F3 ditanam dari basil pembiakan F2. Miselium yang berkembang dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu atau pinset atau pengaduk besi bertangkai panjang yang telah disterilisasi. Kemudian, miselium ditumpahkan langsung di atas mulut botol pembiakan F3 atau ditampung di atas piring atau cawan porselin. Setiap botol biakan F2 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 — 200 botol dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan.

D. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Keempat (F4)

Prinsip pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun F2. Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan steril yang lebih luas. Media tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur. Sedangkan penanaman bibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam kantong plastik (polybag).

Siapkan media tumbuh dan kantong plastik bening tahan panas agak tebal (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai penuh, kemudian padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian isi kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm — 20 cm. Pemadatan dilakukan secara manual atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan menarik permukaan atas kantong plastik dan menekan permukaan media tumbuh dengan lempeng bulat yang diameternya sama dengan diameter kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian tengah media tumbuh dibuat lubang dengan diameter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5 cm — 10 cm.

Bagian atas kantong plastik (polybag) yang sudah diisi media tumbuh dipasang cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan bambu lalu disumbat dengan kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril. Selanjutnya, poly-bag disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan (disterilisasi) pada suhu 90° C —95° C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi (steamer) selama 5 — 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling lambat 24 jam sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih selama 4 jam pada suhu 95°C — 100° C.

Setelah sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Matikan steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60° C. Sambil menunggu pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pembiakan. Ruangan disemprot dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air suling) dengan perbandingan (komposisi) 1 : 6. Lantai ruangan dibersihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu dipel (dilap) dengan kain bersih.

Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus steril. Semua peralatan dan tenaga kerja disemprot atau dibasuh dengan alkohol. Dalam setiap pelaksanaan pembiakan, sebaiknya menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril).

Setelah suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60° C), polybag dalam keranjang segera dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan pembiakan selama 1 hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat diatur dengan air conditioner (AC) atau kipas angin. Ruangan pembiakan harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara lebih lancar.

Bibit F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan). Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar selama 1 — 2 menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka dan mulut botol dipanggang di atas api selama 10 — 15 detik. Kemudian, miselium dan media tumbuhnya dihancurkan dengan pinset panjang atau alat lain.

Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan segera ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam polybag media tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3 dapat ditanam menjadi 35 — 40 buah polybag. Untuk menghindari kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Untuk itu, pelaksanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas penyumbat dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit miselium F3 dan seorang lainnya menutup kembali polybag dengan kapas penyumbat (penutup).

Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan plastik penutup, maka sumbatan kapas polybag tidak perlu ditutup lagi dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik penutup ini ditampung dalam wadah untuk digunakan dalam pembuatan (penyiapan) polybag pada inokulasi periode berikutnya.

Penanaman miselium jamur kuping dapat juga dilakukan dengan cara menumpahkan hancuran miselium dari botol F3 di atas lubang polybag dengan membuka dan menutupnya kembali kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang telah profesional (terampil).

Polybag-polybag yang telah ditanami bibit jamur kuping (polybag inokulen) segera disimpan (diinkubasi) dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat dijual kepada petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalam kubung budidaya jamur kuping. Pelaksanaan pembibitan jamur kuping ini tidak harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, tetapi dapat dilakukan dalam unit-unit pembibitan. Petani dan masyarakat dapat melakukan pembibitan F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan pembibitan F1. Syaratnya, bibit F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang memiliki usaha pembibitan F 1.

Laporan Praktikum Efek Fotolistrik

Efek Fotolistrik Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya. Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek...
Ananda Dwi Putri
9 min read

Laporan Praktikum Tetes Minyak Milikan

Tetes Minyak Milikan Bab I. Pendahuluan A. Latar Belakang Elektron merupakan suatu dasar penyusun atom. Inti atom terdiri dari elektron (bermuatan negatif) dan proton...
Ahmad Dahlan
7 min read

Makalah Sifat Fantasi Dalam Tinjauan Psikologi

Sifat Fantasi Bab I. Pendahuluan Pada dasarnya psikologi mempersoalkan masalah aktivitas manusia. Baik yang dapat diamati maupun tidak secara umum aktivitas-aktivitas (dan penghayatan) itu...
Wahidah Rahmah
4 min read

Leave a Reply